Di kantin, dia membeli roti dan susu kotak. Pilihan yang sederhana, tapi cukup untuk orang yang belum makan. Setelah itu, dia kembali ke UKS.

Dengan langkah pelan, dia membuka pintu dan masuk tanpa suara. Di dalam, Sana masih tidur, wajahnya terlihat lebih tenang daripada tadi.

Tzuyu menaruh roti dan susu di meja kecil di sebelah kasur.

Dia nggak bilang apa-apa. Nggak berniat membangunkan Sana juga. Setelah itu, dia diam sebentar, menatap Sana yang tertidur dengan napas teratur.

Baru kali ini dia melihat Sana diam dalam waktu lama. Tzuyu menatapnya sebentar lagi sebelum akhirnya berbalik pergi.

Tanpa suara. Seakan dia nggak pernah ke sana.

//

Sana terbangun dengan kepala sedikit pusing.

Dia butuh beberapa detik untuk sadar kalau dia ada di UKS, bukannya di kelas. Udara di ruangan itu lebih sejuk, dan ranjangnya jauh lebih nyaman dibanding kursi sekolah.

Dia mengerjapkan mata beberapa kali, lalu mengalihkan pandangannya ke samping.

Di sanalah dia melihatnya.

Sebotol susu dan sebungkus roti.

Sana mengerutkan alis. "Hah?"

Dia duduk perlahan, matanya masih tertuju pada makanan di sebelahnya. Teman-temannya pasti belum balik, jadi ini bukan dari mereka.

Perlahan, dia meraih susu kotaknya.

Dan saat itulah dia melihatnya.

Sepotong kertas kecil, terlipat rapi, diselipkan di bawah bungkus roti. Sana mengambilnya, membuka lipatannya dengan hati-hati.

Tulisan tangan yang agak berantakan tapi tetap terbaca memenuhi kertas itu.

"Jangan lupa makan. -Tz"

Sana diam sesaat. Sebuah kalimat pendek.
Tapi... entah kenapa, dadanya terasa aneh.

Dia menatap tulisan itu lama. Seolah-olah bisa menemukan sesuatu di baliknya. Lalu, perlahan, senyum kecil muncul di bibirnya.

Karena dia tahu siapa yang melakukannya.

Tzuyu.

Sana menghela napas sambil tersenyum kecil. "Tzuyu, ya..." Dia menggenggam kertas itu sebentar sebelum melipatnya kembali.

Tangannya meraih susu dan roti itu, lalu tanpa pikir panjang, mulai memakannya. Ada sesuatu yang terasa hangat di dalam dirinya.

Sepanjang siang, Sana nggak bisa berhenti tersenyum.

Dia nggak peduli kalau dia baru aja pingsan pas olahraga. Nggak peduli kalau kepalanya masih agak pusing. Nggak peduli kalau temen-temennya udah melotot curiga ke arah dia.

Satu hal yang memenuhi kepalanya sekarang:

Tzuyu. Lebih tepatnya, Tzuyu yang ngasih dia roti dan susu di UKS tadi. Dia nggak nyangka sama sekali.

"Tolong jelasin," Miyeon akhirnya angkat suara, menatap Sana yang dari tadi senyum-senyum sendiri.

"Hah?" Sana pura-pura bego.

Momo, yang duduk di sebelahnya, menyikut lengan Sana. "Lo kenapa bahagia banget sih?"

"Gue nggak bahagia." Sana menyangkal, tapi senyumnya masih ada.

"Oh, lo bahagia banget," Nayeon membalas sambil menyipitkan mata. "Kenapa?" Mina ikut menimpali, ekspresinya lebih tenang dibanding yang lain, tapi matanya jelas penuh rasa ingin tahu.

Sana cuma cengengesan, lalu bangkit dari kursinya.

"Gue ke toilet bentar!" katanya sebelum pergi.

Miyeon langsung melirik ke yang lain. "Dia nyari Tzuyu, kan?" Tiga kepala lainnya mengangguk bersamaan.

Sana berjalan di koridor dengan langkah ringan.

Matanya sibuk mencari seseorang.

Dia mau bilang makasih. Atau... lebih tepatnya, dia mau godain Tzuyu dulu sebelum bilang makasih.
Tapi sejak tadi, Tzuyu nggak kelihatan.

Sana mengerutkan kening. "Huh? Dia kemana ya"

Biasanya dia gampang banget nemuin Tzuyu, tapi sekarang kayaknya cewek itu sengaja menghilang.

Sana mulai menyusuri lorong kelas-kelas.

Nggak ada.

Dia melongok ke arah taman belakang.

Masih nggak ada.

Bahkan pas dia pura-pura lewat kelas Tzuyu, yang biasa dia lakuin tiap hari, meja Tzuyu kosong.

Sana mulai curiga. Jangan-jangan...
Tzuyu sengaja menghindar?

Sana mendengus. "Oh, gitu?" Tanpa sadar senyum jahilnya muncul.

Tantangan? Boleh juga.

Senyumnya makin lebar.

Baiklah, Tzuyu. Kalau lo pikir bisa kabur dari gue, lo salah besar. Sana sudah siap buat mulai perburuannya lagi.


Makasi udah mampir, semoga suka ya, jangan lupa votenya sebagai penyemangat aku :D
Nose.

No NameWhere stories live. Discover now