"Dilarang pelukan di sekolah!"
Divo datang mengejutkan Nazumi dan Lavila.
"Berlaku kalau yang pelukan itu Divo dan Nazumi." ucap Lavila.
"Ngigo lo." Nazumi kesal mendorong Lavila.
"Asik, boleh kok Ummi." balas Divo tapi dihiraukan Nazumi.
"Lav, gue mau ngomong. Tapi, kalau lo ada waktu." ujar Rey memohon pada Lavila.
"Sayangnya, jadwal gue minggu ini padat."
"Bentar aja Lav, plis."
"Oke."
"Kita bisa bicara dimana?" tanya Rey.
"Sorry, tapi gak hari ini."
"Kapan lo bisa?"
Nazumi menarik lengan baju Divo, karena Divo tipe cowok suka ngurusin hidup orang.
"Udah, lo berdua bicara dulu aja. Gue sama Divo bakal izinin kalian."
"Gak perlu Ummi, gue sama dia, bisa bicara kapan-kapan." jawab Lavila.
"Oke, kapanpun lo ada waktu dan gue bakal tanya tiap waktu itu." sahut Rey menatap Lavila yang enggan melihatnya.
"Ternyata ketua gue bisa bucin juga." bisik Divo pada Nazumi.
"Untuk saat ini, si Rey gak bisa jadi ketua lo dulu. Cintanya buat Lavila lebih gede daripada wibawa dia sebagai ketua." balas Nazumi berbisik pelan tertawa kecil.
"Karena hal ini gue jadi malas pacaran." jawab Divo masih berbisik-bisik.
"Hah?" teriaknya, respon Nazumi sungguh diluar dugaan Divo.
"Apa?" tanya Lavila.
"Enggak, gak ada apa-apa." jawab Divo.
"Ummi?" tanya Lavila kelewat penasaran mendekati Nazumi.
"Nanti." ujar Nazumi menarik tangan Lavila untuk segera ke aula.
Lavila terus menatap Nazumi, Lavila tipe orang penasaran tingkat tinggi. Nazumi pun sadar dengan tatapan Lavila, tapi dia tidak akan mengatakan apapun dulu pada Lavila, karena ini rahasia.
"Ohh, pantes Luna lama, padahal cuma ngambil raket." cibir Lavila pada Luna dan Farzan yang baru datang.
"Oh, jadi karena ini lo tiba-tiba cabut, Far. Karena Luna." teriak Divo mendrama, cocok banget jadi artis.
Rey kesal sendiri melihat kondisi, karena dari tadi pagi Divo dan Lavila pacarnya selalu nyambung saat bicara.
"Semuanya sudah kumpul? Fabio mana?" tanya Pak Andra selaku guru olah raga.
"Pak." sahut Luna sambil mengangkat tangan.
"Ya Luna?" tanya Pak Andra.
"Fabio kan ketua kelas pak, jadi dia ikut rapat pak." jelas Luna singkat membiarkan Pak Andra mengerti dengan jalan pikirnya sendiri.
"Rapat apa?" tanya Divo, alias cowok paling kepo.
"Lo tanya aja ke Fabio."
"Dasar lo cewek, info setengah-setengah." balas Divo.
"Rapat FP." jawab Farzan membantu.
Semua menjadi ribut karena pada mikirin acara perpisahan sekolah. Muncul berbagai topik dan ide untuk acara perpisahan angkatan mereka. Mulai dari pembahasan pakaian, tas, sepatu hingga riasan.
"Oke semuanya perhatikan saya." ucap Pak Andra setelah meniup pluit yang dikalung di lehernya.
"Yaa Pak."
YOU ARE READING
Kamu dan Kenyamananku
Teen FictionCerita yang sangat relate dengan remaja 15 tahun - 19 tahun, terima kasih Cerita ini emang tulus saya buat, untuk menghibur diri saya sendiri
