"Lucu sekali melihatmu ketakutan" Manik lilacku membelalak terkejut
Sebuah suara yang sangat kukenal yang memancarkan kelicikan
"Tidak bisakah masuk melewati pintu" Ucapku dengan hati berdebar takut
Bagaimana tidak kehadiranya saja sudah seperti hantu yang menakuti manusia
"Heiro saja tidak pernah melarang ku llu sekarang anak kecil seeprtimu berani melarangku" Xan menyeringai senang ditanganya terdapat sebuah permen
"Terimalah" Xan melempar permen yang ia bawa kearahku
dengan sigap kutangkap dan sebelah alisku terangkat bingung dengan tindakan yang dilakukan Xan
"Untuk apa? " Tanyaku memutar-mutar permen kecil diantara jari-jariku
"Untuk menyembuhkanmu" Tanpa membntah lagi aku memasukan permen kedalam mulutku
'Manis' batinku meringis
"Bukankah permen ini sangat manis?" Tanyaku dengan mata menyipit
Rasanya seperti memakan gula pasir sebanyak-banyaknya
"Terlalu manis ya? " Aku sedikit takut melihat seringaian Xan yang semakin melebar
Dengan gugup aku segera beranjak dari ranjang
Perasaanku tak enak saat berlama-lama duduk karena merasa terlalu rentan
"Memangnya kamu bisa lolos dengan berpura-pura lupa dihadapanku? " Tanya Xan remeh
"Pura-pura" Tanyaku polos
Lebih baik aku berpura-pura lupa dan bodoh secara bersamaan daripada menghadapi Xan yang terlihat seperti iblis
Xan berjalan pelan kearahku tangan besarnya memegang tanganku yang kecil
"Jangan pernah berbuat nekat lagi hidupmu tidaklah lebih berharga daripada sebongkah batu sungai" Ucap Xan menusuk relung hatiku
Meski aku bukanlah Ianthe yang sebenarnya setidaknya aku adalah manusia yang memiliki sedikit hati
"Jika memang aku tak berharga kenapa repot-repot menyembuhkan ku Xan" Aku sedikit mendongak
Meski wajah dan sikapku menunjukan keberanian hatiku berdebar tak karuan
Rasa takut yang membuatku sedikit sesak
"Nyatanya aku sama seperti kakak-kakak ku kan yang hanya sebuah alat" Ucapku lantang
Hidup sebagai Ianthe selama ini membuatku sadar bahwa aku bukanlah penonton
Tetapi boneka yang dikendalikan oleh dalang yang bisa dibuang kapan saja
Sampai kegunaan tubuh Ianthe habis
Dalang disini menyakup tiga orang Xan, Kayle, dan Damion tapi bisa saja lebih dari tiga orang
"Benar kamu alat tapi kamu istimewa dihadapanku" Aku terdiam mendengarnya
Istimewa
Rasanya semua itu kata-kata kosong tak bermakna yang keluar dari mulut rubah
"Apa karena wajahku mirip ayahku? " Aku tersenyum polos
Dapat kulihat wajah terkejutnya yang lucu
"Hahaha kalian semua sangat lucu" Ucapku dengan tawa yang tiba-tiba
'Apakah terlalu lama didunia ini membuatku gila' batinku sambil menyugar surai lilacku kebelakang
Aishh lebih baik sedari awal tidak memiliki segalanya daripada memiliki sahabat tapi hanya melihatmu sebagai pengganti
YOU ARE READING
I transmigrated into a Count
Short StorySadam Rantaka seorang pria berusia 29 tahun mati karena serangan jantung akibat kejahilan temannya Bukanya tenang Sadam justru transmigrasi ketubuh Ianthe Agallis putra bungsu mendiang count Agallis Meski Ianthe adalah putra bungsu dirinyalah yang...
