• emosi bertumpuk

Start from the beginning
                                        

Ruangan kantornya beraroma cendana dan kopi, bersih, efisien, nggak personal.

Blazer-nya udah disampirin di sandaran kursi. Lengan blus warna pink pucatnya digulung sampai siku, keliatan jam tangan emas tipis dan sisa-sisa tinta pena di jarinya.

Ponselnya bergetar.

Satu lirik.

Pesan dari Soojin.

"Ada makan malam keluarga malam ini. Kamu harus dateng. Please."

Yuna menghela napas, mencubit batang hidungnya sebentar, lalu ngetik balasan tanpa ekspresi:

"Nggak bisa. Sibuk."

Getar lagi.

Bukan dari Soojin.

Dari Taehoon.

Dia nggak langsung buka, tapi dia liat preview nya. Nggak penting, nggak dramatis. Cuma... sederhana.

Hangat.

Dia nanya kabar. Lagi.

Yuna nggak bales.

Nggak perlu.

Dia balik naro HP-nya ke meja dengan layar menghadap bawah, balik ke laporan keuangan di depannya, tapi matanya udah nggak bener-bener baca.

Pikirannya terus ngelantur ke bayangan Taehoon, mungkin sekarang lagi duduk di kelas, masih pakai seragam yang bikin dia keliatan terlalu muda buat malam-malam yang mereka habiskan.

Masih online.

Masih nungguin.

Senyum kecil narik sudut bibirnya.

Dia balik HP-nya, buka kamera, geser dikit duduknya. Rambutnya yang bergelombang halus jatuh rapi di bahunya.

Dia benerin posisi kacamata tipisnya, lalu jepret satu foto cukup genit buat bikin Taehoon nggak tenang seharian.

Terus jepret satu lagi, kali ini lebih niat tatapan lurus ke kamera, bibir sedikit terbuka, satu tangan di rambut.

Dia kirim dua-duanya.

Ngetik dua kata.

"Fokus sekolah."

Kirim.

HP Taehoon bergetar.

Dia lagi duduk deket jendela kelas yang kebuka, ada roti sobek setengah abis di mejanya, dan dia udah bosen setengah mati. Suara ribut anak-anak istirahat dan suara bola ditendang dari lapangan bikin suasana makin biasa aja.

Sampai dia liat namanya.

Jantungnya langsung jatuh. Terus naik lagi.

Langsung dibuka.

Dua foto.

Yuna pakai blus pink muda. Kacamata di hidungnya. Rambut jatuh lembut di pundaknya.

Yang satu lagi lebih niat. Ekspresinya susah ditebak. Kayak... peduli? Tantangan? Campuran dua-duanya.

Dan pesannya.

"Fokus sekolah."

Gila.

Dia mandangin layarnya lama banget, kayak habis ditonjok.

Tenggorokannya seret. Dada sesak.

Dia kangen.

Lebih dari yang seharusnya.

Lebih dari yang boleh.

Dia bukan miliknya.

Nggak pernah.

Age Gap (Seong Taehoon) ; On GoingWhere stories live. Discover now