Prolog

9.9K 282 4
                                    

Hari ini benar-benar minggu yang SEMPURNA.

Udara segar yang masuk lewat pintu geser yang berhadapan langsung dengan ruang keluarga Mahendra. Sinar matahari yang membuat ruangan terang dengan wajah-wajah bahagia setiap anggota keluarga. Ditambah lagi semua masalah sudah selesai...

Semua benar-benar sempurna!

Tapi pernahkah sesuatu yang sempurna akan terus sempurna?

"Hei heiiiii! Hei! Berhenti kata gue!"

Dan itulah yang dirasakan Rama. 'Jangan... Jangan... Please, jangan hari ini!' Doanya dalam hati tanpa henti. Bahkan game yang sedang dia mainkan langsung dimatikan dan menatap cemas ke seluruh penjuru ruangan. Percayalah, pasti doanya tidak terkabul.

Seorang laki-laki yang Rama kenal masuk. Dan helaan nafas dalam itu langsung menjadi penanda, dirinya harus siap!

"Selamat siang, saya Romero. Pacar Sinta. Saya ingin meminta ij-...."

"Stop! Apa-apaan sih lu! Siapa yang bilang lu itu pacar gue, hah?! Lu itu cuma temen. Kita partner kerja, ga lebih! Dan buat apa juga lu masuk ke rumah gue samp-..." Teriak Sinta tanpa ampun.

Jangan tanya apa dia kenal dengan laki-laki di hadapannya atau tidak. Karena kalaupun kenal, dia memilih tidak kenal saja. Karena kenal dengan laki-laki ini sama dengan bencana!

"Ada apa ini?" Tanya Mom yang memotong teriakan Sinta yang tidak terkendali.

Telat...

Semua sudah berakhir. Kenyataan di depan mata. Baik Rama ataupun Sinta, hanya bisa berdoa semoga Minggu sempurna ini tidak berubah menjadi Minggu yang mencekam!

"Mom, maaf Sinta akan bawa dia pergi." Kata Sinta lirih sambil menarik tangan Romero yang tidak bergeming.

"Pacar? Sin... Kamu pacaran sama dia?"

"Iya."

"Enggak!"

Jawaban yang berbarengan itu malah membuat semua anggota keluarga Mahendra mengernyit bingung. Tamatlah sudah!

Bukan hanya mencekam, tapi hancur berantakan!

"Anak muda. Lain kali saja kalian pergi. Sekarang ada masalah serius." Usir Leo yang tidak membuat Rama ataupun Sinta lega.

"Tapi..."

"Pergilah."

Tanpa perlu diantar, Romero pergi. Sinta tak berani duduk dan hanya bisa menatap satu per satu wajah Mahendra. Semua bingung... juga tak percaya. Haaaahhh. Inilah harinya.

"Rama... Sinta... Jelaskan. Kalian udah dewasa..."

Sinta menatap Rama, dan Rama balik menatap Sinta. Keduanya diam lama, bergulat dalam pikiran masing-masing dan melemparkan pertanyaan, 'Siapa yang mau bicara? Lu atau gue?' tanpa suara.

Sampai akhirnya, Rama menghela nafas. Sinta tahu, pasti Rama sudah siap memberikan jawaban bagi sembilan orang yang menunggu, termasuk Revan yang tidak mengerti apa-apa.

"Maaf Dad, Mom, Kakak-kakak sekalian... Kami sudah putus."

Sinta yang merasa tak enak hati melihat ketidakpercayaan semua orang, ikut menambahi kata-kata Rama.

"Kami ga pacaran lagi. Kami putus baik-baik kok. Jadi... Ga ada lagi Rama dan Sinta. Yang ada, Rama dan Julietta, dan Sinta yang jomblo."

Leo, Erine, Rega, Flo, Reta, Tommy, Arya, dan Natasha... Semua hanya bisa ber-hah tanda tidak percaya. Dan Revan, hanya bisa mengerjap-ngerjap mendengar perkataan Tantenya yang paling kecil dengan kebingungan yang nyata.

Jadi... Ini masalah atau bukan?

Loving You #7 : It Feels Like HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang