PART 30

5.6K 246 25
                                        

Happy Read!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Read!

--


Malam telah membungkus langit di kota Dublin, menyisakan sinar bintang yang terlihat cantik di ujung sana. Udara malam semakin rendah, dinginnya mampu menusuk sampai ke tulang. Rasa dingin itu kini menjalar ke tubuh mungil Spring, tidak terasa wanita bersurai cokelat itu tertidur lama. Tidak sadar, jika jendela kamar hotel terbuka sedikit.

"Ssst ... dingin," desisnya serak, sambil memeluk tubuhnya yang masih posisi meringkuk tanpa selimut. Pelan-pelan dia membuka kedua matanya dan baru sadar jika dia sedang di hotel. Entah kenapa rasanya dia merasa lebih baik sekarang, setelah seharian ini menangis dan meluapkan kesedihan, marah, dan kecewannya selama ini.
"Akhirnya kau bangun juga," suara bariton mengudara di ruangan, terdengar dingin dan mengancam sekaligus. Spring sontak mundur hingga ke ujung ranjang, kesadarannya langsung menjadi seratus persen karena mendengar suara Nevan.

"Astaga Nev! Bagaimana bisa kau di sini?" ekspresi Spring terkejut, wajahnya kini berubah pucat, satu tangannya memegang dadanya yang berdebar kencang. Di bawah cahaya tamaram, Nevan duduk di sofa menatapnya tajam, seakan menelanjangi Spring. Penampilannya terlihat sedikit berantakan. Kemeja putih gadingnya terbuka dua kancing dan dilipat sampai siku sembarang, rambut cokelat tebalnya sudah tidak rapih, namun tetap mempesona. Pria itu duduk, sambil menggoyangkan gelas whiskynya, menatap lekat Spring bagai target yang siap dihukum.

"Kau tahu kesalahanmu?" Nevan tidak menjawab, melainkan menyindir istrinya. Pria itu menenggak whisky sampai tandas, lalu meletakkan gelasya dengan kasar di meja samping sofa tempat dia duduk.

Seketika, Spring merasakan getaran dalam tubuhnya, jika sudah seperti ini suaminya sedang dalam mood yang tidak baik. Memang salahnya, karena tidak mengabari Nevan tentang keberadaanya di sini. Namun,Spring merasa kalut karena kesedihan yang tertoreh.

"Maafkan aku, aku hanya ... " suara Spring tidak mampu melanjutkan.

"Beginikah seorang istri yang berperan baik?" sarkas Nevan, nadanya dingin dan mampu menusuk pulu hati Spring yang sedang rapuh.

"Tidak menjawab panggilan suaminya, tidak meminta izin pula," lanjut Nevan, semakin memojokkan istrinya. Oh, tentu saja dia menyukai ekspresi Spring yang putus asa.

Spring menatap tajam Nevan. "Kau tidak akan mengerti!" serunya cukup membuat Nevan membeku.

"Katakan apa yang harus kumengerti." Nevan menggeram rendah, dia masih punya batas kesabaraan untuk mendengarkan penjelasan istrinya, dan menekan amarahnya untuk tidak menerjang wanita kurang ajar ini.

Mereka terdiam sejenak, saling mengendalikan emosi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Nevan mengamati istrtinya lekat-lekat , lalu bangun dari duduknya dan berdiri tegap menjulang tinggi bak predator yang pelan-pelan menangkap mangsanya. Spring mencoba untuk tenang, mengamati setiap pergerakan suaminya, mulai merangkak ke atas ranjang. Kini pria itu duduk di tengah, masih menatapnya dingin, sedangkan Spring masih terpojok sudah merasakan ketakutan dalam dirinya.

Under His Control [ END]Where stories live. Discover now