Hidup tanpa kekhawatiran adalah impian semua orang, tak terkecuali Lu Shun Yuan. Meskipun telah dicelakai sedemikian rupa, bisa bertahan hidup sampai sekarang pun sudah merupakan sebuah berkat.
Mungkin, takdir sedang mengasihaninya. Pada saat gentin...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Lu Shun Yuan wajib mengawali hari dengan secangkir teh buatan Tang Yue Xing. Ya, minuman yang memudahkannya untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, meskipun harus terpisah jarak dengan gadis itu. Dengan demikian, keduanya tak perlu selalu berdekatan dan melanggar privasi hanya demi kepentingan sepihak.
Setelah disuguhkan, Lu Shun Yuan bisa menghidu aroma yang kuat dan manis dari minuman itu. Menyadari adanya kepulan asap yang menerpa kulit wajah, ia tak lupa untuk meniupnya terlebih dahulu, sebelum beralih menyesapnya sambil memejamkan mata. Ah, dalam hal membuat teh, Tang Yue Xing memang tak pernah mengecewakan. Paling tidak, itu adalah satu-satunya hal yang dapat dilakukan sang gadis dengan benar.
Suatu kali, Lu Shun Yuan pernah meminta Guo Wei untuk membuatkan teh dengan bahan dan cara yang sama. Namun, teh buatan Guo Wei itu gagal mengatasi sakit kepalanya. Hanya jika Tang Yue Xing yang membuatnya, barulah Lu Shun Yuan merasa rileks, tanpa tahu bahwa ada hal lain yang ia lewatkan.
Sebenarnya, Tang Yue Xing pun tak paham alasan teh buatannya dapat menangani sakit kepala Lu Shun Yuan. Akan tetapi, ia tak memungkiri telah menggunakan sedikit kekuatan sihir guna menyalurkan aroma tubuhnya ke minuman tersebut.
Sebagai bentuk balas budi pada orang yang mau menghargai keberadaannya, tentu saja ia ingin menyajikan yang terbaik. Sedangkan, yang terbaik yang bisa dilakukan peri bunga plum dengan kekuatannya yang lemah adalah menambahkan aroma tubuhnya sendiri ke dalam teh, dengan harapan orang yang meminumnya bisa mendapatkan pengalaman yang memuaskan.
"A Yuan."
Suara lembut yang familier tiba-tiba menyapa pendengaran, memaksa Lu Shun Yuan untuk membuka mata. Pemuda itu terbelalak, mendapati sosok gadis berambut cokelat panjang yang mengenakan kardigan putih berbalut mantel krem, syal berwarna senada, serta celana jin dan sepatu bot dengan hak tinggi itu, sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(Picture by Pinterest)
Grep. Kejadiannya berlangsung terlalu cepat, Lu Shun Yuan tak sempat bereaksi begitu ada dua tangan yang mengalungi lehernya. Masih dalam posisi duduk, pemuda itu melirik Guo Wei yang tadi datang bersama sang gadis, seakan-akan menuduh bawahannya membocorkan informasi soal keberadaan mereka. Namun, mendapati Guo Wei yang menggeleng pelan, ia cepat paham bahwa bawahannya itu sama sekali tidak tahu-menahu.