Prolog

6 0 0
                                        

Langit malam itu redup. Hujan gerimis mengetuk kaca laboratorium tua, menyapu jejak-jejak kabur yang pernah ada. Di dalam ruangan itu, cahaya dingin dari lampu neon memantul di permukaan besi dan layar monitor.

Semuanya sunyi -kecuali satu suara. Napas. Napas dari tubuh yang terbaring diam, terikat pada kabel dan jarum, seperti boneka yang belum diberikan jiwa.

"Stabil."

Suara profesor terdengar datar, seolah tak ada rasa bangga maupun takut atas pencapaian luar biasa di hadapannya.

"Trauma berhasil ditransfer. Sublim Sync... berhasil."

Anak laki-laki itu membuka matanya perlahan.

Hitam.

Datar.

Tidak ada emosi, tidak ada ketakutan tidak juga harapan.

Zean.

Dia adalah hasil akhir dari proyek gila yang menukar derita dengan eksistensi. Seorang kanvas. Semua yang menyentuhnya, semua yang ingin melupakan, semua yang ingin menghapus luka mereka-memasrahkan kenangan itu padanya. Dan ia menanggung semuanya... dalam diam.

“Siapa aku?” bisiknya.

Profesor tidak menjawab.


@@@


Beberapa kilometer dari sana, seorang gadis berdiri di depan cermin, mengenakan sarung tangan tipis yang sudah hampir lusuh karena terlalu sering digunakan.

Namanya Nayella.

la mengusap jemari dengan pelan. Di balik lapisan tipis kain itu, kulitnya menyimpan keistimewaan. Sentuhan sekilas saja, dan ia tahu: suhu tubuh, kenangan, rasa takut, rasa sakit. la tahu semuanya. la merasakan semuanya.
Karena itu ia belajar menjauh. Dari orang-orang. Dari keramaian. Dari cinta.
la takut.

Tapi dunia tidak akan membiarkannya tenang. Karena sesuatu sedang bergerak. Karena rahasia yang sudah lama dikubur mulai retak. Karena sebuah pertemuan telah ditulis-antara dia dan anak laki-laki bernama Zean, yang tidak punya suhu, tidak punya memori, namun membawa semua luka dunia di pundaknya.
Dan saat mereka bersentuhan untuk pertama kalinya...

...dunia tak akan sama lagi.

Memoar SuhuWhere stories live. Discover now