Prolog

2 1 0
                                        

Aku nggak pernah kepikiran, dari semua orang di sekolah ini, cuma aku yang chatnya selalu dibalas sama Gautama Rendra Putra.
Ya, Tama atau bisa dipanggil tama, cowok yang semua orang kenal, baik karena kelakuannya yang tengil, ketawanya yang nyaring, atau sekadar karena dia ada di setiap acara penting sekolah. Dia kayak punya magnet. Nggak semua orang suka, tapi semua orang tahu dia.

Kelas XI IPA 2 bukan kelas yang sepi. Bahkan jam 07.15 pagi pun udah ada yang ketawa ngakak di pojok belakang biasanya sih Dion, atau ada yang sibuk debat soal PR Matematika si Clara dan Ardan. Aku lebih sering duduk di deretan pinggir, dekat jendela. Nggak terlalu depan, nggak terlalu belakang posisi aman buat nyimak guru tapi juga bisa ngeliatin halaman sekolah kalau bosan.

Tama duduk dua baris di belakangku, di sebelah Dion. Mereka berdua kayak paket hemat, kalau yang satu ketawa, yang lain otomatis ikut. Kalau Dion sibuk main HP, Tama bakal nyolek atau nyulut percakapan random. Kadang aku berpikir, gimana rasanya punya hubungan pertemanan sedeket itu? Nggak perlu basa-basi, nggak ada canggung.

Aku sama Tama? Nggak sedekat itu. Awalnya, kami cuma saling kenal sebatas "teman sekelas". Paling banter, ngobrol kalau ada tugas kelompok atau pas dia minjem pulpen.

Makanya, waktu pertama kali dia bales chat-ku dengan cepat, aku agak kaget.
Waktu itu aku cuma nanya di WhatsApp:
Valerie: "PR Biologi dikumpulin hari ini nggak sih?"
Dia balas dalam satu menit:
Tama: "Enggak. Santai aja, Bu Ratna lagi rapat. Tapi lo udah bikin?"
Aku cuma sempet ngetik "udah" sambil heran. Soalnya, Clara pernah bilang chat ke dia soal tugas baru dibales dua hari kemudian.

Besoknya, aku coba lagi. Niatnya cuma iseng.Valerie: "Besok seragam batik, kan?"

Balasannya cepat lagi:

Tama: "Iya. Eh, besok jangan lupa bawa buku fisika, ya. Pak Wahyu bilang mau bahas remedial."

Dari situ, entah kenapa, jadi kebiasaan. Kadang aku nanya hal sepele, dia bales. Kadang dia yang mulai duluan, kirim foto langit sore atau video Dion yang lagi nyanyi fals di kantin.

Aku nggak pernah cerita ini ke siapa pun. Rasanya terlalu personal. Kayak aku punya jalur komunikasi yang cuma milikku sendiri.Sampai pada suatu sore hujan, jalur itu berubah jadi sesuatu yang jauh lebih rumit.

Accidentally YouWo Geschichten leben. Entdecke jetzt