RESTU 3

26 5 1
                                        

Suasana pagi di salah satu apartemen yang terletak di Berlin datang perlahan, seperti enggan mengusir gelap malam yang masih tersisa.

Cahaya matahari musim dingin menembus tirai kamar dengan samar, menyentuh kulit Jungkook yang masih berbaring miring, wajahnya menempel pada dada Seokjin.

Napas Jungkook teratur… tapi tidak sedalam biasanya. Seolah tubuhnya sedang terus berjaga walau matanya terpejam.

Seokjin sudah bangun jauh lebih dulu.

Ia tidak bergerak, takut mengusik tidur Jungkook yang akhirnya tenang setelah malam panjang dan penuh ketakutan. Jari-jarinya menggenggam bahu Jungkook perlahan, seakan memastikan—berulang kali—bahwa pria itu benar-benar ada di dalam pelukannya.

Dan hidup.

Seokjin menatap puncak kepala Jungkook yang masih sedikit basah setelah mandi air hangat semalam. Ada bekas memar samar di sepanjang rahangnya. Ingatan tentang pisau yang hampir menghantam Jungkook membuat dada Seokjin kembali berdenyut marah.

“Aku hampir kehilanganmu…” gumam Seokjin sangat pelan, nyaris seperti napas.

Jungkook menggeliat sedikit, bergumam lemah. “Hyung… jangan pindah…”

Suara serak itu membuat Seokjin tersenyum tipis. “Aku nggak ke mana-mana.”

Jungkook membuka matanya perlahan. Iris cokelat gelapnya masih sayu, tapi ia mengangkat wajah untuk menatap Seokjin.

“Sakit?” tanya Seokjin lembut, menyentuh pipi Jungkook dengan ibu jarinya.

“Sedikit.” Jungkook memutar bahu. “Tapi lebih sakit kalau kau ninggalin aku.”

Seokjin tertawa kecil. “Kau manja sekali pagi ini.”

“Karena hampir mati semalam,” Jungkook memonyongkan bibir, meski matanya masih terlihat letih.

Seokjin membelai rambutnya, menyibakkan helaian basah yang jatuh di dahinya.

“Kau aman sekarang. Aku janji.”

Jungkook diam sesaat, lalu menatap Seokjin lebih serius. “Hyung…”

“Hmm?”

“Kau nggak marah aku keras kepala semalam? Aku tahu kau bilang tunggu di studio. Tapi aku pulang sendiri…”

Seokjin menarik napas panjang. “Aku marah.”

Jungkook menunduk.

“Tapi,” lanjut Seokjin, mengangkat dagu Jungkook lagi, “aku lebih takut daripada marah.”

Udara di antara mereka menegang namun hangat.

Seokjin menunduk, menyentuh kening Jungkook dengan lembut.

“Mulai hari ini, aku akan lebih ketat menjagamu. Mau tidak mau.”

Jungkook menghembuskan napas pendek. “Aku mau.”

Keheningan singkat kembali memenuhi kamar, hanya diisi oleh napas mereka berdua.

Sampai Seokjin tiba-tiba menggerakkan tangannya, meraih ponsel yang ia letakkan di dekat meja kecil.

“Aku harus hubungi Haein-hyung. Kita butuh CCTV, bantuan, apa saja.”
Nada suaranya berubah lebih formal—lebih seperti Seokjin yang memimpin ruang rapat.

Jungkook memegang pergelangan tangan Seokjin sebelum pria itu sempat bangun.

“Hyung… bisa lima menit lagi?” bisiknya.

Seokjin berhenti.

Jungkook menempelkan wajahnya ke dada Seokjin lagi, tangannya melingkari pinggang pria itu seperti memohon perlindungan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 08 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RESTUWhere stories live. Discover now