04 | Super Real Me

65 18 2
                                        

Setelah kemarin hampir satu minggu mempersiapkan bahan untuk sidang, tiba lah hari ini. Nayra akan mempresentasikan hasil penelitiannya yang sedikit mendapat bantuan dari Abi. Pria itu benar-benar membantunya, mulai dari merevisi kalimat yang tidak terlalu penting sampai memberi tips bagaimana presentasi yang baik supaya dosen penguji tidak banyak bertanya.

Nayra tidak heran jika Mas Abi memang pintar, pria itu lulusan salah satu universitas ternama di Bandung dengan predikat cumlaude ipk 3,85. Pantas saja dulu kakaknya tergila-gila dengan Abi sejak maba, bukan hanya tampan tapi Abi juga pintar, paket sempurna.

Hasilnya, hanya dalam waktu tiga puluh menit Nayra sudah keluar dari ruang sidang dengan wajah yang berseri.

"Lah udah selesai Nay? gimana lulus nggak?" tanya Hagia sedikit heran karena Nayra sudah keluar dari ruang sidang kurang dari satu jam.

"LULUS AKU DAPET NILAI A!"

"WAHH SELAMAT!"

Akhirnya mereka bertiga berpelukan sambil melompat kecil, terlalu bahagia.

"Hebat banget kamu bisa lewatin Pak Doni yang killer itu!" ujar Imelda membuat Nayra terharu. Ia juga tidak menyangka bisa melewati ini semua. Ponsel Nayra bergetar, sontak ia melepas pelukannya dan segera mengangkat panggilan dari Abi.

"Halo Mas?" ucap Nayra sedikit menjauh dari teman-temannya.

"Gimana sidang kamu, lancar?"

Nayra mengangguk semangat meskipun Abi tidak mungkin bisa melihatnya. "Lancar Mas, terimakasih ya ini semua berkat bantuan Mas Abi. Aku tadi cuma tiga puluh menit tahu Mas, hebat kan?"

"Selamat ya, saya ikut senang mendengarnya. Itu juga hasil kerja keras kamu Nayra."

"Tetap saja Mas Abi udah bantu aku mempersiapkan presentasinya." terdengar kekehan di ujung sana.

"Ngomong-ngomong kamu sudah selesai?"

"Udah sih, kayaknya aku mau traktir Hagia sama Imelda. Kasihan mereka udah nemenin aku dari pagi."

"Oh, sebenarnya saya sudah di kampus kamu. Kalau kamu tidak keberatan boleh saya ikut? sekalian saya antar." Nayra terdiam, tumben sekali Mas Abi mau ikut.

"Kalau kamu mau quality time sama teman kamu juga tidak masalah, saya pulang saja kalau begitu–"

Nayra cepat-cepat menyela ucapan Abi. "Enggak kok Mas, maksudku Mas Abi boleh ikut kok, tunggu sebentar aku bilang sama temanku dulu ya. Mas Abi tunggu di sana jangan kemana-mana." Nayra lebih tidak enak lagi kalau Abi kembali pulang.

"Oke."

Nayra mematikan sambungan telepon saat mendapat balasan dari Abi. Perempuan itu segera mengajak Hagia dan Imelda untuk makan siang bersama.

"Kita mau ke mana Nay?"

"Udah ikut aja." jawab Nayra sambil menggiring kedua sahabatnya ke parkiran mobil. Dari kejauhan Hagia dan Imelda sempat tidak percaya, namun semua terpatahkan saat Nayra mengajak mereka memasuki mobil Abi. Saat Nayra membuka pintu di sebelah kemudi, ia menemukan sebuah paper bag.

"Itu hadiah kecil dari saya untuk kamu." ucap Abi seakan menjawab kebingungan Nayra. Gadis itu tersenyum dan mengambil paper bagnya dan segera duduk di sana.

"Terimakasih Mas." Abi berdeham singkat, lalu melirik kedua teman Nayra yang duduk di belakang.

"Kalian pasti Hagia dan Imelda ya?" keduanya mengangguk canggung menjawab pertanyaan Abi. Bahkan Imelda yang biasanya berisik pun hanya diam saja, gadis itu sibuk mengagumi wajah tampan Abi. Sungguh, Imelda tidak berbohong bahwa Abi memang sangat tampan. Biasanya Nayra menunjukkan sosok Abi lewat foto saja, dan kali ini mereka berdua melihat sosoknya secara langsung.

Between TwoWhere stories live. Discover now