Sana masih merhatiin hamster itu kayak nemu harta karun. "Kenapa hamster? Kenapa bukan boneka badminton gitu?" Tzuyu nyengir kecil, pipinya naik sedikit. "Karena bentuknya kayak kamu. Pipinya chubby, matanya gede, ekspresinya ceria tapi ngeselin."
Sana langsung nyubit lengan Tzuyu pelan. "Ih kamu! Jadi aku ngeselin nih?"
Tapi mereka sama-sama ketawa.
"Liat deh," lanjut Tzuyu sambil ngeluarin gantungan kedua dari jaketnya. "Yang ini buat aku. Warnanya beda, punya kamu putih, punya aku abu-abu."
Sana ngelihat gantungan abu-abu itu, lalu gantungan putih yang ada di tangannya. Perlahan senyumnya makin lebar. "Ini kayak.. couple keychain ya?"
Tzuyu gak jawab, cuma senyum kecil dan ngangguk dikit.
Tawa kecil Sana dan Tzuyu masih mengisi kamar saat pintu tiba-tiba kebuka.
"Eh, ganggu dong ini ya ," suara Chaeyoung muncul sambil nyelonong masuk. Rambutnya masih agak acak-acakan, dan dia masih pakai baju kerja part time-nya.
Sana langsung noleh, agak kaget. "Chaeyoung!"
Chaeyoung ngangkat alis, matanya langsung nyapu pemandangan: dua cewek duduk berdempetan di tempat tidur, ketawa-ketawa, satu tangan Tzuyu dibalut perban.
"Eh, tangan lo kenapa?" Langkahnya langsung lebih cepat, dia duduk di kasurnya sendiri, ngeluarin satu kaos ganti dari tas sambil nunggu jawaban.
"Kepeleset pas latihan," jawab Tzuyu singkat.
Chaeyoung ngeliat ke Sana, terus balik lagi ke Tzuyu. "Astaga.. Tumben banget."
"Namanya juga manusia." Sahut Tzuyu santai.
Setelah situasi agak tenang dan Chaeyoung udah ganti baju, perut mereka mulai bunyi satu-satu. Sana berdiri sambil tepuk tangan. "Oke, waktunya masak! Tapi kita gak bisa order, ya. Udah malem, ntar makin lama, biar aku aja yang masak."
"Chae, gue izin liat kulkas ya."
Chaeyoung angkat bahu. "Silakan, asal jangan kaget liat sosis kadaluarsa sama es krim yang udah beku jadi kayak batu."
Sana cek kulkas, nemu telur, sisa sayur yang masih layak di makan, dan sedikit ayam suwir. "Oke, bisa jadi tumisan telur sayur spesial!"
Beberapa menit kemudian, dapur kecil asrama udah penuh aroma wangi masakan. Tzuyu duduk di meja kecil, tangan kanan di pangkuan, sementara Chaeyoung bantuin nyiapin piring.
Dan akhirnya—makan malam darurat itu resmi dimulai.
"Chaeyoung, lo suka pedes gak?" tanya Sana sambil nuangin nasi. "Biasa aja. Tapi jangan pedes-pedes amat, perut gue payah," jawabnya santai.
Mereka mulai makan, dan suasana jadi nyaman.
"Sini, buka mulut." Sana ngangkat sendok isi tumisan dan ngarahin ke Tzuyu.
Tzuyu sempat ragu, tapi akhirnya nurut juga. Dia buka mulut pelan, dan makanannya masuk dengan mulus.
Chaeyoung yang duduk di seberang mereka, cuma bisa ngelirik adegan itu terus senyum kecut sambil ngunyah nasi.
ANDA SEDANG MEMBACA
No Name
Fiksyen PeminatPerasaan sulit di definisikan, seperti sesuatu yang ada, tapi tidak bisa diberi nama.
An Open Arm and a Hamster Keychain, Both Keep Falling
Mula dari awal
