DB 2

1.3K 209 13
                                        

Happy reading


Bagas mengelap keringat yang ada di pelipisnya, ia mengadah keatas menatap langit yang sangat terik. Terdengar helaan nafas lelah dari remaja kurus tersebut.

"Hari ini panas banget..." gumamnya.

Dengan langkah cepat ia berjalan menuju pohon rindang yang terlihat sepi. Dengan rasa lelah ia kemudian duduk dibawah pohon tersebut yang terasa nyaman karena angin yang bertiup kencang.

Matanya menatap tangannya yang kotor serta terlihat kulitnya yang penuh bekas luka karena terlalu keras berkerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini.

Di usianya yang sudah menginjak umur 17 tahun ini ia tidak pernah tau seperti apa orang tuanya.

Yang ia tau bapaknya meninggal ketika dirinya masih di dalam kandungan karena sakit keras. Sedangkan ibunya atau bisa ia sebut ayahnya meninggal saat melahirkannya.

Benar, yang melahirkannya ada seorang laki-laki. Jadi ketika ia mengetahui bahwa yang melahirkan dirinya adalah seorang laki-laki, itu membuat dirinya sangat terkejut.

Pantas saja selama ini dirinya sering disebut anak aneh oleh orang-orang di desanya, karena ternyata dirinya lahir dari rahim seorang laki-laki.

Tapi ia tidak malu ataupun marah ketika mengetahui bahwa dirinya dilahirkan oleh laki-laki. Ia malah sangat bersyukur ketika orang tuanya mau mempertahankan dirinya hingga ia bisa lahir ke dunia ini.

Tapi didalam hati kecilnya ia sangat penasaran bagaimana bisa orang tuanya itu bersama. Apalagi mereka berdua memiliki jenis kelamin yang sama dan bagaimana bisa ibunya itu mengandung dirinya padahal ibunya saja seorang laki-laki.

Bagas menatap ladang yang kini terlihat sepi karena saat ini orang-orang sedang beristirahat dengan berkumpul. Sedangkan dirinya hanya sendiri dengan menyenderkan punggungnya ke batang pohon tersebut.

Bukan ia tidak ingin ikut istirahat bersamaan, tetapi orang-orang disana selalu melayangkan tatapan aneh dan jijik kearahnya.

Dan itu membuatnya cukup risih apalagi mendengar orang-orang itu selalu menyebut nya dengan sebutan 'anak aneh'

Dia bukan anak aneh, dirinya sama seperti mereka pikirnya. Tapi entah kenapa mereka selalu menyebutnya dengan anak aneh hanya karena dirinya terlahir dari seorang laki-laki.

"Kenapa? aku bukan anak aneh..." ucapnya dengan menatap sendu tangannya yang berkulit kecoklatan karena sering berjemur dibawah sinar matahari.

Sejak lahir ia dibesarkan oleh ibu Susi yang selalu baik dan peduli kepadanya, hingga ketika ia berumur 14 tahun dirinya lebih memilih untuk hidup sendiri dirumah kecil yang dulu orang tuanya tinggali.

Sudah cukup selama 14 tahun itu ia merepotkan wanita tua tersebut. Jadi, setelah berfikir dengan matang ia meminta izin kepada wanita tua tersebut untuk tinggal dirumah peninggalan orang tuanya.

Awalnya wanita tua tersebut menolak, tapi setelah ia menjelaskan bahwa ia ingin hidup mandiri dan tidak ingin merepotkan wanita tua itu lagi dengan ragu-ragu beliau mengangguk mengiyakan permintaannya.

Dan sudah 3 tahun ia hidup sendiri dirumah kecilnya itu. Untungnya pemilik ladang sangat baik kepadanya dan memperbolehkan dirinya untuk ikut bekerja di ladang milik beliau.

Terkadang ia sedikit iri saat melihat anak-anak seusianya yang memakai seragam sekolah. Ia juga ingin belajar dan memiliki teman-teman yang banyak.

Tapi apa boleh buat, tanpa bekerja ia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Bagas ... ngapain kamu disitu?"

Ia menoleh ketika mendengar suara yang tidak asing. Wajah sendu nya kini berubah menjadi senyum lebar ketika melihat orang yang ia sukai berdiri tidak jauh darinya.

"Mas Danu..." serunya. "Aku lagi istirahat mas."

"Loh nggak ikut sama yang lain?"

Remaja kurus itu menggeleng pelan, "Nggak mas, aku lebih suka sendiri." jawabnya. "Mas ngapain siang-siang kesini?"

Ia sedikit terkejut ketika tau pemuda tersebut ada di ladang ini waktu siang hari. Biasanya pemuda itu akan kesini saat sore hari untuk menemani sang bapak mencek ladang.

"Emang nggak boleh?" tanya Danu dengan tersenyum tipis. Ia kemudian ikut duduk disamping remaja yang terlihat panik itu.

"Boleh kok, kan ladangnya punya bapak mas." jawab Bagas cepat, mana mungkin ia tidak membolehkannya anak pemilik ladang itu kesini.

Danu tertawa sambil mengacak-acak rambut Bagas, "Mas cuma becanda kok ... kamu udah makan?"

"Belum mas..."

"Nih mas bawain makan siang buat kamu." ujarnya dengan membuka rantang yang ia bawa.

"Wah nasi goreng..." seru Bagas dengan mata berbinar.

"Mas bikin sendiri loh ... nggak tau rasanya enak apa nggak."

Bagas mengadah dengan wajah tidak percaya. "Beneran mas bikin sendiri?" ucapnya.

Danu mengangguk, "Iya beneran," jawabnya dengan menyendok nasi goreng tersebut kemudian menyodorkannya kepada remaja yang kini duduk didepannya.

"Nih cobain, buka mulutnya..."

Dengan semangat Bagas membuka mulutnya kemudian memakan nasi goreng tersebut.

"Emm enak banget mas." ujarnya dengan wajah yang berbinar-binar. "Aku nggak nyangka kalo mas bisa masak."

"Bagus deh kalo kamu suka," kata Danu dengan kembali menyuapi remaja yang terlihat senang itu. "Besok malem kamu sibuk nggak?"

Dengan mulut penuh Bagas menggeleng, "Enggak, emang kenapa mas?" jawabnya tidak jelas.

"Besok mau nggak ke pasar malem?"

"Dimana mas?"

"Didesa sebelah, kalo kamu mau besok malem mas jemput."

Mendengar ajakin itu membuat Bagas mengangguk dengan cepat. Tidak mungkin kan ia menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Mau kok mas." serunya senang.

"Yaudah besok malem mas jemput kamu dirumah..."

Danu berdiri dari duduknya, "Mas pulang dulu ya ... jangan lupa dihabisin." sambungnya  dengan memberikan senyuman manis.

Jantung Bagas berdetak kencang ketika melihat senyuman itu, dengan pipi merona ia mengangguk.

"Iya bakal aku habisin kok mas, makasih ya."




Like dan komen cintahh🤳

kasian banget bagasskyuuu🥺

DAGAS [Mpreg]Where stories live. Discover now