Wayne langsung terpaku diam ketika jarak wajahnya dan pria di hadapannya hanya beberapa senti saja. Nafasnya berhembus pelan di wajahnya. Degupan itu kembali lagi.
Tatapan Simon perlahan turun ke arah bibir merah muda yang hanya samar-samar terlihat karena penerangan yang hanya diisi oleh lampu kecil di langit-langit meja bar.
Mendekat.
Mengikis jarak.
Wayne langsung mengalihkan pandangannya dengan gerak-gerik yang terlihat jelas gugup. Ia menenggak lagi minuman miliknya yang masih tersisa. Simon masih di posisi yang sama menatap ke arahnya. Setelahnya, terdengar tawa kecil yang berasal dari orang di sampingnya.
"Maaf maaf. Saya kebawa suasana. Tapi, kalau kamu mau 'coba', kasih tau saya. Saya bisa ajarin kamu."
Mendengar hal itu, Wayne langsung menautkan alisnya yang secara tidak langsung seperti memberi isyarat menolak tawaran spontan itu. 'Pria gila.'
Gelas yang terisi penuh di atas meja langsung diteguk habis oleh Simon. Wayne yang masih menatap ke arah pria di sampingnya ini, langsung teralihkan fokusnya melihat adam's apple milik Simon yang bergerak turun naik seiring dengan minuman yang ia teguk.
Wayne langsung menyadarkan dirinya dan menatap ke arah lain. Ia mengusap tengkuknya berusaha menyadarkan kembali dirinya. Dari sudut matanya ia melihat secarik kertas dengan nomor di atasnya.
"Ini nomor saya. Kalau kamu mau 'belajar', saya siap ajarin kamu. Hubungin aja."
Seringai tipis muncul di sudut bibir Simon. Setelahnya, Simon mulai beranjak dan pergi dari sana. Meninggalkan Wayne yang menatapnya lurus dengan pikiran yang rancu.
Keesokan harinya, Wayne kembali bekerja. Ia melanjutkan proposal yang berjarak 13 hari lagi dari deadlinenya. Ia merasakan jenuh itu lagi. Wayne menyelesaikan sebagian dari proposalnya dan memutuskan untuk izin pulang lebih awal. Jika ia paksa untuk terus bekerja, ia rasa apa yang ia ketik akan berisi hal yang tidak jelas nantinya.
Rekan kerjanya sedikit heran ketika melihat Wayne yang pulang lebih awal. Tidak biasanya ia pulang cepat, terlebih lagi izin. Ini kali pertamanya.
Saat ini, ia sudah berada di apartemennya lagi. Ia langsung berbaring di kamarnya. Melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 16.00 KST, Wayne pun memutuskan untuk menonton film. Siapa tau dengan menonton ini ia bisa menghilangkan sedikit rasa bosannya.
Mencari-cari di layar televisinya yang besar dan menemukan satu film yang menarik matanya. 'Fifty Shades of Grey', film pun dimulai. Setelah menuju pertengahan film, ia melihat scene dimana Grey dan Anastasia yang menyatukan kedua belah bibir mereka. Keduanya menyesap perlahan, menikmati tiap detik dalam lumatan itu. Saat menonton adegan itu, ia teringat dengan kejadian semalam dimana ia hampir saja melakukan ciuman pertamanya dengan orang asing.
Kembali fokus pada layar televisi, adegan yang ditampilkan semakin memanas. Wayne merasakan wajahnya memerah melihat adegan yang ditampilkan disana. Ia langsung mematikan filmnya dan mengambil segelas air di dapur.
Wayne pun memutuskan untuk keluar. Hanya memakai mantel yang biasa ia pakai dan memasukkan dompet dan handphone-nya ke dalam saku mantel. Ia mampir di toserba lagi dan membeli sekaleng bir.
Tanpa sadar, ia sudah menghentikan taxi dan sudah berdiri lagi di depan sebuah gedung besar yang menjulang tinggi. Ia berdiri cukup lama dan melangkah masuk ketika udara di luar semakin berhembus dingin. Kali ini, ia tidak langsung ke lantai dua. Ia berada di lantai satu yang merupakan sebuah cafe biasa.
Tidak ramai. Hanya beberapa orang yang juga sibuk dengan urusan masing-masing. Wayne duduk di salah satu kursi dan mengeluarkan sesuatu, yaitu secarik kertas dengan bertuliskan nomor seseorang disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch Lock 「 Jangkku 」
Fiksi Penggemar[M] Let me teach you to try something you've never done before. ───────────── ୨୧ ────────────── ⓘ Semua hanya fiksi dan tidak disangkut pautkan dengan kejadian nyata. Happy Reading 𖹭.
