Prolog

26 3 1
                                        

Di dalam gelapnya tubuh manusia, ada hal-hal yang tidak ingin ditemukan. Hal-hal yang tersembunyi bukan karena belum diketahui, tapi karena terlalu berbahaya untuk disadari. Di antara miliaran koneksi saraf, tersimpan kebenaran yang tak pernah dimaksudkan untuk ditemukan. Di laboratorium bawah tanah yang diselimuti kerahasiaan, manusia mencoba memainkan peran Tuhan. Mereka merancang sesuatu yang baru—bukan sekadar virus, tetapi parasit yang mampu berakar di pusat kesadaran manusia. 

Mereka menyebutnya Erebus—sebuah proyek rahasia yang lahir dari kegilaan dan keyakinan bahwa otak manusia bisa dikendalikan, dibentuk ulang, dimodifikasi. Bukan lagi dengan cara mengubah pikiran, tapi dengan menyusupi sumbernya langsung: jaringan saraf, pusat kesadaran, tempat lahirnya kehendak.

Ia bukan virus seperti yang biasa dikenal. Erebus adalah parasit yang tumbuh. Ia menyusup diam-diam ke dalam neuron, berakar dalam sunyi, dan mekar menjadi sesuatu yang tak bisa diusir. Saat tubuh mulai kehilangan kendali, pikiran tetap terjaga. Sadar, tapi tak lagi bebas. Hidup, tapi bukan lagi milik sendiri.

Mawar tak pernah berniat terlibat sejauh ini. Ia hanyalah seorang analis forensik, terbiasa membaca sunyi dari jejak tubuh yang telah bisu. Namun ketika laporan otopsi mulai menunjukkan kesamaan yang tidak wajar—luka tanpa penyebab, struktur saraf yang rusak dengan pola yang terlalu rapi—ia tahu ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kecelakaan medis.

Mawar tidak mencarinya—kebenaran ini datang sendiri, pelan tapi pasti, dalam bentuk luka-luka aneh di meja otopsi, sel-sel saraf yang menyusut rapi, dan laporan medis yang terlalu bersih. Ia bukan penyidik, hanya seorang analis forensik biasa. Tapi ketika pola kematian mulai menyatu, dan nama adiknya muncul dalam salah satu catatan eksperimen yang disensor, semua jadi personal.

Kini, ia berdiri sendirian di antara dua dunia: dunia ilmu pengetahuan yang telah kehilangan arah, dan dunia kebenaran yang tidak ingin dibuka. Dunia tempat tubuh bisa direnggut dari jiwa, dan jiwa dijadikan alat. Dalam kesendirian itu, hanya satu hal yang ia tahu pasti—adiknya tidak hilang. Ia disembunyikan.

Dan di balik semua ini, sesuatu sedang mekar. Bukan bunga kehidupan, bukan harapan baru. Tapi benih kehancuran yang tumbuh dari kesombongan intelektual. Sebuah mekaran yang tak bisa dihentikan.

Karena ketika sesuatu mekar di dalam otak, kita tak lagi tahu siapa yang mengendalikan siapa.

The Neural BloomDonde viven las historias. Descúbrelo ahora