An Open Arm and a Hamster Keychain, Both Keep Falling

249 32 5
                                        

Enjoy!



Langit masih mendung, sisa hujan tadi siang belum lama turun. Udara lembap, dan lapangan badminton semi-outdoor masih sedikit basah di beberapa bagian. Sepatu mereka kadang bikin suara kecil pas nempel ke lantai. Beberapa anak mulai latihan ringan sepulang sekolah, termasuk Tzuyu dan Elkie.

Tzuyu yang biasanya kalem, hari itu lagi semangat banget. Mungkin karena dia lagi pengen nunjukin performa ke pelatih, atau cuma lagi ngerasa kompetitif. Waktu Elkie ngoper bola tinggi ke arahnya, dia langsung lompat buat smash.

Tapi.. Kakinya kehilangan keseimbangan. Lapangan yang licin bikin sepatunya ngesot sedikit, dan dalam sepersekian detik, dia jatuh. Tangannya, reflek menahan tubuhnya duluan.

Anak-anak yang lain langsung berhenti main. Elkie lari ke arahnya.

"Tzuyu! Gapapa?"

Tzuyu masih bisa duduk. Wajahnya gak nunjukin rasa sakit parah, tapi dia kelihatan kaget. Tangannya digerakkin pelan-pelan. Perih, tapi masih bisa dia gerakin.

"Kayaknya cuma keseleo dikit," gumamnya pelan, meskipun dalam hati dia sedikit panik.

"Astaga.. Udah, lo udahan dulu latihannya." Tzuyu mengangguk lalu duduk di tepi lapangan, ngerasain sakit di tangannya yang mulai muncul.

Dan sekarang udah malam. Cahaya lampu dari lorong asrama menyusup lewat celah pintu yang setengah kebuka. Di dalam kamar, Tzuyu berdiri di depan kaca yang nempel di dinding, cuma pake tanktop dan celana tidur. Rambutnya yang masih agak basah digulung seadanya ke atas kepala.

Tangannya, tangan kanan yang jadi andalannya di lapangan, keliatan mulai membiru di bagian pergelangan. Gerakan kecil aja udah bikin ngilu, apalagi waktu dia coba angkat sikat gigi pas mandi tadi.

"Duh kacau.. Gimana nih." gumamnya pelan, napasnya keluar bareng keluhan pelan.

Dia balik badan, duduk di pinggir tempat tidur, tangan kanannya dipeluk sama tangan kiri. Engga parah banget sih tapi juga bukan cedera yang bisa diabaikan. Apalagi latihan masih panjang minggu ini. Dan jangan lupain soal OSIS. Dia gak mau kelihatan lemah.

Tzuyu sempat menatap HP-nya. Jari-jarinya menggulir layar ke atas, mencari-cari kontak, Chaeyoung masih belum balik.

Akhirnya, dia ngetik: 
"Tempat pijet deket sekolah yang buka malam?"

Dia gak mau cedera kecil ini jadi gede. Beberapa menit kemudian, notifikasi dari forum asrama muncul, ada yang nyaranin klinik kecil di belakang minimarket, katanya tukang pijetnya langganan anak-anak ekskul yang sendinya bermasalah.

Tzuyu ambil jaketnya, akhir-akhir ini dia sering pake jaket pemberian Sana, disampirkan di bahu, lalu masukin dompet kecilnya ke kantong. Waktu dia buka pintu dan melangkah keluar, hawa malam langsung menyambut—dingin, agak lembap, dan sunyi.

Dia berjalan cepat melewati koridor asrama, ngelewatin suara nyamuk, dan lampu-lampu jalan yang remang-remang. Tangannya mulai kerasa sakit, tapi dia tetap jalan.

Klinik kecil itu gak terlalu ramai. Lampu ruang tunggunya agak temaram, tapi bersih. Di balik meja resepsionis, ada satu orang yang kelihatan lagi ngopi dan nonton video di HP-nya. Waktu Tzuyu masuk, suara bel pintu berbunyi pelan.

"Selamat malam, ada yang bisa dibantu?" tanyanya.

Tzuyu menunjuk tangan kanannya yang dibalut jaket. "Tadi jatuh pas latihan. Tangannya sakit banget, terutama di bagian sini," katanya, sambil membuka jaket dan menunjukkan pergelangannya yang udah mulai membiru.

Resepsionis manggil ke dalam, dan gak lama kemudian, seorang dokter laki-laki keluar dari ruangan. Mukanya ramah, berkacamata, dan gerakannya santai.

No NameWhere stories live. Discover now