Enjoy!
Tzuyu kembali ke sekolah berjalan seperti biasa.
Dia datang pagi-pagi seperti biasanya, duduk di kelas, dan mengikuti pelajaran tanpa banyak bicara. Nggak ada yang berubah—semua masih berjalan seperti ritme yang sudah ia jalani selama ini.
Sampai akhirnya, di tengah jam pelajaran kedua, dia merasa perlu ke toilet.
Setelah meminta izin, dia keluar kelas dan berjalan di sepanjang lorong sekolah yang sepi. Beberapa kelas masih berlangsung, suara guru mengajar terdengar samar dari balik pintu yang tertutup.
Tzuyu nggak terburu-buru. Dia bahkan nggak memikirkan apa-apa saat itu. Sampai akhirnya, dari kejauhan, dia melihat sesuatu yang membuat langkahnya berhenti.
Dua orang cewek berjalan cepat ke arah berlawanan dengannya. Mereka berdua kelihatan panik. Dan di antara mereka—
Ada Sana.
Dibopong di tengah, dengan kepala bersandar ke bahu salah satu temannya.
Wajahnya pucat. Matanya terpejam.
Tzuyu nggak tahu kenapa, tapi tiba-tiba dadanya terasa nggak nyaman.
"Cepetan, dia makin lemes!" suara salah satu dari mereka terdengar cemas.
"Sebentar ya, tahan dulu, San—"
Mereka melewati Tzuyu tanpa menyadarinya.
Tzuyu tetap berdiri di tempatnya, hanya menatap punggung mereka yang semakin menjauh ke arah UKS. Dan anehnya... dia nggak bisa langsung kembali ke kelas.
Karena untuk pertama kalinya, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal.
Tzuyu nggak langsung kembali ke kelas.
Dia berdiri di lorong cukup lama, melihat ke arah UKS dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
Sebenarnya, bukan urusannya.
Bukan urusannya kenapa Sana bisa sampai dibopong ke UKS. Bukan urusannya juga untuk ikut campur.
Tapi, entah kenapa... kakinya nggak berbalik ke kelas. Sebaliknya, dia justru berjalan pelan mendekat.
Dia nggak langsung masuk. Hanya berdiri di luar, pura-pura melihat ke arah lain sambil sesekali melirik ke dalam.
Dari celah pintu yang sedikit terbuka, dia bisa melihat tiga sosok di dalam ruangan.
Sana, yang terbaring di kasur UKS.
Lalu dua temannya, yang duduk di sebelah kasur dengan wajah khawatir.
"Gila, lu sih maksa lari pas jam olahraga."
"Iya, udah tau belum makan dari pagi."
Sana cuma mendengus kecil, suaranya lemah. "Nggak separah itu kok, mungkin gue lagi apes aja hari ini."
"Lu pingsan barusan, San."
"Cuma bentar."
Tzuyu masih diam di tempatnya.
Jadi itu penyebabnya.
Sana pingsan karena belum makan, tapi masih maksa lari pas olahraga.
"...Dasar bodoh," gumam Tzuyu pelan.
Dia menunggu sampai teman-teman Sana akhirnya keluar dari UKS—kemungkinan untuk kembali ke kelas atau cari sesuatu. Begitu mereka sudah agak jauh, Tzuyu berbalik arah dan berjalan menuju kantin.
Dia nggak tahu kenapa dia melakukan ini.
Mungkin karena melihat Sana pingsan tadi.
Atau mungkin karena sejak awal, Sana memang sudah terlalu sering muncul di pikirannya tanpa dia sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Name
Fiksi PenggemarPerasaan sulit di definisikan, seperti sesuatu yang ada, tapi tidak bisa diberi nama.
