chapter 3

49K 5.1K 92
                                    

Prilly POV

Aku berdiri didepan halte disekitar kampusnya pukul 7 malam. Sudah hampir 2 jam aku menunggu disini. Tadinya aku hanya ingin menunggu dikampus, namun karna kampus sudah mulai sepi, jadilah aku menunggu disini. Menunggu siapa lagi kalau bukan kekasihku, ali.

Aku terus melirik jam tanganku, sesekali aku mencoba menghubungi ali, namun tak kunjung ada jawaban. Sebenarnya aku ingin sekali pulang sendiri menggunakan angkutan umum, tapi memikirkan bagaimana kalau tiba tiba ali datang dan tak melihatku disini membuatku mengurungkan niat itu. ali bukan orang yang suka terlambat, apalagi kalau ini menyangkut denganku, namun aku berusaha untuk berfikir positif. Tak mungkin ali lupa denganku, mungkin ali sedang ada urusan.

Jalanan masih sangat ramai, walaupun dihalte ini aku hanya sendiri tapi itu tak membuatku takut. Aku hanya menunduk menatap ujung sepatuku

Tiba tiba aku merasa ada suara motor yang berhenti tepat dihadapannya, aku mendongakkan kepalaku menatap siapa kira kira yang datang. Akhirnya ali datang juga. Dia membuka helmnya kemudian turun dari motornya untuk menghampiriku.

"Maaf ya aku telat" ucapnya dengan nafas tersenggal senggal. Kenapa dia terlihat sangat lelah? Belum lagi peluh didahinya yang bercucuran membasahi wajah tampannya.

"Iya gak papa kok. Seharusnya kalau tadi kamu gak bisa jemput, bilang aja sama aku. Aku bisa pulang sendiri kok" balasku. Tanganku terulur untuk menyeka peluh didahinya.

Ali tampak tersentak kaget..ada yang salah?

"Kamu kenapa keringetan banget? Jangan capek capek banget dong. Kan kamu baru aja sembuh" ucapku mengingatkan. Peluhnya ini pasti karna berolahraga. Apa jangan jangan karna ia sembuh ia melampiaskan hasrat terpendamnya selama ini untuk olahraga?

"Gak papa kok. Yuk pulang" dia langsung menggandeng tanganku menuju motornya. Aku sebenarnya bingung, sejak kapan ali suka motor?

Akhirnya aku dan ali pergi dari halte ini menuju tempat kost aku.

**********

Mataku memicing hampir sampai ditempat kost. Aku melihat ada seseorang didepan pagar kostku sedang berdiri disamping mobilnya. Sepertinya aku kenal.

"Teman kamu?"tanya ali yang menyadarkan lamunanku tentang orang itu.

"Gak tau juga, kurang jelas dari sini mukanya"

Ali tampak mengangguk paham. Motor ali kini berhenti tepat didepan kostku. Orang itu langsung menoleh kearah kami.

Ah aku tau orang itu. Al! Kenapa dia bisa ada disini?

Dia tersenyum padaku kemudian menghampiri kami.

"Hai prill, li" sapanya.

"Kenapa kamu bisa disini? Bukannya kamu lagi disingapore?" Tanyaku memastikan, karna terakhir bertemu dengannya saat ia ada dirumah sakit dan pamit akan melakukan pengobatan disingapore dan ada ali juga saat itu.

"Aku kesini lagi refreshing aja. Sebulan lagi aku baru kesingapore lagi untuk lanjutin kemo selanjutnya" balasnya yang membuatku mengangguk paham.

"Aku pulang ya" ah aku hampir melupakan ali. Apa ia akan marah? Aku masih ingat bagaimana posesifnya ali padaku saat dulu al kembali menemuiku. Aku menoleh pada ali. Tak ada guratan marah sama sekali. Rahangnya tak mengeras, tangannya tak mengepal. Dia terlihat biasa biasa saja. Syukurlah.

"Yaudah, kamu hati hati ya" balasku yang dia balas dengan anggukan sembari tersenyum.

"Gue duluan bro" ku dengar ali berpamitan dengan al dengan nada yang bersahabat. Ali langsung memakai helmnya dan menyalakan motornya setelah itu segera pergi.

"Ali anak motor?" Tanya al tiba tiba yang menyadarkanku saat sedang melihat kepergian ali. Aku terkekeh kecil mendengar ucapannya.

"Ya enggak lah, dia cuma lagi hobi motor aja kayaknya" balasku.

"Oh kirain, soalnya dari cara bawa motornya kayaknya udah fasih banget balapan. Kenceng banget" ucap al diiringi tawanya yang membuatku ikut tertawa.

Kami berbincang bincang sebentar dengan al..lebih tepatnya aku banyak bertanya tentang pengobatannya..ntah kenapa dari dulu penyakit kanker menjadi salah satu fokusku dalam ilmu kedokteran, tak sedikit orang yang mengidap penyakit ini dan harus berujung pada kematian. Rasanya aku ingin cepat cepat lulus hingga bisa menjadi seorang dokter agar aku bisa mengobati orang orang itu. Pasti akan sangat senang rasanya membuat seseorang yang bahkan tak punya harapan hidup lagi tiba tiba diberikan kesempatan hidup baru.

***********

Author POV

Digo memasuki rumahnya sembari memutar mutar kunci motornya dijari sambil bersiul siul.

"Lo gak terlambat kan jemput dia?" Pertanyaan jordan membuat digo menghentikan langkahnya. Digo menghela nafasnya kasar sembari menatap jordan kesal.

"Enggak! Bawel lo!"

"Gimana gue gak bawel? Lo lupa kalau lo harus jemput dia dan malah asik balapan" ucap jordan geram.

Jordan tak habis pikir. Bahkan digo belum lama ada dijakarta, tapi ia sudah memiliki teman sesama genk motor. Ya walaupun genk motornya bukan kearah negatif seperti melakukan pembegalan, atau tindak kriminal lainnya dan lebih memilih melakukan balapan yang memang ditempatnya tapi itu cukup membuat jordan risih dan sekaligus was was.

"Itukah hobi" ucap digo membela diri.

"Sejak kapan sih lo hobi balap motor?" Tanya jordan.

Digo duduk disamping jordan antusias menceritakannya pada jordan. Ia fikir jordan mulai tertarik juga dengan dunia balap.

"Saat gue udah 1 tahun diitali dulu, gue ketemu temen yang anak motor juga. Nah dia ajakin gue deh. Awalnya sih gue malas. Tapi lama lama asik juga. Bahkan nih ya kalau jantung gue lagi kambuh, cukup dengan gue kebut kebutan dengan motor itu bisa ngurangin rasa sakitnya. Bahkan gue pernah ikut kejuaraan walaupun gak menang karna saat itu gue gak jago jago banget" cerita digo antusias. Jordan hanya mendengarnya tanpa niat.

"Liat nih foto foto gue waktu gue balapan di itali" digo memperlihatkan ponselnya pada jordan. Lagi lagi jordan menatapnya tanpa niat.

"Terserah hobi lo apa. Yang penting jangan pernah lupa dengan apapun tentang prilly. Dan bertingkahlah seperti ali didepan dia go" ucap jordan mengingatkan digo.

"Kalau gue gak bersikap sebagai seorang digo didepan dia. Kapan dia taunya kalau yang selama ini yang sama dia bukan ali?"

"Tapi gak secepat ini juga"

"Apa bedanya sekarang sama ntar sih? Bukannya lebih cepat lebih baik?"

"Lo gak tau serapuh apa dia digo"

"Lebih baik dia rapuh sekarang kan? Dia masih punya banyak waktu buat bangkit. Kalau nanti? Apa lo yakin dia masih punya waktu buat bangkit?"

Digo bangkit dari duduknya meninggalkan jordan. Jordan mengacak rambutnya frustasi. Ntahlah, tapi rasanya jordan kini menyalahkan keputusan ali yang meminta digo berpura pura menjadi dirinya. Digo tidak bisa menjadi ali! Tidak akan pernah bisa! Bagaimana kalau digo makin membuat prilly sakit?

**********

Digo merendankan tubuhnya di air hangat. Merilexkan segala macam fikirannya.

"Saharusnya gue gak terima permintaan lo li. Ini terlalu berat" gumam digo.

Digo sadar dia bukan ali, bahkan sangat jauh dari ali. Sekarang digo hanya berharap kalau prilly cepat menyadari kalau dirinya bukan ali. Ia sudah siap melihat seberapa rapuhnya gadis itu. Dan ia berjanji akan membantunya bangkit, dan setelah itu menurut digo tugasnya selesai. Ia bisa kembali ke itali dengan tenang.

Haiiii haiii haiii :) nih lanjutannya..makasih yang udah mau baca yaa. Jangan jadi pembaca gelap! Habis baca langsung vote dan comment yeee

With You Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang