8. Ego yang Menyelinap
Sepandai-pandainya menjaga,
sekuat-kuatnya menggenggam,
pada akhirnya jemari tak benar-benar kuat
untuk saling menjaga simpul tautan
Ada tumpukan ego yang kerap membuncah,
saat lelah dan jenuh mengetuk pintu hari
Kita terlena,
hingga luput belajar bagaimana caranya
menjaga utuh tanpa mengabaikan retak
Retakan itu tumbuh diam-diam,
menjadi rapuh yang tak kasat mata
Peluk tak lagi mampu menahan runtuh,
ucapan manis pun kehilangan daya
Sebab yang hilang bukan sekadar cinta,
tetapi juga kita
yang perlahan merasa asing
dalam rumah yang pernah kita bangun bersama
Kini setiap kata terasa seperti senjata,
setiap diam berubah menjadi jurang.l
Kita sibuk merasa paling benar,
hingga lupa bagaimana rasanya saling memahami
Cinta yang seharusnya merengkuh,
malah berubah jadi jeruji sunyi
Lantas, bagaimana bentuk cinta yang semestinya ada?
Jika kita masih terpenjara dalam kebisuan,
dan ego terus menyelinap,
menjadi dinding antara aku dan kamu
✍️Rainee_Z
YOU ARE READING
Hujan Teduh
PoetryAku adalah hujan. Jatuh berkali-kali, namun tak pernah menetap. Kepada langit, aku pernah ingin tinggal. Namun luasnya terlalu megah untuk sekadar menggenggamku. Kepada teduh, aku pernah merasa aman. Namun keteduhan itu tak selamanya pulang. Maka ki...
