26

2.8K 309 13
                                        

"Lucu sekali melihatmu ketakutan" Manik lilacku membelalak terkejut

Sebuah suara yang sangat kukenal yang memancarkan kelicikan

"Tidak bisakah masuk melewati pintu" Ucapku dengan hati berdebar takut

Bagaimana tidak kehadiranya saja sudah seperti hantu yang menakuti manusia

"Heiro saja tidak pernah melarang ku llu sekarang anak kecil seeprtimu berani melarangku" Xan menyeringai senang ditanganya terdapat sebuah permen

"Terimalah" Xan melempar permen yang ia bawa kearahku

dengan sigap kutangkap dan sebelah alisku terangkat bingung dengan tindakan yang dilakukan Xan

"Untuk apa? " Tanyaku memutar-mutar permen kecil diantara jari-jariku

"Untuk menyembuhkanmu" Tanpa membntah lagi aku memasukan permen kedalam mulutku

'Manis' batinku meringis

"Bukankah permen ini sangat manis?" Tanyaku dengan mata menyipit

Rasanya seperti memakan gula pasir sebanyak-banyaknya

"Terlalu manis ya? " Aku sedikit takut melihat seringaian Xan yang semakin melebar

Dengan gugup aku segera beranjak dari ranjang

Perasaanku tak enak saat berlama-lama duduk karena merasa terlalu rentan

"Memangnya kamu bisa lolos dengan berpura-pura lupa dihadapanku? " Tanya Xan remeh

"Pura-pura" Tanyaku polos

Lebih baik aku berpura-pura lupa dan bodoh secara bersamaan daripada menghadapi Xan yang terlihat seperti iblis

Xan berjalan pelan kearahku tangan besarnya memegang tanganku yang kecil

"Jangan pernah berbuat nekat lagi hidupmu tidaklah lebih berharga daripada sebongkah batu sungai" Ucap Xan menusuk relung hatiku

Meski aku bukanlah Ianthe yang sebenarnya setidaknya aku adalah manusia yang memiliki sedikit hati

"Jika memang aku tak berharga kenapa repot-repot menyembuhkan ku Xan" Aku sedikit mendongak

Meski wajah dan sikapku menunjukan keberanian hatiku berdebar tak karuan

Rasa takut yang membuatku sedikit sesak

"Nyatanya aku sama seperti kakak-kakak ku kan yang hanya sebuah alat" Ucapku lantang

Hidup sebagai Ianthe selama ini membuatku sadar bahwa aku bukanlah penonton

Tetapi boneka yang dikendalikan oleh dalang yang bisa dibuang kapan saja

Sampai kegunaan tubuh Ianthe habis

Dalang disini menyakup tiga orang Xan, Kayle, dan Damion tapi bisa saja lebih dari tiga orang

"Benar kamu alat tapi kamu istimewa dihadapanku" Aku terdiam mendengarnya

Istimewa

Rasanya semua itu kata-kata kosong tak bermakna yang keluar dari mulut rubah

"Apa karena wajahku mirip ayahku? " Aku tersenyum polos

Dapat kulihat wajah terkejutnya yang lucu

"Hahaha kalian semua sangat lucu" Ucapku dengan tawa yang tiba-tiba

'Apakah terlalu lama didunia ini membuatku gila' batinku sambil menyugar surai lilacku kebelakang

Aishh lebih baik sedari awal tidak memiliki segalanya daripada memiliki sahabat tapi hanya melihatmu sebagai pengganti

I transmigrated into a CountWhere stories live. Discover now