"—suamiku, namanya Ezradion Velmarcus Arvedor."
Azer diam. Matanya berpindah sebentar ke arah pria bernama Ezradion itu, lalu kembali ke Calvienna. "Nama kalian kayak karakter di novel," gumamnya.
Calvienna tersenyum. "Mungkin karena kami memang suka hal-hal klasik. Kamu sendiri?"
Azer menoleh, menimbang-nimbang.
"...Azergantara Gresion Alaricksioz," katanya singkat.
"Nama yang kuat," ucap Ezradion ketika sudah cukup dekat. Suaranya dalam dan mantap, seperti suara orang yang terbiasa berbicara di hadapan banyak orang, tapi tanpa kesan sombong.
Azer hanya mengangguk kecil, belum cukup percaya untuk bersikap terbuka.
Ezradion tidak mendekat lebih jauh, menjaga jarak dengan sopan. "Pantai ini salah satu tempat favorit Vien sejak lama. Tapi sepertinya sekarang jadi tempat penting buatmu juga."
"Tempat ini cuma... kosong," gumam Azer.
"Kadang yang kosong itu justru tempat terbaik untuk mulai ngisi ulang," jawab Calvienna dengan suara pelan, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri.
Angin pantai berhembus pelan. Calvienna duduk di bangku panjang yang tersedia, tangannya menyentuh pasir dengan lembut. Azer masih berdiri, menatap ombak yang tenang.
"Kamu suka tempat ini?" tanya Calvienna tiba-tiba.
Azer mengangkat bahu. "Nggak tahu.... eh aku cuma mau sendirian aja."
Calvienna tersenyum kecil ia tahu anak ini butuh ketenangan dan kesendirian tetapi tidak baik anak remaja sendirian di tempat yang sepi karena biasa saja ada orang berniat jahat dari kejauhan.
Ezradion menatap istrinya sebentar, lalu berkata, "Apa kau mau ikut dengan kita?"
Azer tidak menjawab.
Calvienna memandangnya dengan sorot mata yang lembut namun tajam. "Kamu masih muda, tapi cara pandangmu bukan milik anak seusiamu. Itu menyedihkan... dan luar biasa di saat bersamaan."
Azer mengerutkan alisnya. "Maksudnya?"
"Kamu seperti seseorang yang terpaksa tumbuh terlalu cepat. Anak-anak seusiamu mestinya... tertawa. Menangis. Merengek minta dibelikan kucing atau harimau putih." Senyum tipis menghiasi wajah Calvienna.
Azer hampir tertawa. "Itu... kucing sama harimau putih barusan karangan?"
"Siapa tahu kamu nanti bakal minta," sahut Calvienna sambil mengedip nakal. Lalu dia diam sejenak. "Azer."
Azer menoleh.
"Kalau kamu diizinkan memilih keluarga baru... kamu mau?"
Azer terdiam. Dadanya terasa sesak. Ia menatap Calvienna, mencoba membaca niat di balik tatapan wanita itu. Tapi tak ada kebohongan. Hanya... kehangatan.
"Serius?" suaranya nyaris tak terdengar.
Ezradion menyahut dari belakang, "Yah. . . istriku tidak pernah bercanda soal hal begini."
"Kamu nggak takut punya anak kayak aku?" gumam Azer, suara seraknya tertahan.
"Kami lebih takut membiarkan kamu terus merasa sendirian," ucap Calvienna, tenang tapi pasti. "Kalau kamu mau... pulanglah bersama kami hari ini."
Azer tidak langsung menjawab. Tapi pandangannya mulai melembut. Hatinya... perlahan-lahan mencair.
Azer diam cukup lama. Suara ombak jadi satu-satunya hal yang terdengar. Ia menatap pasir, lalu ke langit yang mulai menggelap jingga. Di balik matanya yang seolah datar, pikirannya berkecamuk hebat.
BINABASA MO ANG
My Way [Slow Up]
Teen FictionAzergantara Gresion Alaricksioz, seorang anak 13 tahun yang tumbuh dalam keluarga penuh rahasia dan kekerasan, terpaksa belajar bertahan hidup sejak kecil. Dibesarkan oleh seorang ayah yang brutal dan ibu yang penuh kebohongan, hidupnya jauh dari ka...
PART 3
Magsimula sa umpisa
![My Way [Slow Up]](https://img.wattpad.com/cover/394271522-64-k995449.jpg)