3. Pesan Kehidupan

161 34 63
                                        

Selembar kain sewarna kapas terhampar luas di taman penuh rerumputan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selembar kain sewarna kapas terhampar luas di taman penuh rerumputan. Di atasnya terdapat banyak barang yang jika diamati satu per satu membuat hati Zora kian menghangat. Sebuah meja tertata aneka menu sebagai makanan utama, beberapa kudapan cantik nan segar sebagai dessert, serta camilan di dalam keranjang anyaman rotan dan minuman dingin sebagai pelengkap. Di samping meja, Zora melihat painting kit dan sesuatu yang membuat perempuan itu menatap Sabqi penuh goda.

"Ekhem. Buket bunga itu buat gue? Ya, kan?" tanya Zora sembari menyenggol lengan Sabqi menggunakan bahu.

Sabqi berdecak dalam hati. Ia lupa menyembunyikan kumpulan bunga berwarna putih (mawar, krisan, daisy, dan baby breath) itu sebelum Zora datang. Alhasil adegan manis yang sudah ia rencanakan sejak pagi berubah menjadi rasa gengsi.

"Oh, bunga itu buat hiasan aja biar tempatnya makin cantik. Tapi kalau lo mau, boleh. Semua yang ada di sini bisa lo nikmati," terang Sabqi. Kemudian mengambil beberapa gambar menggunakan kamera, berusaha mengalihkan perhatian.

Zora melirik sinis lawan bicaranya, lantas mengambil buket bunga dengan kesal. "Jadi cowok nggak ada romantisnya. Pantes jomblo akut. Kasian banget cewek yang jadi pacarnya nanti," gumamnya.

"Kenapa, Ra?"

"Enggak. Buruan fotoin gue, angle kiri ya. Hasilnya harus cantik," pinta Zora. Ia sudah duduk dengan anggun sambil memamerkan buket di samping wajah.

"Padahal bunga itu aja udah kalah cantik," lirih Sabqi. Zora yang tak sengaja mendengar pernyataan itu sontak menerbitkan senyum. Penyakit tsundere sahabatnya yang satu ini memang sudah kronis.

Usai berfoto-foto, keduanya mulai menikmati hidangan. Sekotak kimbab dan satu nampan jajanan pasar adalah yang menarik perhatian Zora. 

"Kalau mochi dan red velvet cake pasti buatan Tante Rosalie, tapi onde-onde, mata kerbau, klepon, pastel, dan gethuk ini?" Zora bertanya, lalu melahap bulatan kenyal warna hijau berisi gula jawa.

"Jajanan pasar dari pedagang yang biasanya lewat di depan rumah gue. Enak, kan?" Sabqi mengambil gambar makanan-makanan itu. Sesekali ke arah Zora yang sedang menikmatinya.

Zora mengangguk. "Tapi kenapa banyak banget?"

"Biar pedagangnya bisa pulang cepet. Mungkin makanan ini nggak seberapa buat kita, tapi penghasilan dari sini bisa digunakan pedagang dan keluarganya makan nanti malam," jawab Sabqi. 

"Kalau gitu kenapa nggak lo kasih uang aja?" Zora kembali bertanya. Kini sudah beralih mengunyah sepotong kue jadul warna merah berisi kacang hijau.

"Nggak semua orang suka dikasih uang secara cuma-cuma, Ra. Justru saat kita menukar uang dengan dagangan atau jasa mereka, itu bisa memberikan semangat untuk bekerja lebih keras lagi. Usaha mereka juga terasa dihargai. Kita kan nggak bisa selamanya bantu mereka. Gimana kalau mereka malah bergantung ke kita?" tutur Sabqi yang didengar baik oleh gadis di depannya.

The Art of Misdirection || PREVIEWWhere stories live. Discover now