"One more question, Cas."
Cassie menatap North, menunggu kelanjutan kalimat pria itu.
"Can I take you up on a proper date this weekend?" tanya North.
Cassie menatap mata North, jelas pria itu sedang tidak bercanda. Pertanyaannya sekarang, apakah Cassie menunggu pertanyaan itu keluar dari bibir North secepat ini?
"Of course."
Tidak, Cassie tidak pernah berpikir untuk berkencan secepat ini. Namun ini tidak terasa terburu-buru dan terasa hal yang benar saja untuk dilakukan. Jadi Cassie akan mengambil risiko, walaupun ia sebenarnya tidak tahu apa yang akan ia hadapi kedepannya.
Cassie berjalan cepat menuju ke lift yang akan mengantarkannya dengan effortless ke kantornya yang terletak di lantai 25. Cassie masih belum percaya apa yang baru saja terjadi.
North sepertinya meletakkan sesuatu di kopinya, pasti.
Dengan tangan yang masih bergetar, Cassie menempelkan kartu pengenalnya di scanner di atas barisan angka di dinding lift tersebut kemudian memencet tombol yang menunjukkan angka 25.
"I'm going on a date, I'm going on a date. Oh my God ...," Cassie bahkan harus berulang-ulang mengatakan kalimat tersebut untuk mengingatkan apa yang baru saja ia lakukan.
Menerima ajakan seseorang untuk kencan. Lebih tepatnya North. North dengan parfumnya yang selalu berhasil memanjakan indra penciuman Cassie, North yang suaranya terdengar halus dan familier di telinganya, dan yang lebih penting, North dengan keberaniannya memulai semuanya.
"Bro, lo gak apa?" Reza bertanya saat North masuk ke dalam ruangannya dengan wajah pucat seakan-akan ia baru saja mengambil keputusan yang paling berat di dalam hidupnya. "Lo habis gak sengaja kepencet pinjam seratus juta di pinjol?" tebak Reza.
North mendudukkan dirinya di kursinya. Matanya masih sedikit membulat, terkejut sekaligus tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan, mengajak Cassie untuk berkencan. Benar-benar berkencan.
"North?" Reza kembali bertanya.
North bisa mendengar decitan kursi, Reza bangkit, menandakan pria itu benar-benar khawatir. "I just ... asked her to go out with me. This weekend." Bahkan kalimat itu tidak terasa familier di mulutnya.
"That's great!" seru Reza, ia tetap mendekat ke arah North, menepuk-nepuk pundak temannya itu dengan bangga kemudian melanjutkan, "Oh, Man, I'm so freaking happy for you. I mean, finally!"
"Gue bilang for a proper date." aku North. Ia akhirnya memutar kursinya dan menghadapi Reza yang berdiri di belakangnya. "Dan gue bahkan gak tahu mau ke mana." Ia tersenyum horor.
Kebodohan pertama.
Sudah banyak orang, bahkan penelitian juga menunjukkan—mungkin tidak secara langsung—bahwa jika seseorang sedang jatuh cinta, logikanya akan melemah. Sebenarnya tidak hanya saat jatuh cinta, saat seseorang sedang terlibat dalam zona emosional yang kuat pun hal serupa akan terjadi, logika mereka seakan-akan tidak ingin mengambil alih.
Jadi seharusnya ini hal normal.
Reza menyandarkan dirinya di dinding pembatas antara meja satu dan meja lainnya, terlihat berpikir. "Lo suka restoran apa?"
"Gimana kalau dianya yang gak suka?" North kembali bertanya dengan panik.
Reza menatap North sejenak. Mereka sudah bekerja sama bertahun-tahun lamanya dan ini pertama kali North terlihat seperti orang bodoh. "Wow, Dude. You're really inexperienced yet totally in love with this girl," komentarnya.
