Sasuke menatap Gaara dengan tatapan waspada, matanya menyipit. Gaara kembali melanjutkan ucapannya. "Sasori tidak akan semudah itu melepaskan Sakura. Ia... ia tidak akan membiarkanmu menang. Ia akan melakukan apa pun yang bisa ia lakukan untuk menghancurkanmu, bahkan itu cukup mudah untuknya. Dan kau tidak bisa melawannya. Kau hanyalah manusia biasa."

Sasuke terdiam. Ia tidak bisa membantah apa yang dikatakan Gaara. Mungkin semuanya memang fakta, Sasuke hanya manusia yang tidak memliki kekuatan sihir. Namun, tekad kuat miliknya akan mengembalikan Sakura ke pelukannya.

"Seorang Uchiha tidak kenal akan kekalahan dalam hidupnya," ujar Sasuke, suaranya dipenuhi dengan keyakinan yang membara, seraya tersenyum miring seakan menantang perkataan Gaara.

Gaara tersenyum tipis, mulai menyukai semangat Sasuke. "Buktikanlah tekadmu itu sendiri. Sakura berada di kamar yang ada di puncak ista–" 

Ucapan Gaara terpotong. Bahunya terluka seakan tertembak dari belakang dengan peluru dari senapan kelas atas. Gaara terkena kekuatan sihir yang dapat menyerang fisik. Tubuhnya terhuyung di tempat ia berdiri, matanya melebar karena terkejut, Tangannya mencoba menahan rasa sakit di bahunya yang mulai mengeluarkan tetesan darah. Ia menoleh ke belakang tempat sihir itu berasal, matanya bertemu dengan Sasori yang melayang dengan tatapan yang penuh amarah.

"Kau berkhianat, Gaara?" bisik Sasori, suaranya dingin dan menusuk. Ia menatap Gaara, matanya dipenuhi dengan amarah yang membara. "Kurasa kau memang ingin aku untuk memutuskan tidak mengenalmu lagi."

Gaara tidak menjawab. Tangannya masih memegang bahunya yang terluka. Ia tahu, ia telah membuat kesalahan. Namun, ia tidak menyesal. Ia tahu, ia harus melakukan sesuatu. Ia harus membantu Sakura.

Sasuke dan Kakashi membeku di tempat melihat pemandangan mengerikan di hadapannya. Di tengah ruangan, Sasori melayang, matanya memancarkan amarah yang membara. Di sampingnya, Gaara hampir tergeletak tak berdaya.

"Itukah... Sasori?" bisik Sasuke pelan kepada Kakashi.

Kakashi mengangguk kaku, tubuhnya masih menegang karena merasakan sihir yang kuat di sekitarnya kini. "Ya," balasnya, suaranya serak. "Sihirnya... sangat kuat."

Mata Sasori kini beralih menatap Sasuke dan Kakashi yang menatapnya dengan tajam. Sudut bibirnya terangkat, matanya memancarkan hawa kejahatan yang kuat. "Keberadaan kalian bagaikan serangga yang tidak sopan memasuki hunian seseorang," ujarnya, suaranya dipenuhi nada ejekan.

"Kami tidak datang untuk bertamu," balas Sasuke, suaranya dingin dan menusuk. "Kami datang untuk menjemput apa yang kau curi."

Sasori tertawa. "Kau pikir kau bisa mengambilnya dariku? Kau salah, ia adalah milikku sekarang.  Dan selamanya."

"Sakura terlahir di dunia ini untuk menjadi milikku," ujar Sasuke, suaranya dingin dan penuh keyakinan. Ia melangkah maju, tangannya menarik pedang dari sarungnya. Kilatan pedang itu memantulkan cahaya matahari yang samar, seolah siap untuk bertempur. "Aku akan melakukan apa pun. Aku rela membakar seluruh permukaan bumi untuk Sakura, tanpa membiarkan api itu menyentuh Sakura."

Sasuke mulai bersiaga dengan kuda-kudanya, "Kakashi, bantu aku." bisik Sasuke sebelum melompat untuk menyerang Sasori yang berdiri melayang di belakang Gaara. 

Kakashi mengangguk mengerti, apa yang dimaksud Sasuke adalah membantunya dengan mengalirkan kekuatan sihirnya kepada pedang Sasuke untuk melawan Sasori. Ia menggerakkan jari-jarinya, dan sebuah cahaya hijau terang muncul dari tangannya, menyebar, dan menciptakan sebuah kubah cahaya yang tak terlihat di sekeliling mata pedang Sasuke.

Saat Sasuke kini berhadapan dekat dengan Sasori, ia mengarahkan pedang tajamnya ke arah Sasori dengan cepat. Pedang Sasuke kini terasa lebih ringan dan lebih kuat berkat sihir Kakashi. Sasori yang tak kalah cepat juga melemparkan sihir untuk menangkis serangan Sasuke yang mengarah padanya. Pedangnya beradu dengan sihir Sasori, menciptakan suara dentingan yang nyaring dan percikan api.

The SwanWhere stories live. Discover now