Aku tersentak saat tangan besarnya mengusap surai lilacku
'Aneh' batinku menjerit
Segala perilaku Damian terasa sangat aneh juga asing
Tidak mungkin sosok licik sepertinya tidak memiliki rencana
"Kamu fikir bisa membohongiku adik kecil" Ucap Damian didekat telingaku
Aku merasa merinding dengan kedekatan yang tiba-tiba terlebih tangan kirinya bertengger dipundaku dan mengusap pelan leherku
Kutepis tangan Damian yang menyentuh pundakku
"Terserah apa yang kamu katakan kak Damian" Aku menaikan salah satu sudut bibirku bertindak seolah mengejeknys
Aku melenggang pergi kekamar dengan acuh tak acuh
Lagian Damian pasti tidak berani mendekat kearah Xan karena dibuat pingsan kemarin
"Ianthe"
Aku menoleh kearah Damian yang memanggilku meski jarak kami cukup jauh
"Kamu hanyalah pemimpin diatas kertas" Ucap Damian menusuk
Aku sedikit tersentak mendengar ucapan Damian
"Hahahahahaha" Aku tertawa keras lalu menyugar surai lilacku kasar
Tak kusangka Damian pemuda yang tak tahu malu dan kejam
Secara sukarela menyentuh bagian sakit Ianthe
Tak diakui sebagai seorang pemimpin
Aku tak bisa membayangkan bagaimana tanggapan anak sekecil Ianthe mendengar ucapan Damian
Mungkin Ianthe akan menangis didalam kamarnya
Sayang sekali aku bukan Ianthe yang masih remaja labil, aku adalah Sadam pria berusia 29 tahun yang berprofesi sebagai budak korporat
Menghadapi bosan yang sama rewelnya seperti orang didunia ini
"Setidaknya derajatku masih diatasmu" Ucapku dengan tatapan merendahkan
"Sehebat apapun dirimu kak, pada akhirnya kamu akan mengemis didepanku" Aku berbalik pergi
Deg deg deg
'Lihat ekspresi wajahnya' batinku takut
aku memegang jantungku yang berdebar kencang tak beraturan
Dari jarak jauh saja wajahnya sangat menakutkan bahkan tatapan matanya mampu membuat bulu kuduk ku berdiri
Masa bodohlah dengan ucapanku yang terlalu berani karena memang kenyataanya seperti itu
Jadi Ianthe tak semudah yang dibayangkan, aku tahu bahwa Damian sadar akan situasi yang terjadi didalam mansion
Tapi Damian memilih diam saja, jadi bukankah sekali-kali harus diberi pelajaran yang berharga
Tanpa Ianthe tahu Damian memandang pungguk sempit Ianthe dengan seringai penuh kemenangan
"Aku menang Nicho" Lirih Damian
Mata ungunya menatap koran yang berada diatas meja lalu mengambilnya dan membukanya
Didalam koran itu berisi berita tentang meninggalnya seorang Count yang sangat disayangi rakyatnya
"Tak kusangka adik kecilku menuruni sifatmu ayah" Damian menatap lama koran ditanganya sebelum menjatuhkan koran diatas tanah yang tiba-tiba dibakar api
Ianthe terlalu ceroboh saat menjadi seorang Count sama seperti ayahnya
Apa Ianthe tidak menyelidiki seberapa kuat seorang mage sepertinya
Tapi tak apa kebodohan Ianthe membuat Damian senang terlebih cekikan pelayan itu terasa menyenangkan
Mungkin kehadiran Xan terasa kuat selayaknya seekor raja lautan tapi seorang raja tetap kalah jika ratunya dicelakai
"Tunggu saja adik manisku" Ucap Damian berlalu pergi
🦚🦚🦚
"Bangun" Sentak Zino kasar bahkan tak segan-segan menarik selimut dan mendorong Raphael jatuh dari ranjang
"Ngghh tuan, Raphael masih mengantuk" Menggosok matanya pelan
Sungguh nyawa Raphael belum pulih seutuhnya apalagi kepalanya terasa pusing karena gangguan yang tiba-tiba
"Tck bangun" Ucap Zino tak sabaran
Berani sekali hama ini menjadi beban tuan mudanya
Tidak akan Zino biarkan bukankah tuan mudanya berkata Raphael sendiri yang ingin membersihkan kuda
Maka akan Zino kabulkan keinginan terdalam Raphael
Tapi setelah ditunggu lama pemuda didepanya tak kunjung bangun dengan perasaan jengkel Zino menyiramkan air pada tubuh Raphael yang tertidur
"Urg tuan banjir tuan" Raphael melompat dari tidurnya
"Mm? " Raphael memiringkan kepalanya saat melihat Zino
"Kenapa kamu membangunkanku" Raphael cemberut kecil karena tidur cantiknya diganggu oleh Zino
"Bukakah kamu pegawai baru yang ingin membersihkan kandang kuda" Zino tersenyum polos hingga matanya tertutup
Raphael merasa seluruh tubuhnya merinding melihat senyuman Zino
dengan pasrah Raphael mengikuti Zino yang berjalan menuju kandang kuda
Bagaimana Raphael akan membersihkan kandang jika ia tak pernah sekali pun menyentuh alat kebersihan
"Dia Elliot pelayan yang membersihkan kandang kuda" Tunjuk Zino pada Elliot yang baru saja keluar dari kandang kuda
Dahi Raphael mengernyit jijik saat melihat pakaian pria itu kotor
'Ugh kurasa aku telah salah langkah dalam mendekati Ianthe' batin Raphael
Tbc
YOU ARE READING
I transmigrated into a Count
Short StorySadam Rantaka seorang pria berusia 29 tahun mati karena serangan jantung akibat kejahilan temannya Bukanya tenang Sadam justru transmigrasi ketubuh Ianthe Agallis putra bungsu mendiang count Agallis Meski Ianthe adalah putra bungsu dirinyalah yang...
