Prolog

7 1 0
                                        

Aku sudah sering menjadi saksi dan pendengar dalam berbagai kisah cinta teman-teman di sekitarku, mulai dari yang berakhir bahagia hingga menyakitkan. Kata mereka, aku adalah orang yang tepat untuk menjadi tempat curhat. Kadang aku berpikir, apa aku tagih saja ongkos setiap kali ada yang curhat, ya? Hitung-hitung, lumayan juga sebagai tambahan uang jajanku.

Bercanda, kok! Aku senang-senang saja dipercaya oleh teman-temanku, walaupun kadang terasa melelahkan karena aku juga menyerap emosi mereka. Masalahnya, sebagian besar curhatan yang kuterima membawa energi negatif. Aku tahu kalau kelelahanku adalah salahku sendiri yang belum bisa mengontrol kemampuanku untuk turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Menurutku, yang paling parah adalah curhatan mengenai pertengkaran dalam hubungan dan putus cinta. Begitu banyak orang-orang di sekitarku yang gagal dalam hal percintaan. Berhubung aku belum pernah menjalin hubungan dengan siapa pun sejauh ini, kadang aku tidak habis pikir kenapa mereka mau memulai maupun bertahan dalam hubungan yang merepotkan seperti itu?

Apakah jatuh cinta memang membuat orang menjadi buta dan kehilangan kemampuan untuk berpikir secara logis? Kalau memang sudah tidak bisa dilanjutkan, kenapa masih bertahan? Sudah tahu kalau putus cinta itu menyakitkan, kenapa masih saja jatuh cinta? Kita ini, kan, manusia berakal budi dan punya kemampuan untuk memutuskan. Kalau tidak cocok, ya, putus sajalah! Seharusnya berurusan dengan cinta tidak sesulit itu, kan?

---

Jangan lupa untuk meninggalkan vote dan komentar ya supaya aku tetap semangat untuk melanjutkan serial ini! Nantikan update Chapter 1 dari novel Gema Rasa minggu depan. Gema Rasa akan update setiap hari Jumat/Sabtu! \(^w^)/

Gema Rasa [Serial Pertama 'Rasa']Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon