Chapter # 2

6.7K 88 10
                                    

Diluar, awan mendung tampak memayungi kota pagi itu, dengan tangan menopang dagu kotaknya, melalui jendela yang menghadap ke arah timur, rayan mengamati para siswa kelas XI yang sedang bermain basket, bayangan mereka memantul di lapangan semen yang basah terguyur hujan semalam.

Diatas, langit kelabu tampak enggan menyingkap tirai birunya, menerbitkan perasaan mengantuk yang menyelimuti ruang kelasnya. diseberang rayan, yang dipisahkan oleh meja, duduk kedua saudari sepupunya, kebetulan yang menjengkelkan bahwa mereka mendaftar dan diterima disekolah yang sama dengannya; SMA Kriya Bakti.

Hal itu tak mengejutkan, karena SMA itu merupakan salah satu yang terbaik di kota tempatnya tinggal ( maaf tak bisa menyebutkan nama kotanya, terserah pembaca mau dikota mana. [ga kreatip] ).

Dihadapannya, tergeletak diatas meja, sebuah formulir pendaftaran kegiatan ekstrakulikuler yang diwajibkan diikuti setiap siswa baru sebagai salah satu syarat kenaikan kelas.

Dengan malas, mata sipit yang tersembunyi dibalik kacamata hitam tebalnya, memindai daftar nama kegiatan eskul.

" bagaimana denganmu, yan? " tanya seorang gadis, dilihat dari mukanya yang bulat seperti bakpao, dengan pipi tembamnya yang membuat semua orang gemas ingin mencubit, bernama Miska. duduk disebelah rayan dengan cemilan keripik kentang yang siap sedia ditangan kiri, sementara tangan kanannya sibuk menjejalkan keripik kemulutnya, menimbulkan bunyi yang menganggu alur cerita yang mengalir dikepala rayan.

" bagaimana dengan english club? ", mendadak Via, yang duduk tepat dihadapan rayan, menyumbangkan saran, " kau cukup baik dalam bahasa inggris, nilaimu tak pernah dibawah 8. pasti kau tak akan menemui kesulitan mengikuti kegiatan klubnya " bujuk via.

Rayan menggeleng, " aku tak begitu pandai menghafal ", menolak saran via.

" ini pasti akan membuatmu senang " Rika ikut nimbrung, " bukankah sekarang sedang populer yang namanya boyband? nah, kau bisa bergabung dengan... ", rayan menyela ucapan rika, " tidak, terimakasih ", membayangkan dirinya tampil didepan umum sudah cukup membuatnya grogi, apalagi jika... sudahlah lupakan!.

Rika memasang wajah cemberut yang dibingkai dengan kerudung putihnya yang menawan hati, " jadi, kau mau memilih yang mana? cepat putuskan karena ini hari terakhir formulir pendaftarannya dikumpulkan! " seru rika, membuat rayan sedikit kaget, karena rika dikenal sebagai gadis yang ramah dan penyabar.

Rayan menguap, merentangkan kedua tangannya keatas, lalu seperti yang sudah di perkirakan, bunyi bel tanda berakhirnya jam istirahat berdering.

Rayan menyesalkan waktu berharganya dengan mendengarkan celotehan kedua sepupu perempuannya dan teman gendut mereka yang hobi makan.

Sebenarnya, rayan berharap bisa masuk ke sekolah yang didalamnya tak ada orang yang mengenalnya, oke, lebih tepatnya, sepupu-sepupunya yang menjengkelkan. selain mereka cerewet dan suka mengadu pada kedua orangtua rayan, mereka juga bersikap seolah-olah ia cowok lemah dan menyedihkan yang perlu mereka lindungi.

Mungkin anggapan mereka benar, karena tak jarang ada anak yang suka menjahili rayan. lebih buruknya, rayan selalu menangis dibuatnya, itu saat rayan duduk dibangku sekolah dasar.

Sejak itu, mereka mengikrarkan diri sebagai prajurit pelindungnya yang mengawal kemana pun ia pergi.

Mulanya, rayan merasa lega karena tak perlu lagi merasa cemas ketika ada anak yang menganggunya, namun ketika dirinya mulai menginjak remaja, ia merasa malu dan risih dengan perlakuan tersebut.

Saat masuk SMP, rayan mulai menjauh dari mereka. mencari alasan untuk menghidar setiap kali mereka datang menghampiri, namun usahanya tak membuahkan hasil. mungkin karena ia kurang tegas menolak setiap kali mereka menawarkan bantuan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Janji Disaat Kita BermimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang