empat: lian

5.2K 813 235
                                    

empat: lian  


Tempat favorit gue di sekolah adalah perpustakaan. Gue tau, pasti cuma sekitar 1% populasi siswa yang setuju sama pendapat gue. Tapi, bagi gue, kenapa juga harus ga suka perpus? Dingin, adem, tenang, bersih. Bisa jadi ajang tempat cabut pelajaran, kadang-kadang. 

Dan hari ini, gue ga ke perpus dengan alasan bosan. Jenuh banget sama suasana yang krik. Mungkin kantin adalah pilihan yang bagus, apalagi Louis suka kesana. HAAAH! 

"Liaaan!" tiba-tiba sebuah suara datang, berbarengan dengan sebuah tangan yang menutupi mata gue.

"Ga lucu, Lucy," ujar gue kalem sambil melepas tangannya. Lucy, teman sebangku gue di beberapa kelas yang sama, terkekeh sambil merangkul gue.

"Tumben hari ini kesini," ujar Lucy sambil menatap sekelilingnya. "Ada apaan?"

Mau liat Louis.

"Bosen di perpus," jawab gue sambil tertawa. "Makanan ringan disini yang enak apa, ya?"

Lucy tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya menarik tangan gue. Hm, gini. Gue emang ga pernah ke kantin dengan alasan menghindari godaan makanan. Aneh emang. Tapi lebih aneh lagi lemak di badan gue ini, terutama pipi. Ah sudahlah, bawang aja bisa nangis kalo liat pipi gue. 

Sepanjang perjalanan mencari kios yang Lucy bilang 'enak', gue bisa merasakan hawa-hawa predator yang menatap kita. Nggak, nggak. Menatap Lucy, bukan gue. Ugh. Gue tau Lucy cantik, biasa aja kali.

Cantik, rambutnya badai, jago main piano, tinggi, mulus, pinter nyanyi lagi. Gue serasa seperti onggokan sampah jalan di sebelah dia. The good thing is; predator-predator itu ga akan tertarik ngelirik gue. The bad thing is; LUCY JUGA SUKA SAMA LOUIS.

LUCY. LOUIS. LOUCY. BODO AMAT. 

Suara-suara di otak gue yang sedang marah pun berhenti saat sesuatu yang basah terserap sama baju gue sampai ke dalem-dalem. Baju gue... fanta tumpah...

Gue melongo menatap noda merah di baju gue lalu mendongak, menatap si penabrak ga berperikemanusiaan. Dan gue ga pernah nyangka bahwa, di sekolah seluas ini, gue harus nabrak Liam. Liam frickin' Payne. 

Dengan semburat merah di pipinya sekarang.

"Maaf," ujar gue dan Liam disaat yang bersamaan. Wow. Gue bisa liat raut-raut salting di wajahnya--mungkin di wajah gue juga--dan itu canggung. Banget.

Belum sempat gue bicara lagi, Lucy tiba-tiba memotong. "Liam lo gimana, sih, baju dia jadi basah nih!"

Liam mengerjap lalu menatap gue penuh minta maaf. Ya, betul. Terus tatap gue dengan tatapan melas. Kalo perlu sujud dan minta maaf. Lo kira nyuci baju gampang, hah.

Meski begitu, yang keluar dari mulut gue hanyalah, "Ga apa-apa, kok. Kan ga sengaja."

Liam tampak lega namun Lucy sebaliknya. Ia malah menatap gue dengan tatapan mencak-mencak.

"Lo jangan lembek kenapa sih kalo dijahatin orang," Lucy menggerutu. "Ngelawan dikit, biar ga ditindas."

Gue menghela napas lelah. Lucy ini meskipun kelihatan sempurna, dia punya tempramen yang tinggi. "Liam kan ga sengaja. Udah, ga apa-apa, kok."

Lucy menatap Liam dengan tatapan membunuh, sebelum akhirnya menatap gue. "Tunggu sini. Gue mau beli minum, sekalian minta lap kering."

Gue mengangguk lalu melirik Liam lagi sambil nyengir minta maaf. Awkward. Gue biasanya selalu sebisa mungkin menghindari Liam karena lelucon orangtua kita berdua yang suka gak lucu, bikin gue mati gaya setiap saat.

Mari kita bicarakan itu nanti.

"Yan, lo nggak apa-apa bajunya basah gitu?" Liam menatap gue iba. "Apa mau pinjem seragam basket gue dulu? Atau kaos futsalnya Louis? Mau?"

Lo banyak omong, tapi pilihan kedua boleh tuh. Boleh banget. Plis, Liam, peka sama gue kali ini aja. Tatap mata gue dan liat betapa banyak tersimpan harapan di dalamnya. Plis, plis.

"Eh tapi UKS nyimpen baju bersih, kok!" Liam terkekeh sambil menepuk dahinya.

Oke pemirsa gue ga apa-apa kok. Yup. Selow.

"Ga, ga usah," gue tersenyum sopan. "Nanti juga kering, kok."

"Yah... maaf ya, Yan," ujar Liam dengan suara pelan.

"Ga apa-apa," gue mencoba memberikan senyum terbaik gue yang meyakinkan sambil diam-diam melirik ke sekeliling.

Ga ada tanda-tanda Louis disini. Ih, dia kemana, sih? Jangan-jangan dia ga masuk... dan jangan-jangan dia lagi sakit. Pantesan tadi pagi matanya agak sayu. Ah, tau gitu tadi gue ngucapin GWS, kan?

Trus apa gunanya gue keramas pagi ini dan menghasilkan rambut badai...? Mau pamer ke siapa lagi?

Hari ini bukan hari keberuntungan gue. :(  


+++ 

(a.n) question: apakah ceritanya bakal gini-gini aja (bolak-balik) sampe ending?

jawaban: ngga sayang. gue ulang. s a y a n g. fandom 1d aja ada dramanya masa cerita gue ngga *emot nangis*

alternating current ft. louis william tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang