Dua

9K 328 2
                                    



Hari yang baru. Seperti biasanya Lusi harus pergi ke kantor modellingnya pagi sekali karena saat itu jadwal Lusi sangat padat. Sammy dengan wajah cueknya mengikuti kegiatan Lusi seharian karena Sammy ingin menghabiskan waktu berdua dengan Lusi.

Pukul tiga sore, tanpa diduga Lusi telah menyelesaikan semua pekerjaannya. Ketika Lusi ingin pulang, Sammy menariknya dan memaksa Lusi untuk ikut dengannya. Lusi tidak mau karena saat itu Lusi ingin pergi ke perpustakaan.

Lusi masih merasa kesal karena Sam kemarin dengan seenaknya mengajak Lusi pergi ke cafe, tempat yang tidak ia sukai. Sammy marah ketika ia merasa diabaikan oleh Lusi, ia segera menarik tas tangan Lusi, berupaya untuk mencegat Lusi yang akan pergi. Tanpa diduga, Lusi melepaskan tas tangannya dan berlari cepat masuk ke taksi yang sudah dipesannya beberapa menit yang lalu.

Sammy sangat marah dan segera keluar dari tempat Lusi bekerja. Sammy masuk kedalam mobil dan melempar tas tangan Lusi ke kursi belakang mobil.

Lusi yang tidak peduli pada tas tangannya hanya meminta kepada supir taksi untuk mengantarnya ke perpustkaan kota yang hanya membutuhkan waktu 15 menit dari kantornya. Lusi segera keluar dari taksi beegitu taksi yang Lusi kendarai berhenti disebuah gedung klasik bergaya eropa modern di pertigaan jalan pusat kota London. Ia segera memberikan uang yang berada di sakunya. Dewi fortuna berada dipihaknya. Ada beberapa uang yang ia simpan karena saat di tempat set foto ada yang ingin menukar uangnya dengan nominal yang lebih kecil.

Lusi masuk ke dalam gedung bernuansa eropa dengan warna khaki sebagai warna dominan yang dihiasi dengan pilar-pilar tinggi yang menambah kesan klasik-modern pada gedung tersebut. Ia segera naik ke lantai dua dimana banyak buku sejarah klasik diberbagai dunia.

Lusi melangkahkan kakinya pada deretan rak buku bertuliskan buku sejarah, ia melangkah pada bagian sejarah peradaban Islam di Andalusia, Lusi berencana mengambil buku tersebut. Kening Lusi mengernyit ketika disekelilingnya tidak ada tangga untuk mengambil buku yang berada di rak yang tidak dapat ia gapai dengan tubuh tingginya. Tiba-tiba tangan besar berwarna putih-lebih gelap dari warna kulit putih Lusi-menggapai buku yang ingin Lusi ambil. Seketika Lusi membalikkan badan dan mendapati seorang pria mengambil buku dan menyerahkannya pada Lusi.

"Kenapa? Bukankah kamu ingin mengambil buku ini?" tanya pria tersebut ketika Lusi tidak juga segera mengambil buku yang ia berikan.

"Eh, iya. Terimakasih" ucap Lusi malu-malu karena menatap pria yang berada didepannya dalam waktu yang cukup lama. Mata coklatnya menatap mata biru pria yang membantunya mengambil buku. Tanpa sadar Lusi menatap pria tersebut dengan tatapan rindu. Perasaan rindu yang dalam dan perasaan....... kagum.

"Sorry, don't stare at me like that. If you staring at me, you'll fall in love with me"ucap pria tersebut sambil terkekeh.

"Eh?" Lusi hanya mengerjapkan matanya, semburat merah muncul di kedua pipinya.

"Hm, by the way, are you muslim?" tanya pria tersebut ragu karena merasa menanyakan hal yang cukup privacy.

"Yeah, I'm muslim.My name is Lusi" senyum Lusi merekah yang segera ia umpati dirinya yang salah tingkah karena merasa berkhianat dibelakang Sammy. Saat ia merasa detak jantungnya seperti sedang berpacu.

Lusi mengulurkan tangannya namun pria tersebut tidak membalasnya. Pria tersebut hanya menyatukan kedua telapak tangannya didepan dada seraya menundukan pandangan.

"Um, Sorry. I'm muslim"

"Sure. It's okay" Lusi segera pergi dan duduk di salah satu kursi yang disediakan didekat rak buku baian buku-buku sejarah. Sekilas ia melihat lelaki tersebut duduk tidka jauh dari tempatnya duduk sembari membawa buku-buku tebal.

Tanpa Lusi sadari, matanya terus memerhatikan lelaki tersebut.

***

Dalam waktu beberapa jam Lusi sudah menghabiskan hampir keseluruhan buku sejarah yang ia ambil. Ia segera beranjak dari tempatnya duduk dan segera keluar menuju halte bus. Entah mengapa saat ini ia ingin menaiki bus saja.

Lusi segera pulang kerumah dan disaat ia memasuki lobby apartemennya, ia melihat lelaki muslim yang begitu menjaga pandangannya berada disana dengan koper di salah satu tangannya.

Perawakannya yang tinggi, kulit yang cukup putih untuk ukuran lelaki-mungkin dia keturunan asia, pikir Lusi-iris mata berwarna blue ocean, rambut coklat gelap, rahang yang kokoh dan wajah tampan bagaikan dewa titisan yunani. Visualisasi yang indah dipadukan jeans hitam dan coat berwarna hitam dengan syal berwarna maroon yang sesuai dengan sepatunya.

Tanpa Lusi sadari, ia memerhatikan pria tersebut dan mengikutinya. Coat yang Lusi pakai serta syal ditambah topi yang ia kenakan membuat wajah Lusi tertutup. Ya, Lusi harus membungkus tubuhnya yang mudah kedinginan itu. Ia mengikuti pria didepannya dan begitu pria tersebut masuk lift, ia mengikutinya.

Tanpa Lusi duga, pria tersebut mengeluarkan kunci dengan nomor kamar yang sebenarnya berada tepat di sebrang apartemennya. Ia kaget. Saat pria tersebut keluar dari lift, Lusi segera berlari dan berdiri didepan apartemen pria tersebut.

"Sorry miss. What are you doing" tanya pria tersebut kaget namun tatapannya masih datar tanpa repot menunjukkan ekspresi apapun.

Lusi segera menurunkan syal dan menarik topinya sehingga wajahnya terlihat.

"Harusnya aku yang bertanya. Mau apa kau? Dan kenapa bisa memiliki kunci apartemen ini? Ini apartemen sahabatku dari kecil. Orang tua kami membelikan apartemen ini untuk kami tempat saat dewasa. Namun sahabatku sedang pergi, entah kemana. Jadi dia tidak mungkin menjualnya. Apa kamu merampok sahabatku?" ucp Lusi dengan kecepatan bicara yang mampu menandingin kereta. Ia menghela napas, napasnya tidak beraturan karena menahan amarah.

"Sorry miss Lusi. Ini apartemenku. Dan seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau menghujaniku dengan banyak pertanyaan. Apa yang kau lakukan di apartemenku"

"Sorry, Er...."

"My name is Alex"

"Yeah, Alex. Tapi ini apartemen sahabatku"

"Dan aku memiliki sertifikat apartemen ini, perlu ku tunjukkan. Apa sahabatmu memberi kabar?"

Lusi menggeleng kepalanya, ia berusaha percaya bahwa suatu saat nanti sahabatnya akan kembali. Dengan langkah gontai ia menggeser badan sehingga badan yang tadinya menghalangi pintu bisa bergeser dan pemilik apartemen dapat masuk. Ia melangkahkan kakinya dan menuju apartemen yang tepat berada didepannya. Ia tidak membawa kunci karena kunci berada di tas yang diambil oleh Sam, ia hanya membuka pintu dengan sandi khusus yang bisa dibuka.

Apartemen tempat tinggalnya memiliki password di tiap pintu dan juga memiliki kunci sebagai pembuka apartemen manual.

Ketika Lusi melangkahkankakinya masuk kedalam apartemen. Sepasang mata memerhatikan dengan ekspresiwajah yang tidak terbaca.

====================================================================================

Hai readers? Gimana ceritaku?

Ditunggu Vote dan Comments nya yaaaa^^ Boleh komentar kalau ada yang patut dikritik. Jika tulisanku menarik, minta VOTE nya guys.

Love,

Mettasha


Ana Uhibbuka Fillah (Aku Mencintaimu Karena Allah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang