Prolog

6 2 0
                                        


Sudah beberapa hari semenjak Rendra dan Aluna resmi berpacaran. Jovan hanya diam dan mengamati ketika melihat mereka makan bersama dikantin ataupun saat mereka mengerjakan tugas bersama. Dia tidak iri, justru dia senang keduanya terlihat bahagia. Namun adakalanya dia merasa sepi dan kosong.

Di tengah ramainya suasana kantin sesekali dia melempar candaan meski dirinya merasakan kosong di hati. Bel berbunyi menandakan jam istirahat telah berakhir, namun Jovan memilih pergi ke perpustakaan daripada kelasnya. Jovan duduk di perpustakaan, berpura-pura membaca buku. Sebuah buku tergeletak pada meja di depannya. Jovan melirik, dan melihat tulisan kecil di halaman yang terbuka.

-“Jovan hari ini nggak senyum. Rasanya kayak langit mendung tapi nggak hujan.”-

Sebelum Jovan membaca lebih banyak sebuah tangan lebih dulu menutup buku tersebut dan buru-buru menyembunyikannya. Ternyata dia Kaluna, teman sekelasnya.

Jovan terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Tapi untuk pertama kalinya, dia merasa dilihat. Bukan sebagai si jahil, bukan sebagai si kalem, tapi sebagai dirinya sendiri.

“Kenapa kamu nulis tentang aku?” tanya Jovan pelan.

Kaluna menatap Jovan kemudian dengan pelan membalas. “Karena kamu selalu bikin orang tertawa... tapi aku tahu, kadang kamu juga butuh didengar.”

Jovan menatap Kaluna. Lama. Lalu dia tersenyum—bukan senyum jahil, tapi senyum yang tulus. “Mau dengar lagu baru yang aku bikin?”

Kaluna mengangguk. “Kalau itu tentang aku, aku janji nggak akan bilang ke siapa-siapa.”

Have not Had TimeWhere stories live. Discover now