🍵 08 • Berumur Pendek 🍵

5 0 0
                                        

Belum ada sepuluh menit menduduki sofa, Lu Shun Yuan sudah harus dihadapkan dengan kesulitan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Belum ada sepuluh menit menduduki sofa, Lu Shun Yuan sudah harus dihadapkan dengan kesulitan. Bagaimana tidak, Tang Yue Xing dan Li Jiao Xi tiba-tiba menyodorkan minuman secara bersamaan. Bawahannya itu---seperti biasa---menyuguhkan teh, sedangkan tunangannya membawakan kopi.

Tak heran, Lu Shun Yuan sempat menatap mereka secara bergantian. Dengan ragu, pemuda itu mengulurkan tangan, hendak memutuskan, jika saja tak teralihkan dengan Tang Yue Xing yang lekas menggeleng pelan, memberi kode lewat mata, mengisyaratkan agar jangan mengulangi kesalahan yang sama. Alhasil, ia terpaksa menurut karena tak ingin mengambil risiko.

Lu Shun Yuan terlebih dahulu menerima pemberian Tang Yue Xing, lantas dengan cepat meneguknya, bahkan mengabaikan lidahnya yang sedikit melepuh supaya Li Jiao Xi tak menunggu lama. Pemuda itu tergesa-gesa menyerahkan kembali cangkir teh pada bawahannya, kemudian beralih meraih paper cup yang dipegang tunangannya, sebelum berkomentar, seolah-olah ingin menyatakan 'save the best for the last'. "Pasti akan lebih sempurna jika meminum kopi ini dengan camilan."

Sayangnya, Li Jiao Xi tak berpikir demikian. Wajah yang semula berseri, kini berubah murung. Selepas mendapat respons, awalnya gadis itu mengira tak'kan begitu kecewa. Namun, balasan tunangannya seakan-akan menunjukkan bahwa ia kurang perhatian karena tak sekalian membelikan camilan.

Tidak hanya itu, Li Jiao Xi dibuat makin kalut saat mengingat kejadian tempo hari. Tepatnya, pada saat Tang Yue Xing keluar vila. Memang benar, mereka adalah majikan dan pelayan, tetapi apa perlu Lu Shun Yuan begitu peduli pada Tang Yue Xing?

Dengan pergerakan yang terbatas, Lu Shun Yuan tetap berusaha untuk menghibur tunangannya. Dalam sekejap, ia menyulap ruang tamu menjadi bioskop minimalis. Meskipun tak ada kursi teater dan layar raksasa, tetapi pemuda itu mewajibkan kehadiran popcorn.

"Pilih saja film yang kamu suka, aku tidak akan menolak."

Li Jiao Xi menyunggingkan senyum saat mendapat perlakuan manis. Padahal, ia tak keberatan sekalipun harus terkurung di vila bersama Lu Shun Yuan. Namun, pemuda itu selalu saja ingin menyenangkannya.

"Kalau begitu, ayo kita menonton yang ini."

Sesaat sebelum film diputar, Lu Shun Yuan sengaja mematikan lampu untuk membangun suasana. Dan, setelah dirasa siap, keduanya duduk berdempetan, tak lupa pula berbagi selimut untuk mengusir hawa dingin. Anteng, Lu Shun Yuan melingkarkan sebelah tangannya ke bahu Li Jiao Xi, sementara gadis itu bertugas memegang popcorn.

Seiring berjalannya waktu, camilan pun habis sebelum film tamat. Beruntung, tak lama kemudian, Guo Wei tampak melewati ruang tamu, sehingga Lu Shun Yuan punya kesempatan untuk memanggilnya tanpa harus menekan tombol pause.

"Xiao Tang mana?"

Sekilas, pertanyaan tersebut sukses membuat Li Jiao Xi menoleh. Namun, gadis itu kembali fokus menyaksikan film selepas Guo Wei memberi balasan.

Plum Blossom: The Lost Memory ✔️ [TERBIT]Where stories live. Discover now