Janettra membawa bunga yang ia beli tadi di luar. Ia taburkan di atas kuburan yang bernama 'Rishi Sanskara'.
Ia mencopot medali yang dia dapat dari acara kelulusan yang dia hadiri hari ini, Janettra memasang itu di batu nisan Sanskara.
"Gimana kabar kamu di sana? Pasti rasanya damai banget ya, gaada gangguan apa-apa." Ucap Janettra sembari mengelus-elus batu nisan itu.
"Rasanya sedih banget aku lulus pas kamu udah gaada.. kalau kamu ada di sini, pasti kamu udah masang senyuman khas kamu itu karena bangga sama aku, pasti kamu udah ngasih aku seribu kata manis buat ngebuktiin kamu sebangga itu sama aku.."
"Aku di sini aman-aman aja kok, nothing worry. Aku cuman kangen kehadiran kamu aja.."
"I'm yours forever, i can't move on from you.. i'il stay with you until i'm in the grave too."
Janettra tidak tahan untuk tidak menangis. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia masih tidak rela Sanskara telah pergi jauh darinya.
"Kara!" Teriak Janettra, dia langsung terbangun dari mimpi sialnya.
Janettra mengambil nafas dengan gesa, merasa panik gara-gara mimpi sialan itu.
Janettra kelelahan karena dia baru saja melaksanakan acara kelulusan SMA nya bersama teman-teman yang lain. Momen yang mengharuskan Janettra menangis banyak lagi karena mereka akan berpisah satu sama lain dengan teman sekelas yang sudah bersama selama 3 tahun lamanya.
Janettra banyak sekali menerima bingkisan atau buket dari temannya atau penggemar Janettra sendiri. Namun dia tidak membawa itu semua ke dalam ruangan Sanskara.
Dihitung-hitung, ini sudah minggu kedua sejak Sanskara berada di fase koma. Perubahan di tubuh Janettra pun mulai terlihat. Janettra terlihat kurus karena nafsu makannya sangat berkurang dua minggu akhiran ini, bahkan dia pernah makan hanya sekali sehari sebelum teman-temannya memutuskan menentukan jadwal makan untuk Janettra.
Janettra sangat suka menggunakan jaket Sanskara untuk menjadi selimut di badannya. Itu terasa seperti dia sedang memeluk Sanskara, dan dia sangat merindukan itu. Untuk kacamata Sanskara, sudah Janettra ganti semuanya menjadi baru karena kaca nya terpecah, dan lensanya ikut penyok.
Janettra beranjak dari sofa itu lalu menghampiri ranjang yang terdapat orang yang sangat dicintai Janettra.
Janettra mengambil tangan Sanskara, lalu ia elus perlahan.
"Kamu masih kuat kan buat perjuangin hidup kamu? Aku tau kamu capek, tapi mohon.. tetap hidup. Aku gak bisa hidup tanpa kamu, Kara. Dua minggu akhiran ini terasa hampa gara-gara kamu gaada di sisi aku," ucap Janettra, dia menatap Sanskara dengan mata layunya yang memancarkan harapan untuk Sanskara.
Janettra merasakan gerakan di tangannya.
Sanskara membalas genggaman Janettra, lalu ia membuka kedua matanya. Menyesuaikan cahaya ruangan, Sanskara kembali melihat Janettra.
Sanskara tersenyum tipis kepadanya.
Janettra harap ini bukan mimpi lagi, dia sudah mencubit dirinya, tapi ini nyata.
Sanskara telah siuman selama koma dua minggu ini.
Sebelum melakukan apa-apa, Janettra hanya ingin memastikan kesehatan Sanskara, sehingga Janettra perlahan-lahan melepas tangan Sanskara lalu lari keluar ruangan untuk memanggil perawat di sana.
"Kondisi pasien sudah normal, hanya butuh menunggu beberapa hari di sini untuk menyembuhkan rasa sakit karena kecelakaannya. Terima kasih sudah berjuang untuk tetap hidup, saya pamit." Ucap dokter itu, Janettra membungkuk sedikit untuk memberikan hormat kepada dokter itu.
YOU ARE READING
That Nerd!?
Teen Fiction⚠️ Jeerangz local au, harshword (not that much) ⚠️ "That nerd!? Memang dia bisa romantis?"
