21

4.7K 486 31
                                        

Hari masih pagi bahkan sang surya belum datang tapi aku sudah duduk di ruang kerja dengan segelas teh hitam

Salah siapa kalau bukan kedua kakak baruku yang mendesak untuk segera memberi stempel keluarga

"Aneh bukankah terlalu menguntungkan isi surat yang ditulis tuan Hellebore" Gumamku tak percaya

Disini jelas tertulis semua siswa berada dalam kendaliku

Aku hanya mengangkat bahu acuh tak acuh selagi hal itu menguntungkan kenapa tidak

Setelah memberi stempel aku berjalan keluar dan memberikan kepada Nicholas

"Ini" Ucapku menyodorkan sebuah surat yang langsung diterima Nicholas

Mata ungu Nicholas menatapku tajam bibirnya sedikit cemberut

"Mamsionku bukan tempat penampung hewan" Nicholas melirik sinis kearahku

Aku hanya mengedikan bahu acuh secara wasiat rumah ini milikku karena mereka berdua lepas tangan dan tak pernah pulang semenjak kematian kedua orang tua Ianthe

"Ini rumahku" Ucapku tegas

"Terserah" Nicholas merapal sihir teleport untuk kembali ke Akademi

Aku mengernyit heran saat Nicholas saja yang pergi sedangkan Damian meminum teh paginya dengan membaca berita

"Kak Damian tidak kembali ke Akademi" Tanyaku berusaha bersikap sopan

"Tidak" Ucap Damian melirik kearahku sebentar lalu membaca koran paginya

Aku menyipitkan mata curiga kakak sulung Ianthe terkenal sangat licik berbeda dengan Nicholas yang lugas

Jangan jangan Damian berusaha mengulik tentang latar belakang Xan

"Apa kak Damian sedang mencari Xan" Tanyaku terus terang

Tubuh Kak Damian sedikit tersentak bahkan wajahnya menoleh kearahku tegas

"Siapa? " Nada tegas kental akan dominasinya

Aku sedikit meneguk ludah kasar memang pesona tuan muda angkuh sangat melekat pada Damian

"Pria yang membuatmu pingsan kemarin" Aku menyeringai kecil bermaksud mengejek meski sedikit takut

Bagaimana tidak takut wajah Damian saja menunjukan kemarahan yang sangat kental

Jika ditanya lebih baik aku menghadapi amarah orang ceria atau amarah orang pendiam maka aku akan memilih tidak untuk keduanya

Amarah orang pendiam sangat menakutkan seperti pembunuh berdarah dingin yang membuat mati kutu dengan kata-kata menusuk

Dan amarah orang ceria bisa lebih kejam karena biasanya mereka menyakiti lawan dengan fisik dan batin

Segala umpatan dan benda mati melayang kearahmu

"Apa kau memungut pengemis" Sebelah alis Damian terangkat

"Benar"

"Apa pria itu termasuk" Tanya Damian

Mata lilacku membulat terkejut berani sekali Damian menyamakan Xan dengan pengemis

"Hahahaha Xan seorang pelayan disini" Aku menggaruk leherku yang tak gatal

Ucapanku tadi benar juga Xan memang pelayan ayah Ianthe kan

Lebih tepatnya paus orca kesayangan Count Heiro

"Memangnya aku percaya" Mata kami saling bersitatap

Buk

Damian menutup kasar koran yang ia baca lalu perlahan mendekat kearahku

I transmigrated into a CountWhere stories live. Discover now