Bagas mengangguk kemudian mulai naik keatas motor milik pemuda tersebut. Tangannya meremas celana pendeknya yang telah usang, entah kenapa saat ini dirinya sangat gugup.

"Udah mas." ujarnya.

Setelah mengatakan itu Danu menjalankan motornya pergi meninggalkan ladang milik sang orang tua.

Diperjalanan, Bagas hanya berdiam diri sambil menatap ke sekeliling yang terdapat lahan kosong yang ditumbuhi tanaman liar. Sesekali ia melirik kearah pemuda didepannya yang juga diam tidak membuka suara.

Dahinya mengernyit, ini kan pertama kalinya mas Danu nganterin aku pulang kok dia tau arah rumahku? pikirnya.

Ia kemudian mendekat dengan menepuk pelan pundak Danu. "Mas..." panggilnya.

"Hm? kenapa Gas?" sahut Danu melirik sekilas kesamping.

"Kok mas tau jalan rumahku?"

"Oh ... kemaren mas tanya sama bapak."

"Mas tanya sama pak Agus?" ulang Bagas yang diangguki oleh pemuda tampan tersebut.

"Emang kenapa Gas?"

Dengan cepat Bagas menggeleng. "Nggak papa kok mas, aku cuma bingung aja kenapa mas tau rumahku." ujarnya diakhiri dengan kakehan.

Danu yang mendengar itu tersenyum tipis dengan sorot mata menatap lurus kedepan.


•••••••


Danu menghisap rokok yang ada ditangannya kemudian menghembuskan nya dengan pelan. Matanya melirik kearah teman-temannya yang sedang menatap dirinya.

"Apa?"

"Aku liat-liat kamu makin deket sama anak aneh itu."

"Jangan-jangan Danu suka lagi sama anak itu..." timpal yang lain sehingga membuat mereka yang ada disana tertawa terbahak-bahak.

"Tolol ... kan kalian yang nyuruh aku buat deket sama dia!"

"Kan kami nyuruh kamu buat begituan sama dia, bukan buat kamu deket sambil senyum-senyum gitu." jawab Ari yang bertubuh sedikit gempal tersebut.

Danu yang mendengar itu memutar bola matanya dengan malas. "Kamu pikir gampang? aku harus deketin dia dulu baru bisa make badannya."

"Iya deh sipaling ahli, tapi aku liat-liat badannya lumayan juga."

"Badannya aja kurus kering gitu apa bagusnya..." sambung Danu dengan nada mengejek, mulutnya kembali menghisap rokok yang ada ditangannya.

"Kamu nggak tau sih Dan enakan yang kurus jadi gampang dibanting." sahut Ian sambil meminum minumannya, matanya melirik kearah Danu yang menatap datar dirinya.

"Iya kalo kurus gampang ditusuknya ... apalagi badan kamu gede gampang lah angkat-angkat dia." timpal Ali dengan terkekeh.

"Cih ngawur kurus kok dibilang enak."

"Makanya Dan kamu coba dulu, kalo enak baru kami nanti."

Dahi Danu berkerut ketika mendengar perkataan dari Iwan yang duduk disampingnya.

"Maksud kamu? kalian mau nyoba dia juga?"

"Iyalah masa kamu doang yang make..." sahut Iwan yang membuat Danu menatap tajam dirinya.

"Goblok! kamu kan sama Ian udah punya istri!"

"Yaelah istriku lagi hamil muda jadi nggak bisa di ajakin gituan." ujar Iwan yang diangguki oleh Ian.

"Ck kalo istriku males ngasih jatah, bilangnya cape lah ini lah banyak alesan."

"Mampus sapa suruh nikah muda... " sahut Ari.

Mereka yang mendengar itu tertawa terkecuali Iwan dan Ia yang kini menunjukkan wajah masam.

"Kalo kamu udah make dia bilang sama kami ya Dan." ujar Ian mengalihkan perhatian.

"Betul, kan kamu kalah taruhan jadi kamu yang duluan..." timpal Ari. "Kalo bisa sih secepatnya Dan ... kalo lama-lama nanti dia malah suka lagi sama kamu."

Danu tersenyum sinis, kemudian berkata. "Ya ... seandainya aku nggak kalah taruhan mana mau aku deket-deket sama anak aneh itu."

"Kan itu seandainya Dan, tapi bener sih kayanya anak itu suka sama kamu deh."




Like dan komen cintah🤳

alo cintahhh rere bikin cerita baru nichh ... semoga sukaa yachhh🤭🤭

DAGAS [Mpreg]Where stories live. Discover now