"Anda sudah melihatnya sendiri Tuan Qiu, bagaimana tingkah laku putra anda selama di sekolah" Ujarnya dengan intonasi yang tidak naik turun.

Sosok yang dipanggil sebagai Tuan Qiu mengepalkan tangannya, ia masih sulit mempercayai jika putranya adalah seorang pembully dan tak segan-segan memukuli anak orang. Matanya terpejam selama beberapa detik, sebagai seorang Ayah yang memiliki anak. Tentu dia juga marah dan mencerca pelaku apabila putranya yang menjadi korban.

"Saya paham bagaimana perasaan anda sekarang tapi tolong pertimbangkan bahwa pelaku perundungan harus mendapatkan sanksi tegas sesuai dengan peraturan nomor 113 yang tertera tentang perundungan di sekolah, disini tertulis bahwa Siapapun dan dalam alasan apapun, Berbagai bentuk kekerasan di sekolah adalah hal yang paling dilarang dan sangat memalukan, pelaku wajib mendapatkan sanksi dan korban berhak mendapat dukungan penuh. Coba bayangkan bagaimana jika posisinya dibalik, Kipuka adalah korban. Apakah anda sebagai seorang Ayah akan diam saja?"

Pria berumur akhir 50 tahunan itu mendengus pelan, ia tersenyum hambar dan berdiri "Terimakasih Nak Ocean, saya akan mempertimbangkan kasus ini"

Pemuda bernama lengkap Ocean Jiang tersebut mengangguk disertai senyum yang menghiasi wajah tampannya

"Tolong untuk tetap berlaku adil biar bagaimanapun meski Kipuka adalah putra anda tapi dia adalah pelaku utama pada kasus ini, saya permisi"

Sepeninggal Ocean, Tuan Qiu terduduk lemas. Perasaannya campur aduk, benar kata Ocean; meskipun pelakunya adalah Kipuka Qiu tapi ia juga tak kuasa mengadili anak kandungnya sendiri

Ocean menghampiri Seeky yang duduk sendirian dengan kanvas berukuran sedang dan cat air di tepi kolam. Tidak ada ekspresi yang tergambar di wajahnya, tangannya bergerak aktif menggores warna demi warna diatas sebuah kanvas putih. Ia terlalu fokus dan baru menyadari kehadiran Ocean beberapa saat kemudian

"Hai" sapanya disertai senyum ramah. Seeky tak menjawab namun ia buru-buru membereskan peralatannya dan berpindah tempat menjauhi Ocean.

"Seeky?"

"Pergi! Aku gak mau lihat kamu lagi. Anggap kalau kita gak pernah kenal dan gak pernah punya hubungan apa-apa, kita sudah lama putus, buang jauh-jauh kepedulianmu itu"

Senyum Ocean memudar, alisnya sedikit terangkat. Tatapannya menjadi sendu, tidak memedulikan perkataan Seeky tadi ia justru duduk di samping laki-laki itu walau masih berjarak.

"Aku masih sayang sama kamu Seeky, kenapa kamu malah terkesan menjauh dariku sekarang?"

Ocean mendengus, beralih menatap Ocean dengan tajam. Cat hitam ia goreskan pada lukisan yang hampir jadi, ia merusak hasil karyanya sendiri.

"Persetan, kalau kamu memang sayang sama aku... Kemana kamu selama ini, kemana saat aku ditindas oleh Kipuka dan teman-temannya itu! Kenapa diam?... Gak bisa jawab? Payah!"

Ocean diam sejenak, tercenung ketika Seeky bangkit dan meninggalkan semua alat lukisnya.

"Aku berusaha buat bantu kamu Seeky, tapi apa? Kamu sendiri yang gak mau ditolong, kamu bilang kalau kamu bukan manusia lemah. Buktikan kalau kamu memang gak selemah kelihatannya!" Seru Ocean, urat lehernya yang tegang dibalas dengan acungan jari tengah dari Seeky.

• ORDINARY •Where stories live. Discover now