An Open Arm and a Hamster Keychain, Both Keep Falling

Start from the beginning
                                        

"Astaga Sana.. Kenapa nangis?" bisik Tzuyu, pelan banget. "Aku beneran gapapa San. Cuma keseleo. Besok juga udah mendingan."

Sana gak jawab, tapi dia makin nempel. Suara isaknya kecil, pelan, nyesek. Akhirnya Tzuyu ngebiarin Sana nangis di pelukannya, tangannya ngepuk-puk pelan punggung Sana.

Senyum kecil terukir di pipi Tzuyu tanpa Sana sadar, Tzuyu ngerasa beruntung karena ada orang yang sekhawatir ini sama dia. Dan itu terasa hangat buat Tzuyu.

Beberapa saay setelah pelukan itu, mereka berdua masuk dan duduk di pinggir tempat tidur Tzuyu. Sana udah lebih tenang, meskipun matanya masih agak sembab. Tzuyu diem aja, ngebatin.

Tiba-tiba, Sana berdiri. "Bentar ya," katanya sambil ngeluarin HP dari kantong hoodie-nya. Tzuyu ngeliatin aja, agak curiga. Sana nyari kontak dan langsung nelpon.

"Mama.." suaranya manja banget, beda 180 derajat dari ekspresi paniknya tadi. "Aku boleh nginep di rumah temen, gak? Satu malem ajaaa.. Iya, perempuan kok. Temen sekolah aku juga."

Tzuyu langsung membelalak, bibirnya setengah terbuka. "Sana, kamu ngapain?!" Sana cuma ngasih kode "sst!" pakai jari. "Iya, Mama aku janji. Nanti aku kabarin lagi. Love you!"

Klik.

"Udah," katanya sambil senyum puas. Dia duduk lagi di sebelah Tzuyu. "Aku bakalan jagain kamu malam ini, sampe besok juga."

"Kamu serius?" Tzuyu nyaris gak percaya. "Aku gapapa Sana.. Besok kamu juga harus sekolah kan? Beneran deh aku gapapa."

Sana mengangguk mantap. "Ih Tzuyu. Kamu tuh ya, Biarin kenapa sih aku jagain kamu. Nanti kamu malah latihan. Kalo kamu maksa latihan lagi dan tambah parah, siapa yang rugi? Kamu! Terus kalo nanti kesusahan makan sama minum, atau cuci muka? Nanti Mama aku anterin baju sekolah kok ke sini, jadi biarin aku jagain kamu. kalo kamu jatuh lagi, kalo kam—"

Tzuyu nutup mulut Sana, dia lebih denger celotehan Sana kayak rap ketimbang lagi ngomel. Tzuyu ngehela napas, senyum kecil muncul di sudut bibirnya. "Bawel, yaudah iya."

"YEAY!," jawab Sana semangat, terus berdiri. "Sekarang, aku ambil bantal tambahan dulu, terus kamu duduk manis. Gak boleh angkat-angkat barang sendiri. Titik."

Beberapa menit setelah panggilan telepon dan pengumuman resmi "penjagaan Tzuyu oleh Sana", mereka duduk berdampingan di lantai, nyender ke tempat tidur. Tzuyu berselimut, dan Sana udah mulai heboh buka aplikasi online di HP-nya.

"Kamu udah makan belum?" tanya Sana, sambil lirik Tzuyu. Tzuyu geleng pelan. "Belum. Pas pulang tadi, rasanya pengen langsung rebahan aja."

Sana langsung bangkit berdiri. "Oke, kamu pengen aku masakin sesuatu buatan tangan penuh cinta, atau order yang enak tapi lebih lama datengnya?"

Tzuyu mau jawab, tapi tiba-tiba tangannya masuk ke kantong jaket yang dari tadi masih dia pakai. Dari sana, dia ngeluarin sesuatu—kecil, dan berbulu lembut.

Sebuah gantungan kunci. Bentuknya hamster gemes dengan pipi tembem dan mata bulat.

"Ini buat kamu," kata Tzuyu pelan, sambil ngulurin tangan. Sana bengong sebentar, lalu nyamber gantungan itu dengan dua tangan. "Ih serius?!Gemes banget! Kapan kamu beli ini?!"

"Tadi, pas pulang dari klinik," kata Tzuyu. "Aku gak lewat jalan biasa, malah muter ke arah belakang toko-toko. Ada satu toko pernak-pernik yang udah mau tutup. Aku cuma ngelirik dikit, terus ngelangkah masuk. Untung yang jaga masih mau layanin."

No NameWhere stories live. Discover now