1. Bagian 1

6.4K 265 18
                                    

Semilir angin nan dingin membangunkannya, dibukanya kedua matanya itu perlahan kemudian duduk sejenak diatas kasur tipis yang langsung bersentuhan dengan lantai itu tanpa alas tikar satupun. Ia melihat sebuah jam kecil yang digantung persis di depan tembok yang ada didepannya kini. Ini masih pukul 04.00. Sepertinya ia bangun lebih cepat daripada hari biasanya.

Ia melihat kesekelilingnya tersenyum tipis, ia teringat bagaimana semalaman ia membersihkan ruangan ini kembali. Walau ia rutin membersihkannya kira kira setiap dua hari sekali namun ruangannya ini sangan rentan terkena debu. Itu mungkin karena letak ruangannya ini berada dipaling belakang sudut rumahnya karena dulu ruangan ini digunakan sebagai gudang. Tapi ia tak boleh menjelak jelekkan ruangan ini bagaimanapun ini adalah ruangan yang menjadi rumah kecilnya, ruangan yang menjadi tempatnya untuk beristirahat, ruangan yang menjadi tempatnya merenung dan mengadu, biarpun kecil namun sangat berarti baginya.

Dulu ia ingat saat pertama kali membuka ruangan ini, karena ini adalah ruang bekas gudang yang tak terpakai namun tanpa mengeluh ia langsung segera membereskan seisinya semua itu dilakukannya hampir seharian yang membuatnya menjadi lemas namun terbayar melihat ruangan itu kini telah resmi menjadi kamarnya.

Ia segera memutarkan tubuhnya kesamping membuka sebuah lemari kecil yang ia gunakan untuk menyimpan buku bukunya. Ia mencari sebuah kertas dan setelah itu ia menaruhnya diatas kasurnya dan memandangnya sekilas.

Sebuah gambar yang ia gambar sendiri. Gambar yang tidak persis seperti bentuk aslinya, namun gambar ini mengandung sejuta arti baginya.

Kue Ulang Tahun

Itu adalah gambarnya dalam sebuah kertas gambar kecil. Ia ingat ia menggambar ini ketika ia berusia sekitar 5 tahun saat ia melihat perayaan ulang tahun kedua kakakknya dan melihat sebuah kue coklat dengan ukuran lumayan besar disertai lilin lilin yang mengelilingi kue itu.

Ia bisa melihat senyuman dan tawa dari kedua kakaknya saat bertemu dan menyapa teman teman mereka, banyak kado, ucapan selamat serta doa yang mereka dapatkan juga saat itu, puncaknya saat mereka berdua meniup lilin diiringi nyanyian ulang tahun memeriahkan acara itu. Ia bisa ingat ketika Papa dan Mamanya bahkan membelikan mereka sepasang sepeda sebagai ulang tahun mereka sepeda dengan model terbaru dan sempat membuat Michelle sedikit merengek meminta Papa dan Mama untuk membelikannya juga saat ulang tahunnya.

Ia hanya bisa menatap mereka semua disitu yang melemparkan senyum, tawa dan canda yang melebur dalam satu ruangan. Mereka semua terhanyut didalamnya tanpa mempedulikan seorang gadis yang hanya bisa mengintip acara itu secara diam diam tanpa diketahui oleh mereka.

Gadis itu mengeluarkan sebuah pensil warna yang berwarna kuning kemudian menggambarkan api lilin dan mengganti angka yang ia lukis disitu menjadi "16" . Tak terasa 16 tahun yang lalu ia dilahirkan ke dunia ini, 16 tahun sudah ia sudah menikmati pemberianNya, ia berusaha tak pernah mengeluh selama ini walau kenyataannya ia harus menahan segala keluhnya dalam batinnya yang tak pernah ia ceritakan pada oranglain, itu lebih baik daripada ia menceritakannya namun malah tak mendapat reaksi positive .

Gadis itu berusaha tersenyum memandang gambarnya, kemudian mengeluarkan sebuah suara kecil sambil menatap gambar itu.

"Ssee.. sse..laa..mmaa..matt.. uu-u-la-lang- ta- ta- hu- hun-hun, aa- aan- de- del- la- la.."

Ia tersenyum tipis lalu memejamkan matanya seraya berdoa mengucapkan sebuah doa yang ia panjatkan khusus dihari ulangtahunnya ini. Kemudian ia seakan akan meniupkan lilin dalam gambaran itu. Ia lalu mengambil penghapus yang ada disamping pensil warnanya tadi kemudian menghapus warna kuning yang tadi ia lukiskan sebagai symbol api dari lilin itu. Kini lilin digambarnya sudah tak ada sinar kuning lagi. Ia tersenyum kembali kemudian melipat gambarnya itu dan memasukkannya kembali kedalam lemari kecilnya beserta pensil warna dan penghapus kecilnya itu. Menyimpannya rapi dan hati hati karena gambar ini akan tetap menemaninya untuk tahun ke tahun depan lagi.

DESIRE IN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang