North menghela napas, ia menyugar rambutnya ke belakang dengan frustrasi. "Apa gue batalin aja?"
North kemudian menggeleng, selanjutnya ia menjawab pertanyaannya sendiri, "Tapi gue gak mau lepasin kesempatan gue yang ini."
"Ajak nonton aja," Reza dengan cepat mengusulkan, "gue dengar Thunderbolts* bakalan tayang nanti. Lo suka Marvel, kan?"
"Kalau dia gak suka Marvel gimana?"
Reza tertawa pelan, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "North, kalau dia gak suka Marvel dan dia mau duduk satu jam lebih sama lo nonton itu, she's definitely the one."
"Masa gue egois di date pertama? You can't be serious, Man," North kembali membantah. Ia bukan orang yang seperti itu, menyeleksi satu per satu perempuan, mencari siapa yang rela hidup dengan kekurangannya.
Reza mendengus. "Fine. Tanya aja dia suka film apa, terus nonton, beres."
North berpikir sejenak. Benar juga. Lagi pula North belum tahu apa-apa tentang Cassie dan tidak akan ada yang kagum jika ia menebak-nebak dan berakhir harus berkencan dengan tersiksa.
***
"Gue suka Marvel, kok," Cassie menjawab.
Minggu tiba, begitu saja. Ketika semuanya terlalu sibuk, waktu terkadang tidak terbaca. Kalau pun waktu terbaca, hal itu menjadi menyedihkan, karena faktanya mereka hanya punya waktu 24 jam dalam sehari dan berharap lebih.
Bioskop, seperti biasa, berbau popcorn dan butter dengan sedikit bau manis yang dihasilkan entah dari karamel atau cokelat. Poster-poster film di mana-mana, dibingkai dengan mewah dengan keterangan singkat di atasnya. Entah itu menjelaskan 'COMING SOON' yang berarti akan tayang, atau 'NOW PLAYING'.
Mereka sedang mengantre, ada pasangan lain di hadapan mereka, menunjuk-nunjuk poster-poster di sekitar.
"Dari skala satu sampai sepuluh, skala suka lo sama Marvel berapa?" North bertanya. Ia tidak mau Cassie terpaksa mengatakan hal tersebut.
"Delapan," jawab Cassie mantap, "kalau angka sepuluh artinya suka banget. Gue di skala delapan."
Kali ini Cassie memakai pakaian yang masih kasual, namun terlihat lebih manis dan santai dibandingkan saat di lift, saat pertama kali mereka bertemu.
"Cas," North memanggil.
Cassie bergumam, lantas mendongak menatap North yang beberapa senti lebih tinggi darinya.
"If this really works out ... tolong jangan jadi people pleaser yang ngelakuin apa saja buat pasangannya, ya." North belum selesai mengucapkan kalimatnya dan Cassie sudah tertawa pelan di sampingnya.
Dan saat ini, saat North melihat dan mendengar tawa tersebut, North tahu, semua orang akan menyukai tawa Cassie.
"Gue serius," ujar North lagi.
Cassie mengangguk. "Iya, gak bakalan," ujarnya yakin, "gue tahu lo belum terlalu tahu gue. Tapi percaya sama gue, North. Gue bukan orang yang bakalan bikin diri gue susah hanya karena gue punya hubungan sama seseorang."
North tersenyum lebar.
Cassie senang dengan senyum tersebut. Berbeda dengan senyum North yang sebelum-sebelumnya, kali ini North tersenyum seperti remaja yang baru saja mendapatkan perhatian dari crush-nya dan itu menggemaskan.
ding! (when we're finally together)
Start from the beginning
