Prolog

240 9 0
                                        

Aqeela gak pernah benar-benar ngerasa cukup jadi dirinya sendiri. Dia gak cukup baik, gak cukup pintar, gak cukup cantik—bahkan kulitnya lebih gelap dari temen-temennya, dan badannya penuh koreng bekas garukan yang gak pernah sembuh. Setiap ngaca, yang dia liat cuma kekurangan. Kekurangan yang kayaknya gak ada habisnya.

Kadang Aqeela mikir, kenapa hidupnya beda banget dari orang lain? Ayahnya entah di mana, ibunya di luar kota, sibuk ngurusin kakak-kakaknya yang lebih 'berprestasi'. Sementara dia? Cuma anak yang dititipin ke nenek dan kakek yang seringnya ngebandingin dia sama sepupu-sepupunya. Yang ini udah ranking satu, yang itu udah bisa ngaji lancar. Aqeela? Masih aja dianggap beban.

Dia gak pernah bilang ke siapa-siapa, tapi tiap malam rasanya sesek napas. Rumah yang harusnya jadi tempat paling aman, malah bikin dia ngerasa kecil banget. Gak dianggap. Gak diinget. Gak dicintai.

Yang Aqeela gak tau, di balik semua luka yang dia simpen sendirian, ada satu orang yang diam-diam selalu merhatiin. Seseorang yang ngeliat sisi lain dari dirinya—sisi yang bahkan Aqeela sendiri gak sadar dia punya.

Note: Cerita ini aku bikin karena aku terinspirasi daro tokoh Harqeelagz, tapi perlu kalian ingat, bahwa ini hanyalah cerita fiksi. JANGAN SANGKUT PAUTKAN SAMA REAL LIFE. Karena ini lapak Author, komen yang baik-baik jeuuu yaaa! lopyu oll!

I'm Not Good Enough; ( Youre enough!)Where stories live. Discover now