Chapter Twenty

55 11 2
                                        

Pucuk menara istana yang tinggi, yang terterangi oleh cahaya matahari yang samar, menjadi saksi bisu pertemuan dua orang pria. Di sana, Sasuke berdiri siaga, siap untuk bertarung. Di sampingnya, Kakashi yang juga bersiaga, menatap Gaara dengan mata yang dipenuhi dengan kejutan.

"Lama tak berjumpa, Kakashi," suara Gaara terdengar santai, seolah ia sedang berbicara dengan kawan lama di tengah situasi genting. Gaara menatap Kakashi dengan tatapan datar, melipat tangannya di dada, tidak menunjukkan emosi apa pun.

Kakashi terdiam, matanya menatap pria yang menyapanya dengan tajam. "Apa yang kau lakukan di sini, Gaara? Apa kau akan menghalangi kami?" tanyanya, suaranya tegas.

"Keberadaan aku di sini tidak ada hubungannya dengan keberadaan kalian. Sasori sendiri yang mengundangku untuk kemari." ujar Gaara, masih dengan nada santai.

"Mengundangmu? Apa maksudnya? Kau bekerja sama dengannya?" cecar Kakashi dengan berbagai pertanyaan.

Gaara menatap Kakashi, mata hijaunya menampilkan sorot pandangan yang datar. "Sasori akan menikahi Sakura, hari ini."

Sasuke yang mendengarnya seakan berhenti bernapas, tubuhnya membeku. Kata-kata Gaara bagai palu godam yang menghancurkan hatinya. Ia tidak bisa memercayai apa yang baru saja ia dengar. Sakura... akan menikah dengan Sasori?

"Kau bohong," bisik Sasuke, suaranya serak. "Sakura tidak akan pernah menikah dengannya!"

Gaara menyeringai tipis dan menggeleng, "Tidak ada untungnya aku berbohong." ujarnya seraya menatap Sasuke.

"Putri Sakura tidak mungkin menerima untuk menikah dengan Sasori," balas Kakashi, suaranya dipenuhi dengan amarah.

"Itu bukan urusanku, Kakashi. Lagipula, Sasori dapat mengendalikan Sakura sesuka hatinya," ujar Gaara dengan nada datar.

"Kakashi, apa maksudnya?" tanya Sasuke pada Kakashi namun mata hitamnya menatap Gaara tajam.

Kakashi menelan ludah sebelum berani untuk menjelaskan situasi kepada Sasuke. "Sasori... ia telah membuat Sakura menjadi boneka. Ia telah mengendalikan Sakura dengan sihirnya. Sama seperti yang dilakukan oleh ayah Sasori untuk merebut ibu Sasori dari kerajaan alam."

Seketika, Sasuke terdiam. Pikirannya kosong. Matanya melebar. Tangannya yang mencengkeram gagang pedang bergetar. Hatinya berdegup cepat. Perutnya terasa ingin memuntahkan isinya keluar. Sasuke tremor, tidak menyangka jika Sakura, kekasihnya, akan direbut secara curang seperti ini. Selama ini, Sasuke selalu mencintai Sakura. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik. Namun, keparat bernama Sasori dengan sihir busuknya mengendalikan pikiran Sakura dan hendak menikahinya hari ini.

"Pangeran!" tegur Kakashi seraya menepuk bahu Sasuke.

Sasuke tersentak dan sadar dari lamunannya. Ia menatap Kakashi masih dengan mata yang melebar. 

"Tenangkan dirimu, Pangeran Sasuke. Putri Sakura bisa diselamatkan," ujar Kakashi, suaranya tenang dan meyakinkan. "Kutukan yang Sasori berikan pada Putri Sakura... itu bukan kutukan yang abadi. Itu adalah kutukan yang bisa dipatahkan."

Sasuke menghela napas, ia mencoba menenangkan dirinya. Ia menatap Kakashi, matanya dipenuhi dengan keputusasaan. "Bagaimana? Bagaimana kita bisa mematahkannya?"

Kakashi tersenyum tipis, matanya terlihat mencoba tenang saat menatap Sasuke. "Kaulah yang dapat mematahkan kutukan itu, Pangeran." 

Mata yang semula putus asa, kini kembali menerima cahaya. Sasuke mengangguk, percaya dengan apa yang dikatakan Kakashi. Tubuhnya kembali prima, siap untuk menghadapi tantangan lain yang akan dihadapinya. 

Gaara tersenyum tipis melihat Sasuke yang bersemangat untuk menyelamatkan Sakura. "Aku cukup kagum dengan semangatmu, namun sepertinya kau terlalu percaya diri... siapa namamu tadi? Oh, Sasuke, kan?"

The SwanWhere stories live. Discover now