Oh Shoot! Fujo Bestfriend!

Start from the beginning
                                    

Tiara bunyi-bunyiin jari-jari dia yang lentik kaya jari waria di depan muka aku karena aku manyun aja. Bibir aku cemberut.

"Wake up! Wake up! Sayang tau, bebeb, mandi susu yey tiap selasa sama jumat kalo dijilatin sama lidah dia ntar! Bisa lumutan yey sebadan-badan! Terbakar kaya ibu-ibu durhaka di sinetron Hidayah. Melepuh kaya istri tukang dawet yang melacur!"

"Ew!" Aku ngejerit, "NO!"

"Apa artinya NO?"

"No. Itu N dan O. No it means NO. Artinya Tidak. Iie. Aniyo. Hindi. Mai. La. Never. Nehi!"

Tiara nampar pipi aku sekilas, "Gue tau artinya NO itu apaan, pelacur!" katanya gemes.

Aku elus-elus pipi aku. Kalo gemes, Tiara emang suka jadi gue –elo. Kalo lagi keluar spirit lacurnya dia pake ik- yey. Kalo maksain bule dia i- you. Dia putri duyung nggak konsisten.

"Maksud gue kenapa lo bilang no kalo sebelum ini gue liat lo cipokan sama dia, hm? Gue liat lo diatas badan dia yang so hot! Oh damn, tapi lo jeli, baby. Badannya emang looks yummy. Sehat. Lezat. Dia olah raganya apaan sih, badannya bisa bagus gitu? OMG—Oh forget it. Snap-snap! You udah forget i pernah ngomong badan dia lezat barusan. Fokus ke i sekarang. You push dia ya kayak di komik-komik yaoi bacaannya Bunga, kan? He em? Ngaku!"

Aku inhale udara bersih banyak-banyak. Aku hembusin perlahan.

"Lo lagi princess mode-on ya?" tuduh Tiara kejam ngeliat aku ngelus-ngelus dada aku.

Dia kejam lho orangnya, makanya dia bisa jadi kapten cheerleader. Kalo kamu pikir anak-anak cheer itu kerjaannya ketawa-ketawa, lalalala lililili,no. Big no. Mereka itu kaya tentara di medan perang, ditempa, diuji, dibully, dikata-katain dan tetap harus senyum centil meski badan pegel-pegel dan hati nelangsa. And this Bellatrix Lestrange in front me, is the main cause of 10th grade's crying newbie. Like for real. Dari 50 peserta yang diterima sebagai anggota cheers di awal recruitment, biasanya cuma nyisa 15 setengah orang di bulan pertama. Iya, 15 orang utuh 1 orang luka-luka.

Dia paling benci princess mode-on. Menurut dia, a girl-and me- need to look sweet and foxy di luar aja. Dalemnya harus bitchy with all in capital like BITCHY. By all means, bitchy berarti kejam, dingin, tegar, strong, jahat, licik, brengsek, pelacur dan no cry-cry apalagi buat guy guy guy.

"Aku lagi mikir," kata aku.

"Mikir apa?"

"Mikir biar slutty whore mouth kamu diem sebentar so i can explain!!"

"Ohh.. That's BARU my girl. My boy. Well... since you're bencong, so you're my girl. Lo botty kan? Lo udah sering ngentot sama Liam?"

Aku tampar dia. Pelan. Tamparan persahabatan.

"Thank God kalo nggak,"—angguknya paham. Tiara memang cuma tahu bahasa kekerasan. Kekerasan adalah bahasa universal buat dia. "I nggak suka you sama dia, you know? Ntar pantat lo membusuk kalo kontol dia masuk lobang lo. Lo sering bersihin lobang lo kan? You know, i selalu pake douche vaginal, you bisa pake juga buat lobang pantat lo. Tar i buy you yang kualitas bagus. Jangan yang abal-abal, biar lo nggak kena lepra!"

Of course aku bersihin lobang aku. Clear ampe ke dalem-dalem, kita kan nggak tahu kapan kita akan diseruduk banteng top yang ngga sabaran kaya kembaran aku, misalnya. Misalnya ya. Bukannya aku refer ke dia secara personal. Eyuh!

"Pokoknya kalo lo mau pacaran, lo harus minta ijin gue. Gue ini Mamanya kalian kalo di sekolah. Ngerti, hm? Gue shipping-in lo sama Jerome, soalnya."

Another Twin Story [Variant]Where stories live. Discover now