Chapter # 1

8.2K 69 13
                                    


17 tahun yang lalu...

Dengan cepat rayan mengayuh pedal sepedanya, angin menerpa wajah pucatnya, mengibarkan rambut hitam arangnya.

Dibelakang, berdiri adik perempuannya, aliza, tampak kegirangan saat mereka melaju di tepi jalan, menuju kearah sekolah.

" kayuh lebih cepat! bila tak bergegas, kita akan telat masuk ke sekolah! " ujar liza memperingatinya, saat mereka melaju pelan di jalan yang menanjak.

Bicara memang mudah; kayuh! sebuah kata perintah yang membutuhkan energi untuk mengerjakannya. permasalahannya: tenaganya sudah terkuras habis untuk menempuh separuh perjalanan.

Ada perbaikan jalan yang sialnya berada di rute jalan pintas yang biasa rayan lewati saat berangkat ke sekolah.

Sebagai gantinya, mereka harus mengambil jalur memutar yang lebih jauh untuk sampai di sekolah.

Sinar mentari pagi tampak berkilauan memantulkan dirinya di kaca spion kendaraan yang berlalu lalang disampingnya.

Bunyi klakson saling menyahut bagaikan segerombolan serigala yang melolong kelaparan.

" tinggal berapa menit lagi?! ",

Liza melirik arlojinya, " 15 menit untuk sekolahku dan 10 menit untuk sekolahmu! " jawabnya memberitahu.

Oh ya. mereka tidak satu sekolah. liza masih kelas 2 SMP sedangkan rayan baru masuk SMA 4 hari yang lalu. kurang 2 hari lagi baginya untuk melewati masa MOS.

" sial! " gerutu rayan, mengendarai sepedanya menyeberangi jalan, lalu membelok dan memasuki sebuah gang sempit yang mereka sebut gerbang neraka.

Bukan berarti banyak iblis atau orang sejenisnya, melainkan karena banyaknya lubang yang mengangga disepanjang gang. jika kau kurang berkonsentrasi, bisa saja kau masuk kedalam lubang dan jatuh terjerambab ke genangan air keruh setinggi mata kaki.

Setelah susah payah menghidari setiap lubang yang menghadang di tengah jalan, mereka keluar dengan selamat. hanya sedikit basah pada sepatu mereka akibat terkena cipratan air saat ban sepedanya menerobos genangan itu.

Fiuhh...

Rayan menghela nafas lega, akhirnya sampai juga. dikejauhan, tampak gerbang sekolah adiknya yang melengkung dengan jeruji besi berkaratnya yang masih kokoh.

Didepan gerbang diseberang jalan, tampak satpam sekolah yang hendak menutup gerbang itu.

Seketika, rayan mempercepat laju sepedanya. menerjang maju menyeberangi jalan tanpa mempedulikan tatapan marah para pengemudi kendaraan yang terkejut akan aksi nekatnya.

Namun bagaimanapun cepatnya, tak ada yang akan bisa mengalahkan waktu.

* * *

Dibawah terik mentari yang bertambah panas seiring memanjangnya bayangan tiang bendera yang menjulang didepan lapangan.

Ditengah lapangan, berdiri berbaris membentuk lingkaran, dengan peluh bercucuran membasahi wajah yang memandang putus asa satu sama lain. terpanggang oleh teriknya mentari yang menyengat kulit mereka.

Merekalah para peserta didik baru yang datang terlambat, diantara ke-13 murid baru itu, tampak rayan yang masih berdiri tegap, dengan wajah tenang menatap pembina OSIS yang mendapat tugas menghukum mereka.

Mereka harus menyelesaikan sebuah permainan; lempar kata. dimana setiap anggotanya diharuskan mencari kata berlawanan dari instruktur permainan, seperti antonim.

Setiap anggota tidak boleh mengulang kata yang sama, dan melemparkan kata berikutnya ke pemain lain.

Permainan akan berakhir apabila setiap pemain menemukan kata yang sudah ditentukan tanpa adanya pengulangan.

Janji Disaat Kita BermimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang