Awal Januari 2015.
Jeonghan tidak suka bergosip.
Masalahnya, profesi ini memaksanya untuk ‘bergosip’. Meski sebatas bergosip digital, ia tetap merasa tidak nyaman. Dan kini ia diharuskan untuk menghadapi ketidaknyamanan itu.
Uap putih berhembus tebal bersama dengan kepalanya yang mendongak ke gedung setinggi 25 lantai dengan papan tanda Hankoryeo News Agency. Sepertinya bagus kalau ia naik ke puncak dan meloncat. Kapan lagi ia punya kesempatan muncul di tajuk utama koran terbitan agensi berita nomor satu di Korea.
“Hari pertama magang?”
Perhatian Jeonghan teralih pada segelas kopi di hadapannya. Rupanya pemberian dari seorang perempuan berbalut mantel dan topi merah yang kontras dengan tumpukan salju di sekeliling mereka. Rasanya Jeonghan pernah melihat wajah tersebut di televisi tetapi ia lupa. Alih-alih mencoba mencari tahu, ia justru lebih tertarik pada motif mantel perempuan itu yang menurutnya menyerupai papan catur.
“Bu — ”
“Dari divisi mana?”
Tunggu. Sepertinya ide menjadi anak magang tidak buruk juga?
“Konten,” jawab Jeonghan.
“Yang mana?”
Netra Jeonghan dengan cepat menyeleksi papan berisi nama-nama anak perusahaan Hankoryeo. Satu nama ia ucapkan sekenanya, “Koran”.
“Oh?” Manik perempuan itu melebar. “Kita satu kantor berarti. Ayo masuk. Kan’ kamu belum ada akses, pake aksesku dulu aja.”
Perempuan itu berlalu terlebih dahulu, meninggalkan jejak aroma hangat di ujung hidung Jeonghan. Saking berkesannya aroma tersebut akan bertahan di pikirannya selama beberapa hari ke depan.
Agaknya perempuan tersebut dikenal oleh seluruh penghuni gedung. Pasalnya hampir semua orang yang mereka temui di sepanjang jalan menuju lantai 19 mengangguk dan tersenyum ramah kepada mereka – atau lebih tepatnya pada perempuan yang membawa Jeonghan masuk.
“Kenapa konten?” Pertanyaan tersebut ditujukan pada Jeonghan yang sedang mengamati tombol angka di lift.
“Sori?”
“Belakangan lagi nggak banyak lowongan magang di konten. Rata-rata anak magang milihnya di marketing atau humas yang load kerjanya nggak begitu gede.”
Jeonghan menggaruk kepala. “Ini kesempatan terakhir saya buat magang jadi saya ambil apapun yang ada.”
Percakapan singkat mereka berakhir di pintu masuk lantai 19. Perempuan tersebut mempersilakan Jeonghan keluar karena ia akan melanjutkan ke lantai 22. Sekilas Jeonghan melihat nama yang tertera di kartu pengenal yang tergantung di leher perempuan itu.
Im SooA. Ia harus mengingat namanya.
Lantai 19 merupakan pusat produksi untuk sebagian besar artikel dan berita yang dimuat di Koran Hankoryeo, termasuk bintang utamanya yakni desk politik. Suasana menegangkan yang terpancar dari sela pintu ruangan seolah tak menyambut kehadirannya.
Jeonghan benar-benar tidak tahu apa yang harus dikerjakannya dan apa identitasnya. Tahu-tahu ia diperkenalkan oleh Ibu Kepala desk kepada staf desk Politik sebagai Inspektur dari Cyber Crime Investigation Unit 1, Kepolisian Seoul. Ini jauh berbeda dengan skenario yang ia susun tadi. Dalam hati ia hanya berharap untuk tidak bekerja dengan Im SooA supaya rencananya tidak berantakan.
Di meja tamu Jeonghan merenung. Telinganya berdengung oleh suara para staf desk Politik yang saling beradu dari balik bilik. Ada yang meneriaki agar tugas cepat disetorkan, ada pula yang tengah menggosipkan anak pejabat yang ditengarai bercumbu dengan anak dibawah umur setelah mabuk-mabukan. Andai saja Jeonghan punya kemampuan untuk menghilang, pasti ia sudah lenyap dari tempatnya saat ini.
YOU ARE READING
file .4 : maestro
Mystery / Thrillera svt x oc crime mystery fanfiction by nabinara_ [SUMMARY] Yoon Jeonghan, agen National Intelligence Service (NIS), ditugaskan untuk sebuah misi. Caranya adalah dengan magang di Hankoryeo, media tempat jurnalis kenamaan Lim SooA bernaung. Dalam meny...
