ding! (when we're finally together)

Start from the beginning
                                        

"Tapi lo terima ajakan gue. Dan kita ngehabisin waktu—"

Cassie mengangguk. "Iya, karena gue ngasih lo kesempatan, North. Tapi sebelumnya gue juga ngasih kesempatan buat diri gue untuk mencari tahu gimana rasanya ngehabisin waktu sama lo."

North tidak kuasa menahan senyum lebar di bibirnya. "So the feelings are mutual."

"Indeed."

North menyodorkan tangannya. "May I?"

Cassie tersenyum, rasanya otaknya akan meleleh dengan semua kehangatan dan afeksi, serta romansa yang North berikan padanya lima jam terakhir. Tangan North terasa hangat, terasa aman, terasa nyaman. Pria itu menggenggam tangan Cassie seakan-akan ia tidak ingin Cassie lepas darinya.

"Cas."

Genggaman tangan itu mau tidak mau harus terlepas. Cassie harus naik ke atas mobil, begitu pula dengan North yang akan mengemudi.

"Iya?" Cassie bisa menyimpulkan bahwa namanya terdengar berlipat-lipat kali lebih indah saat North yang menyebutkannya.

Cheesy? Everything about romance is cheesy unless you're the one who's experience it.

"Let me be your first."

Kembang api. Cassie bisa melihat bagaimana otak dibalik tengkorak kepalanya berpesta sekarang dengan permintaan tersebut. Permintaan yang terdengar halus namun menunjukkan tekad yang kuat.

"Let me be your first as well, North."

Hanya seperti itu. Dua orang yang ragu dengan romansa dan hubungan, mengubah mindset mereka, dan menerima permintaan satu sama lain.

***

North beristirahat dengan maksimal, sedangkan Cassie harus berkutat dengan video-video yang diberikan padanya, mencatat beberapa hal yang kurang, lantas beristirahat sebanyak yang ia bisa. Kemudian hari bernama Senin datang.

Seharusnya Cassie benci dengan Senin. Namun mengingat pacarnya akan berada di lift yang sama dengannya membuatnya memakai dress kasual lain yang akan ia lapisi dengan coat nantinya. Ia bahkan menyemprotkan parfum di rambutnya, menatanya sedikit, kemudian berangkat ke kantor.

"Good morning."

Cassie tidak salah. North di sana, menyambutnya dengan suara yang semakin terdengar menyenangkan setiap kali ia mendengarnya.

"Morning, Pak North," balas Cassie jenaka.

North tertawa pelan, pria itu bahkan menunduk.

Lift masih belum terbuka dan ada beberapa orang di sekitar mereka yang juga menunggu benda itu. Cassie memutuskan untuk mendekat ke arah North, namun tetap memberi jarak yang cukup.

"Cassie," tegur North. Wajahnya mengisyaratkan bahwa ia sedikit kesal dengan panggilan tersebut.

"Lo lebih tua dari gue," bisik Cassie pelan, lalu tertawa geli.

North mengangguk-angguk mengerti. Pipinya masih memanas. "So, tell me, Bu Cassie. Hari Minggu ini ada jadwal apa?"

Ting!

Pintu lift terbuka. Cassie mengeluarkan suara pelan, terkejut saat North menarik lengannya, membuat mereka berdua berada di posisi paling belakang lift.

"You're that excited to hear about my schedule, Mr. North?" Cassie terdengar sarkas.

"Oh, I'm excited to hear everything about you, Cassie."

Keduanya sudah tidak bisa menahannya lagi, mereka terkikik pelan, di dalam lift yang untung saja dipenuhi orang-orang yang sibuk dengan e-mail dan telepon mereka di Senin pagi ini.

"Kasih tahu aja kapan kamu free, sekitar dua atau tiga jam sebelumnya. Jadi aku bisa nyesuaiin jadwal aku," North menjelaskan.

"Seriously?" Cassie mengangkat alisnya tidak percaya. "Kita bakal pakai 'aku-kamu' sekarang?" Cassie harap tidak ada efek samping dari senyum dalam waktu yang lama karena Cassie tidak bisa berhenti tersenyum di samping North.

"It's adorable for me," jawab North, "tapi kalau kamu masih mau pakai 'lo-gue' juga I'm totally respect that, but I'll go with this from now on."

Cassie mengerutkan hidungnya, menunjukkan betapa kesalnya dirinya walau bibirnya tidak bisa diajak kompromi—anggota tubuhnya itu terus saja tersenyum seperti orang bodoh.

"North."

"Yes, Sweetheart?"

Dear Lord, siapa yang akan mengira North akan sekonyol ini? Cassie benar-benar merasa bahwa mereka berdua adalah remaja yang duduk di bangku SMA dengan pacar pertama—walau hal kedua itu sebenarnya fakta.

"Kan lo yang milih tempat kencannya kemarin."

North mengangguk mengiakan.

"Jadi boleh gak besok Minggu gue yang nentuin tempatnya?" tanya Cassie dengan semangat.

"Ganti-gantian berarti?" North memastikan.

Cassie mengangguk antusias.

Ting!

Cassie menoleh, angka 2 dan 1 berdampingan sudah terlihat. Waktunya berpisah. Waktu benar-benar tidak terasa, begitu pula dengan keadaan sekitar. Tadi ada beberapa orang di sekitar mereka dan sekarang hanya ada tiga orang lain, sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.

"I—"

"Udah sampai di lantai kamu, North," Cassie dengan cepat menginterupsi.

Mendengar Cassie yang menuruti keinginannya, North tersenyum lebar. Ia melangkah melangkah, namun sebelum itu berkata, "See you around, Cassie with 'e'."

Pintu lift tertutup, North menggelengkan kepalanya, ia harus serius. Romansa akan berjalan dengan baik jika North bisa menyeimbangkan semuanya. Ia tidak boleh berlebihan dan Cassie tahu batasnya, sekarang dirinya yang harus mengatur hal tersebut.

Namun tetap saja, rasa bahagia di perutnya tidak bisa North bendung jadi ia tersenyum sampai masuk ke dalam ruangan dan duduk di kursinya.

"I will assume that everything works out," Reza berkomentar.

"Hah?"

Reza menjelaskan, ia memutar bola matanya malas. "One time you look like you have a hundred million debts and now you look like someone just kissed you on the lips."

"Hey, hey, hey ... let's keep it appropriate," tegur North panik.

Seloyal apa pun North dengan Reza, ia akan tetap mengatakan bahwa teman kantornya itu adalah teman yang mulutnya paling frontal yang pernah North kenal.

"Whatever. Just check the e-mail I sent you."

Semua hal berubah. Mindset North, mindset Cassie, bahkan Reza pun seperti itu. Bahkan langit pun berubah, dari siang menjadi malam, terang menjadi gelap, musim panas kemudian musim hujan.

Jadi jika suatu saat nanti, suatu hal berhenti bekerja, mungkin bukan karena sesuatu atau seseorang yang salah. Namun karena semua hal perlu berakhir, perlu berubah. Bahkan dunia pun akan berakhir nantinya, kan?

Jadi, North dan Cassie hanya perlu menikmati apa yang terjadi di antara mereka saat ini, menikmati hal tersebut sampai hal itu berubah karena waktu. Cassie percaya, itu adalah satu-satunya cara untuk menghadapi perubahan.

***

ding! (your changes are here)Where stories live. Discover now