Taruhan

215K 11.3K 260
                                    

Ava mendengus kesal saat ia melihat tumpukan buku yang berserakan di atas meja perpus. Bayangkan saja, karena Rey dan Daffa bertengkar saat mencabut rumput dan membuat rumput yang sudah dicabut itu berantakan, membuat Pak Kepsek marah. Alhasil sekarang mereka dihukum harus membersihkan perpustakaan.

"Anjir, yang berantem siapa yang ikut kena hukuman siapa." Cletuk Ava kesal. Dengan malas ia mengambil buku-buku yang berserakan dan merapikannya.

"Ini semua gara-gara si Rey." Tuduh Daffa. Ia berjalan mendekati Ava lalu ikut membantunya.

"Eh, yang pertama lemparin gue pake rumput siapa? Genderuwo?" Sahut Rey. Tak mau kalah Rey ikut membantu Ava merapikan buku sambil sedikit merayu Ava.

"Lo cantik deh, jangan marah dong. Nanti gue teraktir es krim vanila tiga cup deh." Rayu Rey. Ava masih terdiam, ia sangat amat malas berbicara dengan ke dua setan yang berada di sampingnya. Mengingat bagaimana sifat kedua setan ini bisa membuat Ava naik darah seketika.

"Mampus lo dikacangin! Emang enak." Cletuk Daffa. Rey melirik Daffa tajam, ia memilih diam daripada bertengkar lagi dengan Daffa, bisa-bisa Ava menggorengnya hidup-hidup.

"Pokoknya gue gak mau tau, kalian harus bersihin ni buku terus taruh di rak sesuai judul buku dan tema bukunya. Ngerti? Kalo sampe kalian berantem lagi...," Ava menggantungkan kalimatnya. Ia menatap Rey dan Daffa bergantian dengan tatapan tajam. "Lo berdua gue gantung di tiang bendera." Lanjutnya. Dengan langkah kesal Ava berjalan menjauhi Rey dan Daffa yang mengangguk pelan menuju ke meja yang jauh dari mereka. Lebih baik mengerjakan sendiri di bagian yang lain ketimbang bersama dengan mereka, Ava tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia ikut bersama mereka.

"Psst." Daffa berbisik, memberi kode pada Rey agar menoleh ke arahnya.

"Woi Rey!" Bisik Daffa agak kencang karena Rey tidak menoleh ke arahnya.

"Apaan sih?" Sahut Rey. Daffa mendekat, sambil merapikan buku ia mencoba berbicara pada Rey yang sepertinya tidak ingin di ganggu olehnya.

"Lo tau, makin hari Ava makin menantang ya. Gue penasaran kalo bisa naklukin dia itu gimana." Kata Daffa mencoba membuat Rey tertarik dan berbicara padanya.

"Ya... Dari pertama dia jeblosin gue ke ruang Kepsek gue udah tertarik pingin buat hidupnya sengsara karena berani sama gue." Sahut Rey. Daffa tersenyum sekilas saat Rey menyahutinya.

"Gue baru pertama kali ngelihat cewek sangar kaya dia. Tapi kalo di lihat-lihat Ava cantik juga." Daffa mengusap dagunya sambil melihat Ava yang sibuk memindahkan buku dari meja ke rak.

"Dia cewek pertama yang marahin gue, bentak gue, neriakin gue dan jeblosin gue ke ruang Kepsek sampe di scors, jangan lupa gue sering masuk BK karena dia." Kata Rey sambil mengingat bagaimana Ava meneriakinya di kelas sampai ia masuk BK.

"Dia juga cewek pertama yang berani ngatain penampilan gue, bahkan bilang gue preman pasar? Gak heran kenapa lo tertarik sama dia, gue juga tertarik." Daffa duduk di kursi panjang dekat Rey. Ia melihat Rey dengan tatapan penuh tantangan, Rey yang melihat Daffa seperti itu langsung ikut duduk di sampingnya.

"Apa?" Tanya Rey to the poin. Ia sudah sangat mengenal tatapan itu, tatapan yang mengajaknya bertaruh. Daffa langsung tersenyum saat Rey tau apa maksudnya. Dengan semangat Daffa menegakkan duduknya.

"Naklukin Ava. Yang baper duluan ke dia berarti kalah dan yang bisa jadiin dia pacar sebelum baper ke dia itu pemenangnya." Tantang Daffa. Rey nampak sedang berpikir. Ia mengusap dagunya sambil mengetuk jari telunjuk ke meja.

"Kalo lo udah baper tapi jadian sama dia?" Tanya Rey dengan raut wajah ragu. Daffa berdecak remeh lalu menopang dagunya dengan tangan kanan di atas meja.

"Ya lo menang," Jawab Daffa enteng.

"Apa hadiahnya?" Kini Rey nampak rileks. Ia mengangkat kaki kanan dan melipat di atas kaki kirinya.

"Mobil?" Tawar Daffa. Rey mengernyit, ia menatap Daffa remeh.

"Lamborghini." Rey tersenyum miring. Daffa mengernyit, sepertinya ia merasa keberatan.

"Gak mau? Cemen lo, gue tau lo baru di beliin lamborghini sama Papa lo." Daffa menelan ludahnya kasar. Ia menatap Rey kesal.

"Deal." Ujar Daffa setengah hati, pasalnya lamborghini yang baru dibelikan Papanya belum sempat ia bawa malah sudah menjadi taruhan.

"Oke, gue juga bakal ngasi lamborghini baru kalo gue kalah." Rey tersenyum penuh kemenangan.

'Lihat saja, gue pasti akan menang.'

"KENAPA MALAH DUDUK? BURU BERESIN BUKU SEBELUM KEPSEK DATENG, GUE GA MAU DISURUH NGECAT SEKOLAH! COBA TADI KALIAN NYABUTIN RUMPUTNYA GA PAKE BERANTEM, KAN GUE GA BAKALAN DI SINI!" Bentak Ava membuat Daffa dan juga Rey langsung bangun dan membereskan buku yang berserakan di meja.

"Ava marah-marah lucu banget sih." Goda Daffa.

"Pala lo lucu." Ava langsung melempar buku besar ke arah Daffa dan mengenai wajahnya. Refleks Rey tertawa sangat keras.

"Lo juga ngapain ketawa." Ava juga melemparkan buku tebal kearah Rey dan mengenai kepalanya.

"Aduh! Sayang kok gue dipukul pake buku?" Rey merajuk. Ia mengusap kepalanya sementara Daffa tertawa melihat wajah kesakitan Rey.

"Cepet kerja! Gue mau pulang. Dan lo, selesai ketawa!" Ava mendelik ke arah Daffa yang langsung terdiam.

Dan berjam-jam berikutnya mereka habiskan membersihkan buku sambil diselingi pertengkaran kecil.

K E T U A K E L A S

HAI! Maaf ya baru post sekarang. Kalian harus mengerti Ayu lagi UN. UN KAK UN, UJIAN NASIONAL. Mana pake komputer pula :')

Jadi bisa di pastikan Ayu updatenya gak... Cepet oke?

Tinggalkan jejak~

5 April 2016

Ketua KelasWhere stories live. Discover now