Warning: sebelum kalian lanjut baca aku mau informasiin kalau cerita ini bukan untuk dibawah umur! ada banyak bahasa kasar di sini dan itu beneran frontal, semisal kalian tidak menyukai dialog kasar jangan dilanjutin untuk membaca cerita in.
-
Happy Reading~
“Kau terlalu banyak menuntut.” Suara briton Mr. Yoo menggema di ruang tengah hunian Yoo membuat Jaeyi menundukkan kepala takut. “Kenapa kau tidak pernah puas dengan apa yang sudah kami kasih, Jaeyi? apa kehadiran Wootae tidak cukup untuk membuatmu merasa punya teman?”
Ingin rasanya Jaeyi berkata "tidak" tapi ia merasa percuma, Appa-nya gak akan pernah mengerti sekalipun ia mengungangkap semua perasaannya.
“Mulai sekarang kau harus belajar bersyukur dengan semua yang kau miliki.” Tanpa ingin peduli lagi Mr. Yoo memilih berlalu dari sana, meninggalkan Jaeyi dengan luka dan kesedihan yang memenuhi hatinya.
Setelah kepergian sang Appa Jaeyi tetap menunduk, mata memerah, dan bibirnya bergetar menahan tangis.
Kenapa sulit sekali membuat mereka mengerti tentang apa yang sebenarnya yang ia inginkan? untuk apa semua kemewahan kalau ia tetap kesepian?
Suara ponsel memecah keheningan Jaeyi, ia merogoh tas merek channel yang tadi ia taruh di atas meja depan lalu memeriksa ponselnya, melihat nama Wootae di layar tanpa sadar membuatnya mendengus tidak suka.
Jaeyi mengabaikan panggilan Wootae.
Ia berdiri dari sofa dan berlalu menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
.
.
Di gang sempit yang jauh dari pemukiman Seulgi bersama tiga sahabatnya sedang bersandar di tembok lembab yang penuh dengan coretan pilox, saling bercanda sambil sesekali saling meniupkan asap rokok.
“Seulgi, kalo kata gue mah lu harus berhenti mainin perasaan cewek, emang lu gak takut kena karma?”
Salah satu sahabat Seulgi bernama Minjeong memperingati, meskipun ia sama berandalnya tapi memainkan perasaan wanita bukan kesukaannya.
“Udah tahun 2025 lu masih percaya sama yang namanya karma, Win?” bukan Seulgi yang menjawab melainkan Woori, gadis berambut pendek itu menggeleng tak percaya.
“Karma itu gak ada. Kalo di masa depan Seulgi dibuat kecewa sama seseorang itu bukan karma dari perlakuannya di masa lalu, melainkan itu sudah siklusnya kalo kita terlalu dekat dan percaya sama manusia.”
Winter tidak menjawab, bukan tidak punya argumen melainkan merasa tidak ada gunanya mendebat Woori yang memang selalu berpikir logis.
“Siapa lagi korban Seulgi kali ini?” Ryujin yang tadi menyimak ikut menimpali, matanya menatap bolak balik kearah Seulgi, Winter dan Woori.
“Kalo gue sebutin lu pasti kaget,” sahut Woori yang langsung mendapat tawa kecil dari Seulgi. Ryujin penasaran.
“Emang siapa? jangan bikin penasaran blog!”
“Karina,” Seulgi yang menjawab.
“ANJING! demi apa!?”
“Demi dewa”
“Kontol banget Seulgi"
Tawa Seulgi dan Woori langsung pecah. Kecuali Winter, ia tidak tertarik untuk mentertawakan hal itu.
Woori menyeringai, menatap Winter yang mendadak diam. Bukan karena argumen-nya tadi melainkan ia sudah tahu kalau Winter menyukai Karina.
“Udah ngapain aja sama Karina?” Ryujin berbinar saat menanyakannya.
“Gak ngapa-ngapain. Makanya dia gue putusin meskipun masih seminggu.”
“Wah, sayang banget, kalau gue jadi lu udah pasti Karina gue unboxing"
“CABUL LO ANJING!” Winter melempar sebatang rokok yang baru ia ambil dari kotak kearah Ryujin.
Ryujin terkikik, Seulgi menggeleng kecil melihat kelakuan sahabatnya.
“Udah guys jangan goda Winter,” lerai Seulgi, ia membuang puntung rokok lalu berdiri. “Hari ini bokap pulang, ntar malam gue gak bisa nongkrong.”
Ketiganya serentak menatapnya, Seulgi tersenyum kecil, berusaha meyakinkan mereka kalau ia akan baik-baik saja.
Ya, hubungannya dengan Appa-nya memang tidak baik dan itu yang membuat Seulgi tidak betah di rumah.
“Hubungin kita kalo lu butuh sesuatu”
Seulgi mengacungkan jempol kearah Woori, “tenang aja. Kalo gitu gue duluan.” Seulgi tidak menunggu, ia berjalan keluar dari gang yang sudah menjadi tempat tongkrong mereka.
YOU ARE READING
DEAR JAEYI || JAEGI!
FanfictionSingkatnya, ini tentang Jaeyi & Seulgi. - #SeulgiTop! #JaeyiBottom!
