.

59 13 0
                                        


Cinta itu semu

.

.

.

.

Jangan lupa vote, komen, dan follow.

.

Selamat membaca....

🥀🥀🥀

Ia mengibaskan tangannya lalu meniupnya. Apa Zaki tidak melihat jika tangannya dicakar?

Laki-laki itu melihatnya dengan jelas, hanya saja ia tidak perduli dengan kondisi istri sirinya. Zaki pura-pura buta akan itu, tidak ada rasa bersalah singgah di hatinya setelah melukai Aisyah.

Perempuan itu yang salah karena dengan beraninya menyentuh kucing miliknya tanpa ijin terlebih dahulu. "Andre, jangan dekat-dekat dengan dia," ucap Zaki seraya mengelus kucing yang ada di pangkuannya.

Meow

"Dia bukan majikan kamu." Zaki meletakkan kucing miliknya di atas ranjang.

"Apa sempurnanya dia, Isma? Hingga kamu rela menggantikan posisi yang seharusnya kamu isi?" Pandangannya tertuju pada sebuah potret Isma yang berada di atas nakas. Ia tidak mengerti, apa sempurnanya perempuan itu?

Ia bahkan tidak bisa melihatnya sekarang.

Perempuan itu sama saja dengan perempuan yang ada di muka bumi ini.

"Kasih Mas jawabannya Isma."

🥀🥀🥀

Suara ketukan pintu terdengar saat Aisyah baru saja keluar dari kamar mandi. Keningnya mengernyit, ia mulai bertanya-tanya dalam hatinya. Siapa yang mengetuk pintu itu?

Suaminya?

Apa dia datang untuk mengucapkan maaf?

Sebelum membukakan pintu, Aisyah menyeka air mata yang mengalir di pipinya. Ia menangis, perih di tangannya membuat air matanya menetes. Ia kembali lemah, ia tidak sekuat itu sekarang.

Dengan langkah kecil, Aisyah bergerak menghampiri suara tersebut. Tangannya terangkat untuk menarik gagang pintu hingga pintu itu terbuka lebar. Menampilkan Mbak Mimi yang sedang berdiri seraya membawa kotak obat di tangannya.

Netranya sesekali mencuri pandang pada tangan Aisyah. Memastikan apa benar perempuan yang ada di depannya terluka seperti yang majikannya katakan tadi. Eki memaksanya untuk memberi kotak obat ini pada Aisyah, laki-laki itu mengatakan jika Aisyah terluka.

Aisyah langsung menyembunyikan tangannya dibalik punggung. Apa yang harus ia katakan jika Mbak Mimi bertanya.

Dari mana luka ini berasal?

"Obati lukanya, Ais."

Aisyah menggelengkan kepalanya, ia bisa menahannya sama seperti kemarin. Luka yang berada di lututnya belum diobati sampai sekarang. "Ini luka kecil kok, Mbak," ucap Aisyah seraya tersenyum, menegaskan bahwa luka ini benar-benar tidak ada artinya.

Helaan napas keluar dari mulut wanita paru baya itu. Ia menarik tangan Aisyah dengan pelan, masuk ke dalam kamar lalu menyuruhnya untuk duduk. "Aku engga apa-apa kok, Mbak."

Lagi dan lagi, Aisyah menolaknya.

"Sayangi tubuh kamu."

Tiga kata itu sontak membuat perempuan berkerudung itu membisu. Bahkan tangannya ditarik oleh Mbak Mimi pun ia tidak merasakannya. "Siapa lagi yang akan menyayanginya?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 3 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kamu takdirku, MasWhere stories live. Discover now