Saat ini Wayne sedang berada di sebuah cafe yang tidak jauh dari perusahaannya. Di jam istirahat ini, ia memutuskan untuk bertemu dengan Rei dan bertanya mengenai kejadian semalam. Keduanya sudah memesan minuman dan duduk di kursi dekat jendela kaca yang mengarah langsung ke jalanan.
"Sekarang jelasin." Tatapan Wayne yang menuntut penjelasan itu membuat Rei meneguk minumannya gugup.
"Ekhm, yang mana dulu nih?"
Wayne menatap malas dan hanya dibalas senyuman lebar oleh Rei.
"Oke oke, jadi kenapa gue ngajak lo kesana semalem ya emang pure buat ngehilangin rasa bosen lo. Gue kira lo udah biasa liat yang kaya gitu, ternyata ngga ya hehe." Penjelasan Rei mengenai pub yang semalam mereka datangi.
"Biasanya ngga kaya gitu kok. Semalem kayanya emang ada yang udah nafsuan banget ga ketahan makanya ngelakuin di public space kaya gitu, terus yang lain jadi ikutan." Lanjut Rei sambil meminum coffee latte miliknya.
"Tapi gue jamin malem ini ga bakal ada yang kaya gitu, ya paling satu dua pasangan tapi ga se-terbuka kemarin."
Wayne menghelas nafasnya. Pekerjaannya saja sudah membuatnya sakit kepala. Ditambah ia ingin diajak lagi ke tempat semalam? Bisa-bisa ia obrak-abrik tempat itu.
"Kalau cowo kemarin itu siapa? Itu beneran pacar lo?"
"Ternyata lo beneran udah ketemu ya sama dia. Tadi pagi Riki cerita sama gue!" Jawab Rei dengan antusias.
"Sejak kapan lo sama dia? Kok ngga cerita sama gue?" Wayne sedikit kecewa karena tidak mengetahui lebih awal jika teman dekatnya ini ternyata sudah memiliki kekasih.
"Gue mau kasih tau lo kemarin, tapi kayanya lo butuh penghiburan banget makanya gue tahan dulu. Dari hari-hari sebelumnya juga gue mau cerita, tapi lo lagi sibuk banget. Kita aja baru ketemu lagi pas kemarin itu."
Perkataan temannya ini benar. Dari beberapa hari belakangan ia selalu pergi pagi dan pulang larut malam karena pekerjaannya. Setelah menyelesaikan satu tugas, ia selalu diberikan tugas lainnya. Teman satu kantornya saja terkadang meminta tolong pekerjaannya untuk di back up olehnya. Wayne yang memang tidak enak hati untuk menolak selalu mengiyakan permintaan teman kantornya itu.
Getaran handphone milik Wayne menghentikan perbincangan keduanya. Ketika diangkat, teman satu kantornya memberitahu bahwa ia sedari tadi dicari oleh sang manajer. Melirik jam tangannya yang ternyata sebentar lagi jam masuk, ia pun berpamitan pada Rei dan kembali ke kantor.
Dengan sedikit berlari dan nafas yang terengah-engah, Wayne sudah berada di perusahaannya lagi. Ketika sudah sampai di kantor, ia melihat teman-temannya yang menatapnya diam-diam dengan suasana tegang yang tercipta disana.
"Wayne, kau dipanggil oleh manajer ke ruangannya." Suara yang berasal dari sang supervisor itu langsung menggerakkan Wayne ke ruangan yang ada di bagian utara.
Ketika memasuki ruangan, disana sudah ada Gabby, rekan kerjanya dan sang manajer yang menatap tajam ke arahnya. Ada apa ini?
"Wayne, kamu kan yang ngerjain proposal investasi ini?" Dokumen yang diserahkan oleh rekan kerjanya itu langsung dilihat oleh Wayne dan dijawab anggukan olehnya. Sebentar, bukannya proposal ini belum selesai? Bagaimana bisa ada disini? Sang manajer terlihat menyugar helaian rambutnya frustasi.
"Apa kau tidak melihat-lihat lagi sebelum itu diserahkan?"
"Maaf, pak. Proposal ini belum selesai dirampungkan, tapi kenapa sudah diserahkan?"
"Itu yang ingin saya tanyakan. Proposal itu masih tidak jelas isinya tetapi kenapa sudah diajukan? Karena kecerobohanmu itu, perusahaan-perusahaan yang awalnya ingin berinvestasi jadi banyak yang berpikir ulang dan bahkan membatalkan kerjasamanya dengan perusahaan kita."
YOU ARE READING
Catch Lock 「 Jangkku 」
Fanfiction[M] Let me teach you to try something you've never done before. ───────────── ୨୧ ────────────── ⓘ Semua hanya fiksi dan tidak disangkut pautkan dengan kejadian nyata. Happy Reading 𖹭.
