part 8

5.7K 298 0
                                    

Hyden tengah duduk sambil bersadar di ranjang auntum, ia menunggu auntum yang masih berada di walk in closednya, hyden menatap auntum yang baru saja keluar dari walk in closednya dengan pakaian tidur yang membuat hyden menelan ludah berkali-kali, auntum membuatnya pening seketika dengan gaun tidur berwarna putih sepanjang pertengahan paha dengan tali sepagety dan yang paling membuatnya pening adalah gaun itu sangan tipis dan ehem .. sedikit transparan sampai-sampai hyden melihat bayangan celana dalam auntum membuat libidonya naik seketika, tapi apa ini dia tak melihat bayanga bra auntum.. apa jangan-jangan..

"kenapa kau melihatku terus?" tanya uantum yang seakan sadar hyden sedari tadi memperhatikannya lebih tepatnya bentuk tubuhnya

Auntum berjalan menghampiri hdyden dengan segelas susu di tanganya "kau ingin susu?"tanya auntum namun yang di tawari hanya diam seribu bahasa dan tetap memperhatikan auntum, auntum meminum susunya sambil duduk di samping hyden

"aku mau susu tapi aku mau langsung dari sumbernya"bisik hyden tepat di telinga auntum

Tanpa hyden duga auntum malah tertawa terbahak-bahak sambil meletakan gelas susu kosongnya di nakas samping tempat tidurnya "hyden kau ini ! tak ada sapi di istana ini"kata auntum lalu berbaring membelakangi hyden, auntum mehela nafas sebenarnya auntum tau apa yang hyden maksud tapi dia pura-pura tak tau karena dia bingung apa yang harus ia lakukan.

Hyden ikut berbaing di samping auntum lalu menrik auntum ke dalam pelukannya dan mebenamkan wajahnya di lekukan leher auntum "tak lama lagi aku akan mendapatkan sapi yang cantik" bisik hyden sambil mencium leher auntum, membuat auntum diam membeku ada percikan api di tubuh auntum membuat tubuhnya panas entah perasaan apa itu.

Auntum terbangun saat cahaya matahari mengusik tidur indahnya, ia mengeryit bingung ketika tak menemukan hyden tertidur di sampingnya. Dengan langkah gontai auntum melangkahkan kakinya ke kamar mandi dan menekan tombol merah yang berada di dinding, tak lama kemudian para pelayan datang dan langsung menyiapkan perlengkapan mandi auntum.

"apa kau tak melihat hyden?" tanya auntum kepada molly yang tengah menata rambutnya

"maafkan hamba yang mulia, semenjak pagi tadi hamba belum melihat pangeran hyden" jawab molly sambil membukukkan badannya

"huh.. tak biasanya dia menigalkanku tanpa pesan" guman auntum lebih kepada dirinya sendiri

Auntum berjalan dengan langkah anggunya menyusuri lorong yang menuju ruang makan, dengan sigap salah satu pelayan menarikan kursi untuk auntum ketika ia sampai di meja makan

"selamat pagi auntum.." sapa ratu rose dangan senyum manisnya

Auntum hanya menatapnya dan hanya mengagukan kepala lalu menyantap sarapannya dengan hening

Tak ada sepatah katapun di meja makan itu hanya ada suara dentingan alat makan mereka

"bagaimana dengan tidurmu? Apakah nyenyak?" tanya ratu rose dan lagi-lagi hanya dibalas angukan malas oleh auntum.

"apa ka.."

"saya telah selesai sarapan, permisi yang mulia" kata auntum dingin dan berlalu meningalkan ibi tirinya yang masih setia di meja makan dan memandang kepergian putrinya dengan tatapan sendu.

Auntum duduk di bangku taman memangdang hamparan bungga yang berwarna-warni

"sedang apa kau di sini?"tanya Emily dengan nada sinisnya, auntum menatap Emily yang tengah berdiri di sampingnya lalu mendegus dan pergi meningalkan Emily tanpa sepatah katapun

"sampai kapan kau akan menjadi digin seperti ini? Sampai kapan kau tak ingin memandang ratu rose?" pertanyaan-pertanyaan Emily tak di hiraukan auntum, ia tetap melangkahkan kakinya "sampai kapan kau mengagab ratu emma masih bernafas?" pertanyaan itu membuat langkah auntum berhenti dan berbalik menatap Emily dengan tatapan membunuh

"itu bukan urusan anda!" jawab auntum mencoba setenang mungkin walaupun ia gagal karena dari nada suaranya memancarkan emosi yang ia tahan

"itu jadi urusanku"

"kenapa? Bahkan anda bukan siapa-siapa di sini anda hanya se.."

