Ch 9

15K 1.2K 43
                                    

Setelah baca, wajib kasih vote dan komentar ^^

.

.

"Sial!"

Satria melempar ponselnya ke sebuah ranjang kecil yang ada di ruangan itu, kemudian disusul dengan ia hempaskan tubuhnya di ranjang kecil itu. Ia lalu menghela napas dan memijat dahinya dengan kedua matanya yang menutup.

"Ervin..." lirihnya disela-sela helaan napasnya yang terlihat berat. Sejak semalam, Ervin tak mau mengangkat teleponnya, mengirimi pesan tak satupun di balas. Apa mungkin ia marah karena dirinya tidak menjemputnya?

Tidak!

Pasti bukan itu alasannya. Satria tahu betul bahwa Ervin tak semudah itu marah karena alasannya tidak jadi menjemputnya. Apa karena aku tak membalas pesannya kemarin? –ah, Satria ragu untuk itu. Toh, kemarin ia bilang bahwa ia belum sempat membeli pulsa kok. Ia tidak bohong mengenai hal itu.

Tapi ini semua gara-gara seseorang yang membuatnya tidak jadi menjemput Ervin. Seseorang yang tidak bisa Satria tolak permintaannya.

Sonia...

Ya. Dia adalah kekasihnya. Sudah empat tahun mereka menjalin hubungan. Namun, enam bulan sudah mereka mengalami kerenggangan karena sebuah alasan.

Alasan sepele sebenarnya, tapi hal sepele inilah yang membuat Satria geram kepada kekasihnya itu.

Ia sangat tidak menyetujui Sonia untuk bepergian –traveling kemana saja hanya untuk mencari kepuasan hati dalam memenuhi hobinya di bidang photographi.

Mereka beda kampus, tapi masih satu kota. Sonia adalah pacarnya sejak SMA karena dulu mereka satu sekolah dan bahkan sekelas selama dua tahun.

Satria sangat benci menjalani hubungan jarak jauh karena ia tahu, Sonia akan sulit di hubungi apalagi kalau gadis itu mendatangi daerah terisolasi. Bisa berminggu-minggu tanpa kabar karena tak adanya signal di tempat itu.

Ia sungguh kesal saat gadis itu tak mengindahkan ucapannya dan malah berlalu pergi –berpetualang bersama komunitasnya dan mengabaikan keluarganya yang juga khawatir padanya.

Dan jangan salahkan Satria, disaat hubungan mereka sedang tak bagus, Ervin tiba-tiba hadir di tengah kegalauan dan keresahan hatinya mengenai kekasihnya yang waku itu entah berada dimana. Keluguan, kepolosan serta wajah manisnya yang membuat Satria sering gemas sendiri membuat rasa sayang itu muncul tanpa Satria bisa kendalikan. Ia bahkan tidak peduli bahwa orang yang ia sayang adalah seorang laki-laki –sama sepertinya. Ia ingin memiliki Ervin untuk dirinya sendiri, mengingat Ervin juga menunjukkan tanda-tanda yang juga sepertinya menyayanginya

Ah, semua akan berjalan lancar, jika Satria meminta Ervin menjadi kekasihnya, pasti mereka sudah menjadi sepasang kekasih sekarang, tapi itu andai saja Satria tidak ingat bahwa ia masih mempunyai kekasih meski hubungan mereka sedang dilanda cobaan.

Banyak pengandaian yang ada di kepala Satria saat ini. Jika ia dan Sonia baru menjalin hubungan beberapa bulan, ia akan segera memutuskannya dan beralih ke Ervin, tapi tidak semudah itu. Keluarganya dan keluarga Sonia sudah saling mengenal, tidak enak bukan jika ia tiba-tiba memutuskan Sonia tanpa sebab?

Kini Sonia telah kembali ke sini dan kembali menghubunginya terus-menerus. Makanya kemarin Satria tidak bisa menjemput Ervin karena Sonia telah mengekangnya untuk pergi. Bahkan sejak kepulangannya, Satria jadi jarang bertemu dengan Ervin di luar maupun di kampus.

Argghhh!

Satria mengerang frustasi. Ia pandangi langit-langit kamar kos-kos-an temannya –si Ferry. Ia bahkan membolos dua mat kuliah karena tidak konsennya pikirannya karena menghadapi masalah ini.

Reset [BoyxBoy] -COMPLETED√-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang