Hari masih pagi bahkan sang surya belum datang tapi aku sudah duduk di ruang kerja dengan segelas teh hitam
Salah siapa kalau bukan kedua kakak baruku yang mendesak untuk segera memberi stempel keluarga
"Aneh bukankah terlalu menguntungkan isi surat yang ditulis tuan Hellebore" Gumamku tak percaya
Disini jelas tertulis semua siswa berada dalam kendaliku
Aku hanya mengangkat bahu acuh tak acuh selagi hal itu menguntungkan kenapa tidak
Setelah memberi stempel aku berjalan keluar dan memberikan kepada Nicholas
"Ini" Ucapku menyodorkan sebuah surat yang langsung diterima Nicholas
Mata ungu Nicholas menatapku tajam bibirnya sedikit cemberut
"Mamsionku bukan tempat penampung hewan" Nicholas melirik sinis kearahku
Aku hanya mengedikan bahu acuh secara wasiat rumah ini milikku karena mereka berdua lepas tangan dan tak pernah pulang semenjak kematian kedua orang tua Ianthe
"Ini rumahku" Ucapku tegas
"Terserah" Nicholas merapal sihir teleport untuk kembali ke Akademi
Aku mengernyit heran saat Nicholas saja yang pergi sedangkan Damian meminum teh paginya dengan membaca berita
"Kak Damian tidak kembali ke Akademi" Tanyaku berusaha bersikap sopan
"Tidak" Ucap Damian melirik kearahku sebentar lalu membaca koran paginya
Aku menyipitkan mata curiga kakak sulung Ianthe terkenal sangat licik berbeda dengan Nicholas yang lugas
Jangan jangan Damian berusaha mengulik tentang latar belakang Xan
"Apa kak Damian sedang mencari Xan" Tanyaku terus terang
Tubuh Kak Damian sedikit tersentak bahkan wajahnya menoleh kearahku tegas
"Siapa? " Nada tegas kental akan dominasinya
Aku sedikit meneguk ludah kasar memang pesona tuan muda angkuh sangat melekat pada Damian
"Pria yang membuatmu pingsan kemarin" Aku menyeringai kecil bermaksud mengejek meski sedikit takut
Bagaimana tidak takut wajah Damian saja menunjukan kemarahan yang sangat kental
Jika ditanya lebih baik aku menghadapi amarah orang ceria atau amarah orang pendiam maka aku akan memilih tidak untuk keduanya
Amarah orang pendiam sangat menakutkan seperti pembunuh berdarah dingin yang membuat mati kutu dengan kata-kata menusuk
Dan amarah orang ceria bisa lebih kejam karena biasanya mereka menyakiti lawan dengan fisik dan batin
Segala umpatan dan benda mati melayang kearahmu
"Apa kau memungut pengemis" Sebelah alis Damian terangkat
"Benar"
"Apa pria itu termasuk" Tanya Damian
Mata lilacku membulat terkejut berani sekali Damian menyamakan Xan dengan pengemis
"Hahahaha Xan seorang pelayan disini" Aku menggaruk leherku yang tak gatal
Ucapanku tadi benar juga Xan memang pelayan ayah Ianthe kan
Lebih tepatnya paus orca kesayangan Count Heiro
"Memangnya aku percaya" Mata kami saling bersitatap
Buk
Damian menutup kasar koran yang ia baca lalu perlahan mendekat kearahku
YOU ARE READING
I transmigrated into a Count
Short StorySadam Rantaka seorang pria berusia 29 tahun mati karena serangan jantung akibat kejahilan temannya Bukanya tenang Sadam justru transmigrasi ketubuh Ianthe Agallis putra bungsu mendiang count Agallis Meski Ianthe adalah putra bungsu dirinyalah yang...