"sampai kapan kau akan menjadi digin seperti ini? Sampai kapan kau tak ingin memandang ratu rose?" potong Emily dengan cepat

"itu bukan urusan anda"desis auntum marah, lalu berbalik dan melagkahkan kakinya pergi meningalkan Emily

"aku rindu auntum yang dulu, auntum yang ceria,auntum yang murah senyum, auntum yang menghargai orang lain. Heyy kau boleh membenciku tapi jangan dengan ratu rose, dia menyayagimu" Emily berjalan mendekati auntum yang mematung di depannya "dia hanya menepati jajinya dengan sahabatnya, suatu saat kau akan menyesal dengan sikapmu kepada ratu rose" bisik Emily tepat di telinga auntum lalu pergi meningalkan auntum

Auntum sedang bersantai di perpustakaan pribadinya membaca buku dan mendegarkan alunan music jazz

dia hanya menepati jajinya dengan sahabatnya, suatu saat kau akan menyesal dengan sikapmu kepada ratu rose

kata-kata Emily tergiang terus di benak auntum, auntum bingung dengan apa yang Emily katakan

"janji?" guman auntum

"janji apa rea?"

"sejak kapan kau masuk ke sini?"tanya auntum yang kaget dengan ke datangan tunagannya itu

"beberapa saat setelah kau berguman tentang jaji" jawab hyden lalu duduk di samping auntum

"hyden bisakah kau suruh orang untuk menyelidiki ratu rose, siapa itu ratu rose sebelum menikah dengan raja?" hyden megeryit bingung

"kenapa kau begitu penasaran dengan ratu rose, bukannya selama ini kau begitu acuh dengannya?"

"aku hanya penasaran dengan apa yang Emily katakan"

"memangnya apa yang Emily katakan?"

"dia bilang kalau ratu rose memiliki janji dengan seahabatnya dan dia bilang suatu saat aku akan menyesal dengan sikapku kepada ratu rose"auntum diam sejenak seperti memfikirkan sesuatu "dan feling aku merasa janji itu ada kaitannya dengan pernikahan mereka" lanjutnya sambil menatap hyden penuh harab "jadi bisakah kau suruh orangmu untuk menyelidiki ratu rose"

"baiklah aku akan menyuruh orangku untuk menyelidikinya"kata hyden setelah berfikir beberapa saat

"benarkah, terimakasih hyden" pekik girang auntum lalu memeluk hyden dengan erat.

"apakah kau merindukaknku?" bisik hyden

"hemm"guman auntum sambil mengagukkan kepalanya "kemana saja kau hari ini?" tanya auntum melepaskan pelukannya dan menatap hyden dengan mata menyipit

"ada hal yang harus aku urus dan mungkin minggu depan aku akan pulang ke waler kingdom" mendengar itu auntum langsung menatap hyden dengan muka sedihnya

" berapa hari kau di sana?"

"entahlah sampai kapan aku di sana, mungkin sampai urusanku selesai dua atau tiga bulan mungkin"

"kenapa lama sekali" lirih auntum sambil menundukan kepalanya menyembuyikan air matanya yang seakan ingin tumpah

"heii.." bisik hyden sambil menagkup pipi auntum dengan kedua tangannya dan mengakat wajah cantik itu "aku janji aku tak akan lama di sana" bisik hyden sambil menatap kedua bola mata biru itu

"aku pasti akan merindukanmu" bisik auntum, dan kini air matanya tak dapat di bendung lagi "aku pasti akan merindukanmu" isak auntum

"heyy jangan menagis" kata hyden sambil membawa tubuh auntum ke dalam pelukannya, adan tagisan auntum pecah di dalam pelukan hyden "aku kan merindukan pelukanmu" kata auntum di sela tangisannya

Hyden tekekh geli dengan kecengengan auntum "aku janji aku akan menyelesaikan urusanku dengan cepat"

"janji?"

"janji" kata hyden sambil menatap mata biru itu dan bibir auntum secara bergantian.Entah siapa yang memulai kedua bibir itu kini telah bersatu, hyden melumat bibir merah auntum dengan lembut penuh dengan kasih sayang .

"jangan penah menagis lagi okey" kata hyden dan hanya dibalas angukan oleh auntum dan mereka kembali berpelukan.

kingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang