empat belas: lian

3.9K 673 80
                                    

empat belas: lian  


Ga ada yang lebih annoying dari cengiran Liam begitu melihat gue. Cengiran-cengiran yang lo buat saat lo liat nyokap lo pulang dari arisan dan bawa setumpuk makanan. Demi Tuhan, gue bukannya benci Liam. Gue cuma males ketemu dia doang karena gue selalu awkward sama dia, itu aja.

Seperti biasa, Lucy, sebagai pahlawan gue, dia yang maju duluan untuk bicara. "Liam, lo ngapain disini sendirian?"

"Lagi editin naskahnya Meidi," jawab Liam ramah. "Duduk aja sini, kalian, biar gue ada temen."

"Meidinya mana?" tanya Lucy sambil meraih satu kursi dan duduk, gue pun melakukan hal yang sama.

"Ga tau tadi dia masih di sekolah sama Louis," kata Liam lalu menyendokkan satu es krim ke mulutnya. "Mereka kayak lagi negoisasi tentang peran. Ya udah gue tinggal aja."

Mata gue membulat. Oh, yang gue dengar tadi. Apa coba. Negoisasi peran kan bisa di luar sekolah, ga perlu berduaan gitu. UugGGHhHHhhh.

"Oke deh," Lucy mengangguk-angguk lalu berdiri dari tempatnya. "Yan, gue yang pesen ya. Lo mau rasa apa?"

Eh anjir gila ya ini orang. Parah. Tega. Kejam.

"V- Vanilla oreo pake koko crunch, deh," jawab gue terbata-bata. 

Setelah gue menyebutkan pesanan yang gue mau, Lucy pergi. Kini tinggal gue dan Liam. Lian dan Liam yang suka dijodoh-jodohin dan sayangnya salah satu dari kita ga ada yang berani nyeplos untuk melakukan pemberontakan.

"Tumben," Liam bergumam sambil menatap layar laptopnya, membuat gue menoleh.

"Apa?"

"Tumben pulang sekolah main. Biasanya udah dijemput duluan," ujar Liam masih menatap layar laptop.

Merhatiin aja nih orang, jadi malu gue.

"Sekali-kali, lah," jawab gue sambil tertawa kecil. Anjay gue malaikat banget luarnya; kalem-kalem menyejukkan. Padahal dalemnya iblis busuk.

"Ntar pulangnya sama gue aja mau ga?" tanyanya, membuat gue kini mendongak lagi.

Hah ngomong apa deh tong.

"Apa?" tanya gue pelan. Gue emang suka budek tiba-tiba--salahkan kuping gue yang ga kuat sama volume full di headset.

"Pulaaang," Liam mengulang dengan nada santai. "Sama gue. Biar lo ga usah naik bis lagi."

"Oooh," gue mengangguk-angguk sok polos. "Emang lo ga ada tumpangan?"

"Ya emang gue mau boncengin siapa?" Liam tertawa kecil sambil melirik gue sekilas, lalu menatap laptopnya lagi.

Anggep aja Louis. Anggep aja Louis.

"Oke. Boleh deh," jawab gue sambil mengangguk. 

Lalu Lucy datang dengan dua mangkuk es krim di tangannya. Dan gue berterimakasih dalam hati kepada Pencipta Alam yang telah menyelamatkan gue dari kecanggungan ini.

"Lian teksnya banyak ga?" Lucy langsung mencondongkan badannya dengan kepo ke layar laptop Liam sambil menyendokkan es krimnya dengan brutal.

"Lumayan," ujar Liam sambil mengetik. "Feodora banyak keluar di adegan."

"Feodora?" tanya gue dengan satu alis terangkat.

"Nama lo, Lian," jawab Liam. "Disini nama lo Feodora, adik dari Ioannis."

Bhak. Ga salah? Nama Ioannis cocok lah buat Louis; ganteng-ganteng berwibawa. Kalo Feodora... nama itu terkesan cantik, anggun dan manis. Dan langsing.

alternating current ft. louis william tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang